DAFTAR ISI i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 4
Manfaat Penulisan 5
GAGASAN 6
KESIMPULAN DAN SARAN 9
KESIMPULAN 10
SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pencemaran adalah hasil kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan
fisik dan/atau biologis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak lagi
berguna dalam menunjang pembangunan. Pencemaran lingkungan ini akan
menyebabkan dampak yang negatif seperti pencemaran yang dihasilkan
kendaraan, limbah yang dihasilkan sampah organik, dan lain-lain. Pencemaran
sampah organik di pasar seketeng merupakan salah satu permasalahan yang
sering dihadapi oleh masyarakat sekitar. Karena pasar seketeng adalah tempat
dimana barang-barang diperjualbelikan untuk masyarakat. Peningkatan aktivitas
manusia di pasar seketeng dapat meningkatkan timbulan sampah. Gambar
dibawah ini menunjukkan limbah sayuran dari pasar seketeng . Pemborosan ini
sudah tidak masuk akal lagi, dan untuk mengatasinya diperlukan kreativitas dan
motivasi yang tinggi. Sampah yang dihasilkan di pasar seketeng dapat
berdampak negatif bagi kesehatan warga pasar seketeng , antara lain bau busuk,
gas rumah kaca, dan berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya berbagai
bakteri. Selain itu, proses pembuangan dan pembersihan limbah itu mahal.
Gambar 1 Sayuran di Pasar seketeng
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
1
2
wortel dan jagung bisa menggantikan rumput hijauan ternak. Hal ini karena nilai
gizi sayuran ini tidak jauh berbeda dengan rumput hijauan ternak. Selain itu,
ketersediaan sayuran ini sangat tinggi. Keterbatasan pasokan pakan pada musim
kemarau dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Hewan ruminansia memiliki
hak istimewa untuk mengandung mikroorganisme dalam lumennya, sehingga
pakan yang mengandung pakan non-konvensional seperti sisa pasar seketeng
dapat digunakan sebagai makanan pokok yang tersedia dan murah. Selain
peningkatan limbah pakan dari pasar seketeng dan peningkatan ternak, limbah
pakan dari pasar seketeng dapat menjadi pakan alternatif bagi ternak ruminansia
jika pakan konvensional menyusut akibat berkurangnya intensitas hujan/kering.
Peningkatan populasi ruminansia tidak diimbangi dengan pemberian pakan
terutama pada musim kemarau.
Tabel dibawah ini menunjukkan populasi ternak Indonesia, namun
peningkatan ternak setiap tahunnya tidak diimbangi dengan ketersediaan pakan,
sehingga diperlukan rumput alternatif salah satunya limbah sayuran yang beredar
di pasar seketeng an.
Sampah organik pasar seketeng adalah sisa makanan yang tidak dijual,
hasil penyiangan, atau sebagian sayuran dan buah-buahan yang tidak digunakan
untuk konsumsi manusia. Pemanfaatan limbah pasar seketeng sebagai pakan
ternak yang ekonomis untuk tujuan menekan biaya peternakan. Berinvestasi
dalam pengolahan limbah sangat bermanfaat untuk mengurangi polusi dan
pencemaran lingkungan dengan konsep daur ulang yang ramah lingkungan,
karena semua limbah dapat dipulihkan tanpa meninggalkan residu. Tabel dibawah
2
3
3
4
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang cara mengurangi pencemaran
melalui pemanfaatan limbah pasar seketeng
2. Memberikan informasi tentang limbah sayuran pasar seketeng
yang terbuang percuma namun berpotensi tinggi sebagai alternatif
pakan ternak terutama pada musim kemarau dan daerah kering.
3. Sebagai pakan alternatif memberikan informasi nilai gizi dan nilai
tambah limbah sayuran yang beredar di pasar seketeng an, baik
dalam bentuk aslinya maupun dalam bentuk olahannya dalam
bentuk silase.
4. Merangsang minat peternak/praktisi hewan untuk meningkatkan
nilai ekonomis limbah sayuran di pasar seketeng an dalam bentuk
kemasan silase yang murah dan mudah dibuat.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari tulisan ini adalah:
1. Pembaca/masyarakat mendapatkan informasi tentang potensi
limbah sayuran yang beredar di pasar seketeng an dan nilai tambah
sebagai pakan alternatif.
2. Peternak memiliki kreativitas memanfaatkan limbah silase
berbahan sayuran pasar seketeng sebagai cadangan musim
kemarau atau lahan kering atau untuk meningkatkan nilai ekonomi
dan menggantikan rumput-rumputan tradisional yang sulit didapat
Mendorong peternak.
4
5
GAGASAN
5
6
limbah sayuran pasar seketeng memiliki kelemahan yaitu mudah busuk. Oleh
karena itu, diperlukan teknologi pengawetan seperti wafer, biskuit, dan silase.
Wafer merupakan salah satu metode pengawetan dengan cara pengepresan
menggunakan mesin kempa. Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas
diharapkan dapat : (1) meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang
padat, (2) memudahkan dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan,
transportasi, dan penanganan hijauan lainnya, (3) memberikan nilai tambah karena
selain memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan (4) menggunakan
teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah (Yuli Retnani, 2008 dalam
Sondhy, 2010). Akan tetapi pembuatan wafer memerlukan biaya yang cukup
mahal sehingga sulit dijangkau oleh peternak. Pemanfaatan limbah sayuran pasar
seketeng menjadi silase merupakan salah satu pengawetan yang memerlukan
biaya lebih rendah daripada pembuatan wafer dan biskuit ternak sehingga bisa
dijangkau oleh peternak. Komposisi silase tersebut dibuat menyerupai komposisi
hijauan pakan sehingga diharapkan disukai oleh ternak serta dapat mengatasi
kelangkaan hijauan pada musim kemarau.
Silase merupakan proses fermentasi yang bertujuan untuk mendapatkan
bahan pakan yang berkualitas tinggi dan tahan lama. Produksi silase merupakan
alternatif penyimpanan yang efektif dan bertujuan untuk menyeimbangkan
ketersediaan bahan pakan karena pakan dapat dikumpulkan dan disimpan pada
musim kemarau pada musim hujan.
Prinsip pengawetan ini didasarkan atas adanya proses peragian di dalam
tempat penyimpanan (silo). Sel-sel tanaman untuk sementara waktu akan terus
hidup dan mempergunakan O2 yang ada di dalam silo. Bila O2 telah habis
terpakai, terjadi keadaan enaerob didalam tempat penyimpanan yang tidak
memungkinkan bagi tumbuhnya jamur/cendawan. Bakteri pembentuk asam akan
berkembang dengan pesat dan akan merubah gula dalam hijauan menjadi asam-
asam organik seperti asam asetat, asam susu dan juga alkohol. Dengan
meningkatnya derajat keasaman, kegiatan bakteri-bakteri lainnya seperti bakteri
pembusuk akan terhambat. Pada derajat keasaman tertentu (pH = 3,5) bakteri
asam laktat tidak pula dapat bereaksi lagi dan proses pembuatan silase telah
selesai (Ahlgren, 1956).
Dalam pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama :
hijauan yang cocok dibuat silase. Kedua : penambahan zat aditif untuk
meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure
ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar
protein atau karbohidrat pada material pakan. Biasanya kualitas pakan yang
rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga :
kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang
berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang
tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu
menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap
6
7
7
8
8
9
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
9
10
10