Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH DAN KLIPING AGAMA

SMK YPM 5 SUKODONO

Sya'abul Iman

Nama : Aqhna Zenith Widya Lestari

Kelas : X Akuntansi 1

Sekolah : Smk Ypm 5 Sukodono

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkat Ridho-Nya saya
dapat merampungkan tugas kliping ini dengan waktu yang tepat. Tidak lupa juga saya haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para
sahabatnya dan seluruh ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.

Penulisan kliping ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan tema Sya'abul Iman. Yang mana di dalam kliping ini saya menjelaskan mengenai
kisah-kisah para nabi beserta mengulas pesan moral dari akhlak para nabi agar umat islam dapat
meneladaninya.

Namun, saya mengetahui bahwa kliping ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan tugas kliping ini. Harapan saya
semoga kliping ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihah. Aamiin.

Sidoarjo, 6 Agustus 2023

Penyusun

Aqhna Zenith Widya Lestari

SYA'ABUL IMAN
Bab 1. Memelihara lisan

Manusia diciptakan dalam bentuk yang sangat sempura, fi ahsanit taqwim, dan di antara
kesempurnaannya adalah mempunyai lisan yang dapat berkata-kata. Lisan merupakan organ tubuh
manusia yang sangat penting, untuk dzikir kepada Allah, mengucap kalimat syahadat, dan berhubungan
dengan sesama manusia.

Namun demikian, selain mendatangkan pahala dan keuntungan yang sangat banyak, lisan juga
berpotensi mendatangkan petaka yang tiada tara. Karenanya wajar bila Nabi Muhammad saw
berulangkali memperingatkan umatnya untuk menjaga lisan. Nabi saw bersabda:

‫ ُم َّتَفٌق َع َليِه‬. ‫ َفْلَيُقْل َخ ْيرًا َأْو ِلَيْس ُكْت‬،‫َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن باِهلل َو الَيوِم اآلِخ ِر‬

Artinya: “Siapa saja yang beriman kepada Allah hendaklah bertutur kata yang baik atau diam.” (HR Al-
Bukhari dan Muslim).

Kisah Mu’adz bin Jabal

Suatu kali Muadz bin Jabal merasa heran karena Nabi saw memerintahkannya untuk menjaga menjaga
lisan, sebagai amal yang dapat menyelamatkan manusia. “Masak kita akan disiksa hanya karena omogan
saja?”, tanya Mu’adz penasaran.

Aneh kamu, bukankah yang membuat manusia dilemparkan ke neraka dengan wajah-wajah mereka
adalah ucapan-ucapan dosanya?” tegas Nabi saw menjawab penasaran sahabatnnya, sebagaimana kisah
lengkapnya dapat disimak dalam hadits riwayat Imam at-Tirmidzi. (An-Nawawi, Riyadhus Shalihin,
[Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 2005], halaman 307-308).

Bab 2. Bersyukur atas nikmat Allah

Kisah abu Qilabah


Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah ini diriwayatkan dari Abdullah bin
Muhammad, ia mengatakan,

"Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah
kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu
aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di
dalamnya.

Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang
berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada
yang tersisa selain lisannya yang berbicara.

Dari lisannya orang itu mengucapkan,

“Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.”

Kuatnya Rasa Syukur dan Iman Abu Qilabah

Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu,

“Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?”Kemudian laki-laki pemilik kemah itu
menjawab,“Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut
tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit
kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.”Aku
kembali bertanya,

“Bersyukur atas apa?”Laki-laki pemilik kemah itu menjawab lagi,“Tidakkah engkau melihat Dia telah
menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki
anak yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun
sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?”

Aku pun menyanggupinya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku
mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa. Ternyata anaknya laki-laki itu sudah dimakan oleh
singa.

Aku pun bingung bagaimana caraku untuk mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah itu. Aku pun
kembali dan berkata kepadanya,

“Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayub?”Laki-laki itu menjawab, “Iya,
aku tahu kisahnya.”Kemudian aku bertanya lagi, “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam
urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?”Ia menjawab, “Ia
menghadapinya dengan sabar.”Aku kembali bertanya, “Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub
dengan kefakiran. Bagaimana keadaanya?”Ia menjawab, “Ia bersabar.”Aku kembali bertanya, “Ia pun
diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?”Ia menjawab, “Ia tetap
bersabar.”Aku kembali bertanya, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”Ia
menjawab dan bailk bertanya, “Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku di mana anakku?”Kemudian
aku berkata,“Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah
diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan
menyabarkan engkau”

Kemudian Laki-laki pemiliki kemah ini mengatakan,“Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan
keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia diazab di neraka.”Kemudian ia menarik
napas panjang lalu meninggal dunia. Aku pun membaringkannya di tangannya dan berpikir apa yang
harus aku perbuat. Aku sendirian dan bagaiman aku mengurus jenazah ini. Kemudian aku tutupi dengan
jubahku dan beberapa saat kemudian lewat empat orang laki-laki mengendarai kuda lalu menolong nya
menguburkan jenaza Abu Qilabah.

Bab 3. Memenuhi janji

Kisah Nabi Saw


Siang itu, matahari terbit begitu terik dan suhu pun terasa panas, sehingga tidak ada yang bisa dan
mampu berdiri di bawah sinar matahari. Di siang hari itu, Rasul saw bersepakat untuk bertemu dengan
seseorang di tempat yang telah ditentukan. Beliau pun datang dan menunggu orang tersebut.

Para sahabat melihat Rasul saw berdiri di bawah terik matahari sedang menunggu seseorang. Para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah! Mari kita menunggu dia di sebelah sana. Di sana ada tempat yang
teduh untuk menunggu. Di sini panasnya begitu menyengat.”

“Tidak. Saya akan menunggu di sini. Tempat ini adalah tetap tempat yang telah kami beri bukan tempat
yang lain,” tutur Rasul saw. Bukan ketika sampai pada derajat kenabian saja Nabi selalu tepat janji dan
terpercaya, namun juga ketika masih kanak-kanak, remaja, dan pemuda.

Dikisahkan dari Ammar Yasir bahwa sebelum Nabi Muhammad melihat sampai pada kenabian, Nabi
sering membawa kambing-kambing penduduk Mekah ke padang rumput untuk memberi mereka
makan. Dan aku (Ammar) pun pada waktu itu juga seorang pengembala.

Suatu hari, kami berjanji untuk mengembala kambing di lembah yang hijau rumputnya. Namun aku
(Ammar) datang terlambat. Ketika tiba di lembah itu aku melihat Nabi telah tiba di sana dan
menghalangi kambingnya yang ingin memakan rumput di lembah itu.

“Kenapa kamu menghalangi kambing-kambingmu dari lembah itu?” Tanya Ammar.

“Aku dan engkau telah berjanji dan berjanji untuk bersama memberi makan kambing-kambing kita.
Maka dari itu, sebelum kamu datang, aku tidak akan membiarkan kambing-kambingku makan terlebih
dahulu,” kata Nabi saw.

PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam kliping ini.
Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Penulis banyak berharap pada
pembaca yang Budiman untuk memberikan kritik dan saran yang membangun tulisan ini
kedepannya. Semoga kliping ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca.
Sidoarjo, 11 Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai