Kisah Abu Qilabah ini merupakan salah satu kisah sahabat yang mengharukan. Dari kisah
Abu Qilabah ini kita bisa belajar bagaimana mensyukuri apa pun yang kita miliki dan tetap
bersabar dengan apa yang menimpa kita.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah ini diriwayatkan dari Abdullah
bin Muhammad, ia mengatakan,
"Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku
melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah
orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir
tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini
sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya
buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.
“Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.”
Aku pun bingung bagaimana caraku untuk mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah
itu. Aku pun kembali dan berkata kepadanya,
Kemudian keempat laki-laki ini meminta untuk membuka penutup wajahnya, karena
mungkin salah satu dari mereka mengenalnya. Ketika aku membuka penutup wajahnya, tiba-
tiba mereka tersentak, lalu mencium dan menangisinya, dan berkata, “Subhanallah, wajah
yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu menunduk atas apa yang
diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur”.
Aku pun bertanya, “Kalian kenal dengan laki-laki ini?”
Mereka menjawab, “Engkau tidak mengenalnya?”
Aku menjawab bahwa aku tidak tau siapa laki-laki ini. Kemudian mereka berkata,
“Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini, pernah dimintai oleh
khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut.”
Perlu diketahui bahwa jabatan hakim atau qadhi ini adalah suatu jabatan khusus, di mana
mereka akan mengatur hukum dan menentukan hukum di antara manusia. Ini merupakan
jabatan yang mulia pada saat itu. Namun, Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah
Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti ini.
Kemudian Abdullah bin Muhammad bersama empat laki-laki tadi pun memandikan,
mengkafani, dan menyholatkannya, sebelum akhirnya memamkamkan beliau. Dikatakan
dalam kisah lain bahwa Abu Qilabah ini adalah sahabat Rasulullah terakhir pada masa itu,
sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim.
Wallahu a’lam.