Pemanfatan Limbah Pasar Sebagai Pakan Ternak
Pemanfatan Limbah Pasar Sebagai Pakan Ternak
Oleh:
Dwi Lestari Ningrum, SPt
Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan
antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu sampah atau limbah yang
banyak terdapat di sekitar kota adalah limbah pasar. Limbah pasar merupakan bahan-bahan hasil
sampingan dari kegiatan manusia yang berada di pasar dan banyak mengandung bahan organik.
Selama ini pengolahan sampah organik hanya menitikberatkan pada pengolahan sampah organik
menjadi pupuk kompos, padahal sampah dapat dikelola menjadi bahan bakar/sumber energi dan
pakan ternak yang baik. Hal ini akan lebih bernilai ekonomis dan lebih menguntungkan. Bila
sampah organik langsung dikomposkan maka produk yang diperoleh hanya pupuk organik.
Namun bila diolah menjadi pakan, sampah tersebut dapat menghasilkan daging pada ternak dan
pupuk organik dari kotoran ternak. Dengan demikian nilai tambah yang diperoleh akan lebih
tinggi sekaligus dapat memecahkan pencemaran lingkungan dan mengatasi kekurangan pakan
ternak. Membuat pakan dari sampah antara lain dapat dimulai dari pemisahan sampah organik
dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan,
pencampuran dan pembuatan pellet (Bestari, dkk, 2011).
Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah sampahsampah hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan dan daun-daunan serta dari hasil perikanan dan
peternakan. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran atau sayuran yang sudah tidak dapat
digunakan atau dibuang. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah semangka, melon, pepaya,
jeruk, nenas dan lain-lain sedangkan limbah sayuran terdiri dari limbah daun bawang, seledri, sawi
hijau, sawi putih, kol, limbah kecambah kacang hijau, klobot jagung, daun kembang kol dan masih
banyak lagi limbah-limbah sayuran lainnya. Namun yang lebih berpeluang digunakan sebagai bahan
pengganti hijauan untuk pakan ternak adalah limbah sayuran karena selain ketersediaannya yang
melimpah, limbah sayuran juga memiliki kadar air yang relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan limbah buah-buahan sehingga jika limbah sayuran dipergunakan sebagai bahan baku untuk
pakan ternak maka bahan pakan tersebut akan relatif tahan lama atau tidak mudah busuk.
Limbah Kecambah
Kelobot Jagung
Kacang Hijau
22,87
34,63
54,92
Abu
2,80
2,40
11,31
5,33
21,95
27,57
48,19
57,06
18,94
0,61
0,52
3,50
Beta - N
43,07
18,08
38,69
Tujuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air
12
12
Bahan kering
88
88
Protein kasar
10,4
12,7
Lemak kasar
2,6
Serat kasar
19,61
18,4
Kadar abu
6.8
8,7
TDN
64,1
64,4
Bobot
Badan
(Kg)
250
300
350
400
450
PBB/Hari
Bahan Kering
TDN
PK (gr)
Ca (gr)
P (gr)
45
337
3.8
59
693
21
17
2.6
4.3
58
753
23
18
6.6
2.6
4.6
70
782
30
20
Nol
5.0
1.7
2.4
48
385
10
10
0.75
7.4
2.5
4.3
58
753
23
18
1.00
7.5
2.5
5.0
66
819
28
21
1.10
7.6
2.5
5.3
70
847
30
22
Nol
5.7
1.6
2.6
46
432
12
12
0.75
8.3
2.4
4.8
58
806
25
18
1.00
8.5
2.4
5.6
66
874
30
21
1.10
8.5
2.4
5.9
69
899
31
23
1.20
8.5
2.4
6.2
73
743
32
24
Nol
6.2
1.6
2.9
47
478
13
13
0.75
9.1
2.3
5.4
59
875
26
21
1.00
9.3
2.3
6.2
67
913
31
24
1.10
9.4
2.4
6.6
70
942
32
25
1.20
9.4
2.4
7.0
74
967
33
25
1.30
9.4
2.4
7.2
77
988
33
26
Nol
6.8
1.5
3.2
47
528
14
14
0.75
10.0
2.2
5.9
59
911
26
23
1.00
10.2
2.2
6.8
67
952
29
26
1.10
10.2
2.3
7.2
71
975
30
27
1.20
10.2
2.3
7.6
75
998
31
28
1.30
10.2
2.3
7.9
77
1018
32
29
(Kg)
Kg
%*
Kg
%**
Nol
4.4
1.8
2.0
0.75
6.4
2.6
1.00
6.6
1.10
Dalam pembuatan pakan asal limbah sayur, dapat dibuat atau di olah dalam bentuk, seperti :
Pakan Wafer
Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses
pembuatannya mengalami proses pencampuran (homogenisasi), pemadatan dengan tekanan dan
pemanasan dalam suhu tertentu. Bahan baku yang digunakan terdiri dari sumber serat yaitu hijauan
dan konsentrat dengan komposisi yang disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam
proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan 12 kg/cm2 dan pemanasan pada suhu
120C selama 10 menit (Noviagama, 2002). Adapun keuntungan wafer menurut Trisyulianti (1998)
adalah :
1. Kualitas nutrisi lengkap,
2. Bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tetapi juga dapat
memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau limbah pabrik pangan,
3. Tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari 14%,
4. Ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama
sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada
saat musim hujan ketika hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah.
5. Kemudahan dalam penanganan karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam
penyimpanan dan transportasi.
Prosedur Pembuatan Wafer Limbah Sayuran Pasar
a. Pengumpulan limbah sayuran pasar yang akan digunakan sebagai bahan baku wafer.
b. Limbah sayuran dipotong-potong menggunakan mesin forage chopper dengan ukuran 2-3 cm.
c. Limbah sayuran dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 15-17%.
d. Limbah sayuran yang telah kering digiling kasar dengan mesin hammer mill,
e. Kemudian hasil gilingan limbah sayuran ditimbang sebanyak 400 g dan dicampur dengan tetes
sebanyak 5% (20 g) dari bahan baku yang dipergunakan hingga bahan-bahan tersebut tercampur
dengan rata (homogen).
f. Pencetakan wafer dengan menggunakan mesin wafer yang memiliki ukuran wafer sebesar 20 x 20
x 1,5 cm dan dilakukan pengempaan panas selama 10 menit dengan suhu 120C.
g. Pengondisian wafer dilakukan dengan cara membiarkan pada udara terbuka (suhu kamar) sampai
kadar air dan beratnya konstan.
R1
R2
R3
R4
R5
Kadar air
20,46
10,28
12,20
9,42
13,09
Abu
3,86
3,31
7,94
7,74
10,59
Protein Kasar
9,89
9,80
14,45
17,20
21,83
Serat Kasar
44,90
40,40
32,85
34,83
28,63
Lemak Kasar
0,79
0,74
1,28
1,06
1,16
Beta - N
40,56
45,75
43,49
39,17
37,80
Kimiawi
Keterangan :
R1 = 100% Klobot jagung
R2 = 75% Klobot jagung + 25% Limbah kecambah kacang hijau
R3 = 50% Klobot jagung + 25% Limbah kecambah kacang hijau + 25% Daun kembang kol
R4 = 25% Klobot jagung + 50% Limbah kecambah kacang hijau + 25% Daun kembang kol
R5 = 25% Klobot jagung + 25% Limbah kecambah kacang hijau + 50% Daun kembang kol
Perlakuan
R1
R2
R3
R4
R5
14,90
56,60
6,50
58,10
3,50
46,10
49,20
44,80
80,50
8,00
79,20
34,50
37,90
69,0
5,20
Rata-rata
46,73
46,77
29.73
69,27
5,57
Berdasarkan hasil uji sifat fisik wafer limbah sayuran pasar dan palatabilitasnya pada ternak domba
dapat disimpulkan bahwa wafer yang mengandung 25% klobot jagung + 50% limbah kecambah
kacang hijau + 25% daun kembang kol merupakan wafer yang terbaik, karena wafer tersebut
memiliki nilai palatabilitas tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Dengan pemanfaat limbah pasar sebagai pakan ternak, peternak dapat berpartisipasi dalam
pengolahan limbah sehingga mengurangi pencemaran lingkungan, menambah nilai ekonomis
karena selain menghasilkan pupuk kompos juga menghasilkan produksi daging. Sentuhan
teknologi dalam pengolahan limbah pasar juga menjadi alternative peluang dalam menyedikan
pakan hijauan pada musim kemarau (pakan wafer), sehingga peternak dapat bertahan dalam
kondisi apapun. Pemanfaatan limbah sayuran pasar dapat menjadi alternatif pakan non
konfensional pengganti rumput sebagai sumber utama pakan ruminansia, sehingga diharapkan
dapat diterimaoleh peternak untuk mengatasi masalah kelangkaaan hijauan pakan ternak.
Ketersedian pakan secara kontinyu mendukung kelancaran usaha peternak secara mikro dan
swasembada daging secara makro.
Daftar Pustaka:
Marpaung,C.A. 2011. Uji Sifat Fisik dan Evaluasi Kecernaan Biskuit Berbasis Rumput Lapang
dan Limbah Tanaman Jagung Pada Domba. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
Soetanto, H. 2012. Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia menurut Stadia Fisiologisnya. Nutrisi
dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
Syananta, F.P. 2009. Uji Fisik Wafer Limbah Sayuran Pasar dan Palatabilitasnya Pada Ternak
Domba. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
Umiyasih, U dan Anggraeni, Y.N. 2007. Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong,
BPPP, Departemen Pertanian.
Vidianto, D dan Fatmala, E. 2011. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan: Silase Dari
Limbah Organik Pasar Sebagai Alternatif Pakan Ruminansia, Fakultas
Peternakan, IPB. Bogor.