ii
iii
TEKNIK PENGOLAHAN AIR
UNTUK BUDIDAYA LELE DI KOLAM TERPAL
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA
v
PRAKATA
vi
Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan ini. Buku ini
merupakan bentuk luaran dari kegiatan pengabdian berjudul IbM
Kelompok Usaha Budidaya Lele di Desa Lumbang. Buku ini diharapkan
dapat menjadi panduan bagi pembaca atau pembudidaya lele dalam
menjalankan usahanya. Semoga, buku ini memberikan manfaat bagi
setiap pembaca. Amin
Penulis
vii
1
SEKILAS TENTANG
IKAN LELE
Ikan lele (Clarias) adalah jenis ikan yang paling mudah ditemui.
Ikan ini dapat hidup di air tawar, sedikit payau atau di dataran rendah.
Di alam lele dapat kita temui di danau, waduk, rawa, sumur, parit serta
sungai yang airnya tidak berarus deras. Lele lebih menyukai hidup di
air yang tenang dan lingkungan yang terlindungi, teduh dan gelap.
Sebagai tempat perlindungan, lele biasanya membuat lubang sebagai
tempat bersembunyi dengan menggali tanah pada tepian sumur, parit
atau sungai.
Ciri khas ikan lele yaitu memiliki kumis (sungut) yang panjang
1
Ikan lele aktif bergerak untuk mencari makan pada malam hari
sedangkan siang hari ikan lele lebih jarang melakukan aktifitasnya dan
lebih memilih untuk berlindung pada tempat-tempat
persembunyiannya. Namun dalam sistem budidaya, lele dapat dilatih
untuk aktif pada siang hari dengan membiasakan melakukan
pemberian pakan pada pagi atau sore hari.
Lele mudah dikenali karena cirinya yang khas yaitu memiliki
kumis (sungut) yang panjang diarea sekitar mulutnya. Kumis ikan lele
berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau mencari makan. Ikan
lele termasuk ikan pemakan daging (karnivora). Di habitat aslinya ikan
lele memangsa kutu air, jentik-jentik, cacing dan serangga air lainnya
sebagai makanan. Ikan lele memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup dalam kondisi yang kurang baik seperti air asam, kandungan
oksigen rendah dan air dengan kualitas buruk. Namun, pada keadaan
tersebut pertumbuhan lele akan terhambat. Ikan lele bahkan dapat
bertahan hidup berjam-jam di darat tanpa air karena memiliki alat
pernapasan tambahan yang disebut arboresence.
Sirip dada
3
Sekarang banyak jenis ikan lele yang sudah dikembangkan sebagai
ikan budidaya. Pada mulanya ikan lele yang dibudidayakan adalah
jenis ikan lele lokal. Namun karena banyaknya permintaan dan
tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan lele maka para
pembudidaya berusaha untuk memunculkan jenis-jenis ikan lele baru
yang unggul dengan pertumbuhan yang cepat agar masa panen menjadi
lebih singkat. Teknik perkawinan silang antara beberapa jenis ikan lele
yang ada dilakukan untuk mendapatkan jenis lele unggul. Dari hasil
perkawinan silang tersebut muncul beberapa jenis ikan lele baru
diantaranya : lele dumbo, lele sangkuriang, lele phyton, lele masamo
dan lele mutiara.
a. Lele Dumbo
Secara umum lele dumbo mirip dengan lele lokal namun ukuran
lele dumbo lebih besar dan lebih panjang bila dibandingkan dengan lele
lokal. Selain perbedaan pada ukuran, perbedaan juga terdapat pada
sirip keras (patil) dan pada kumis (sungut). Patil lele dumbo lebih
pendek dan lebih tumpul bila dibandingkan dengan patil lele lokal. Patil
lele dumbo tidak begitu beracun seperti patil lele lokal. Sungut lele
dumbo relatif lebih panjang dibandingkan sungut pada lele lokal.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa lele dumbo merupakan hasil
perkawinan silang antara dua spesies, yakni antara ikan betina Clarias
fuscus dari Taiwan dengan lele jantan Clarias mossambicus dari Kenya,
Afrika. Dari hasil perkawinan tersebut, diduga sifat-sifat lele jantan
lebih dominan.
(a) (b)
(a) Lele dumbo (b) Lele sangkuriang
b. Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan hasil rekayasa genetik yang
dilakukan oleh BBAT Sukabumi dalam upaya perbaikan mutu ikan lele.
Lele Sangkuriang adalah hasil perkawinan antara lele dumbo betina F2
(induk betina generasi kedua) dengan lele dumbo jantan F6 (induk
jantan generasi keenam) yang menghasilkan lele dumbo jantan F2-6.
Selanjutnya lele dumbo jantan F2-6 dikawinkan kembali dengan lele
dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele varietas baru yang
4
menjadi varietas unggulan dari lele dumbo dengan nama lele
sangkuriang.
c. Lele Phyton
Lele phyton merupakan hasil perkawinan silang antara induk
betina lele Thailand dengan induk jantan lele dumbo F6. Perkawinan
silang tersebut meghasilkan lele yang mempunyai ciri-ciri warna dan
bentuk kepala seperti ular phyton. Selain itu lele jenis ini memiliki
mulut kecil dan kepala pipih memanjang. Ciri-ciri lain dari lele ini
adalah memiliki punuk dibelakang kepala, memiliki ekor yang bulat
dan memiliki sungut yang lebih panjang dibanding dengan lele dumbo
biasa. Keunngulan lain dari lele jenis ini adalah pertumbuhannya yang
lebih cepat, berukuran relatif lebih seragam, tingkat hidupnya tinggi
dan relatif lebih tahan terhadap penyakit. Lele phyton dikembangkan
dan keperkenalkan oleh Teja Suwarna, Sonar Raja dan Wawan
Setiawan dari Pandeglang Banten.
d. Lele Masamo
Lele masamo memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
lele yang lain, diantaranya bertubuh besar ; tahan terhadap penyakit ;
sifat kanibalnya rendah ; strees toleransi tinggi ; tingkat keseragaman
tinggi ; rakus makan tapi tetap efisien ; sifat induk memiliki tingkat
rata-rata penetasan produktifitas telur yang tinggi. Lele masamo
merupakan hasil pengumpulan sifat plasma nutfah lele dari beberapa
negara antara lain lele dumbo dan clarias macrocephalus (bighead
catfish) yang merupakan lele afrika dengan dikohabitasi di Thailand.
Lele masamo memiliki ciri-ciri khas fisik yag cukup berbeda
dengan lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton yang lebih dahulu
terkenal. Bentuk kepala lele masamo lebih lonjong, patil lebih tajam,
badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Selain ciri-ciri diatas,
lele masamo juga memiliki bintik seperti tahi lalat di sekujur tubuh
yang berukuran besar, memiliki tonjolan di tengkuk kepala. Lele
masamo diproduksi oleh PT. Matahari Saksi (MS) Mojokerto Jawa
Timur dan didistribusikan secara terbatas di dijaringan mitra internal
perusahaan mereka.
(c) (d)
(c) Lele phyton (d) Lele masamo
5
e. Lele Mutiara
Lele mutiara merupakan hasil seleksi dari persilangan induk lele
dumbo lokal, lelemesir, lele phyton dan lele sangkuriang. Lele mutiara
memiliki banyak keunggulan seperti laju pertumbuhan yang tinggi
sehingga 40% dibandingkan lele yang saat ini dibudidayakan. Dengan
persentase laju pertumbuhan tersebut maka waktu pemeliharan akan
menjadi lebih singkat. Bibit ukuran 5-7 cm dapat dipanen dalam waktu
45-50 hari dengan ukuran panen 6-9 ekor/kg dan tingkat keseragaman
ukuran dapat mencapai 80%. Keunggulan lain dari lele mutiara adalah
irit dalam penggunaan pakan yang berpengaruh pada penghematan
biaya pengeluaran pakan. Selain itu lele mutiara lebih tahan terhadap
serangan penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti
dari Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) membuktikan bahwa
dengan merendam ikan lele mutiara didalam bakteri aeromonas sp
selama 60 jam, hanya terdapat 30% ikan yang mati.
6
2
TEKNIK PEMBUATAN
KOLAM TERPAL
2.1. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pembuatan kolam terpal adalah
sebagai berikut :
a. Gergaji kayu
b. Gergaji besi
c. Palu
7
d. Meteran
e. Cangkul
f. Kapak / parang
g. Selang plastik
h. Staples tembak
a c
f e
h g
8
2.2. Bahan yang Diperlukan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kolam terpal adalah :
a. Terpal
b. Papan
c. Kayu cerocok / kasao / pancang / bambu
d. Paku
e. Paralon
f. Elbow
g. Tatal kayu / sekam padi
h. Karet dalam ban sepeda motor
a d
c b
f e h
9
2.3. Langkah Pembuatan
Langkah pembuatan kolam terpal :
a. Persiapkan lokasi pembuatan kolam dengan membersihkan dan
meratakan permukaan tanah tempat kolam akan dibuat.
b. Ukur sudut kolam, selanjutnya tandai dengan memancangkan kayu
cerocok di setiap sudut.
c. Potong papan sesuai dengan ukuran kolam yang diinginkan lalu
pasang pada kasao / kayu cerocok yang telah ditancapkan.
d. Ketinggian pemasangan kayu dapat diukur menggunakan pipa
plastik yang diberi air (waterpass).
e. Jika jarak antar sudut terlalu jauh (lebih dari 1 meter) dapat
ditancapkan kasao / kayu cerocok tambahan.
f. Potong kelebihan kayu kasao / kayu cerocok setinggi kolam yang
diinginkan agar kolam terlihat lebih rapi.
g. Potong papan/kayu sebagai penyangga agar kolam menjadi lebih
kuat.
h. Tambahkan sekam padi atau serbuk kayu pada permukaan dasar
kolam. Pemberian ini bertujuan agar bagian bawah kolam menjadi
lebih empuk sehingga meminimalisir terjadinya kebocoran pada
terpal. Selain itu, sekam padi atau serbuk kayu juga dapat mencegah
terjadinya perubahan temperatur yang mendadak pada air.
i. Pasang terpal pada rangka kolam yang telah dibuat. Pemasangan
dapat dilakukan dengan tali tambang atau dapat dilakukan dengan
staples tembak.
10
j. Buat lipatan khusus pada sudut terpal. Hal ini dilakukan untuk
mencegah benih ikan tersangkut pada terpal.
k. Buat saluran pembuangan air pada kolam. Saluran ini dibuat untuk
mengatur volume air pada kolam. Caranya dengan melubangi terpal
sebesar diameter elbow pada saluran. Selanjutnya ikat elbow dan
terpal menggunakan karet ban dalam dengan kencang agar air
kolam tidak bocor. Hubungkan elbow dengan paralon saluran
pembuangan air kolam.
Pasang papan pada kayu kasao / kayu cerocok yang telah ditancapkan
Gunakan pipa plastik yang diberi air (waterpass) untuk memasang papan
agar ketinggian papan sama.
11
Potong kelebihan kayu penahan setinggi kolam
12
Pemberian sekam padi atau serbuk kayu untuk mencegah terjadinya
perubahan temperatur yang mendadak pada air
13
Bagian sudut kolam adalah bagian terpal yang paling akhir dikerjakan
14
Saluran pembuangan air pada kolam bertujuan untuk mengatur volume air
pada kolam.
Bersihkan kolam terpal dengan air untuk menghilangkan bau dan zat kimia
lainnya yang dapat berbahaya bagi ikan.
15
Keringkan kolam terpal dan jemur dibawah terik matahari
16
3
PENGOLAHAN AIR UNTUK
BUDIDAYA LELE
17
Nilai pH air yang netral sangat dibutuhkan dalam budidaya lele.
Sebenarnya lele masih dapat beradaptasi pada air dengan pH 6 – 9,
namun pada kondisi ini pertumbuhan lele akan terhambat. Nilai pH
yang terlalu rendah dapat menyebabkan ikan malas bergerak,
mengeluarkan lendir yang berlebihan dan dapat menyebabkan
kematian, begitu juga jika nilai pH yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan ikan lele stress dan perkembangan lele menjadi lambat.
Permasalahan air banyak dialami para pembudidaya lele di
sebagian daerah Kalimantan. Hal ini disebabkan sumber air berupa
aliran sungai dan sumur merupakan air gambut. Air gambut
merupakan air permukaan yang terdapat di lahan gambut, umumnya
memiliki ciri khas yaitu mengandung zat organik dan zat besi tinggi,
berasa asam, memiliki pH rendah (3 - 5), tingkat kesadahan rendah,
berwarna merah, coklat atau kehitaman. Air yang terdapat di lahan
gambut bersumber dari hujan, luapan air sungai atau dari air tanah.
Karakteristik air gambut dapat beragam, tergantung dari jenis dan
kandungan mineral, ketebalan gambut, usia gambut serta jenis
tanaman pembentuk lahan gambut di daerah tersebut. Warna merah,
coklat atau kehitaman pada air gambut merupakan akibat tingginya
kandungan senyawa organik yaitu asam humus yang terdiri dari asam
humat, asam fulvat dan humin yang berasal dari dekomposisi bahan
organik sisa tumbuhan seperti daun dan kayu. Asam tersebut juga
sangat mempengaruhi sifat asam pada air gambut.
18
produktifitas budidaya lele, karena kualitas air yang buruk dapat
menyebabkan banyak lele terserang penyakit. Penggunaan air sumur
atau air sungai sulit dilakukan, karena kandungan asam yang tinggi
sehingga perlu dilakukan pengolahan lanjutan untuk meningkatkan
kualitas air agar dapat digunakan untuk budidaya lele.
Kotoran ternak dan kapur dolomit adalah bahan yang biasa digunakan
pembudidaya lele untuk pengolahan air
19
Bahan ini dapat berupa kulit kerang, cangkang siput, batu kapur,
bubuk kalsium karbonat dan lain-lain. Bahan yang banyak
digunakan oleh pembudidaya lele adalah kalsium karbonat seperti
dolomit atau kalsit dengan dosis 100 – 150 gram/m3. Penambahan
dolomit dapat mempercepat waktu peningkatan pH air. Cara
pemberian dolomit dilakukan dengan menaburkan secara merata di
dalam kolam.
4. Lakukan proses fermentasi.
Jika pH air telah mencapai lebih dari 5 – 5,5 maka selanjutnya
lakukan proses fermentasi pada air dengan cara pemupukan.
Fermentasi pada air bertujuan untuk menguraikan racun yang
terdapat pada air, membunuh parasit, meningkatkan pH,
mensterilkan air dengan harapan lele menjadi lebih sehat, memiliki
nafsu makan tinggi dan dapat tumbuh lebih maksimal. Bahan yang
digunakan untuk fermentasi adalah kotoran sapi, kambing atau
kerbau dengan dosis 0,8 – 1 kg/m2 kolam. Sebagian peternak ada
yang memberikan tambahan probiotik starbio dengan dosis 5 – 10
mL/m2. Cara fermentasi dapat dilakukan dengan mencampur
kotoran sapi, kambing atau kerbau dengan probiotik kemudian aduk
hingga merata. Pada saat diaduk dapat diberi sedikit air untuk
mempermudah pencampuran selanjutnya taburkan kedalam kolam
secara merata. Kegiatan ini diperlukan pada air kolam pembesaran
dengan tujuan untuk menyediakan unsur hara bagi plankton sebagai
pakan bagi ikan lele.
20
kolam. Dengan teknik ini kotoran ternak tidak berserakan di dasar
kolam dan air kolam menjadi lebih bersih.
5. Tunggu hingga mikroorganisme muncul.
Proses fermentasi pada air kolam dapat dilakukan selama 4 – 7 hari,
tergantung dari kondisi air yang diperlakukan. Air yang
difermentasi umumnya akan berwarna gelap kehijauan atau
kehitaman. Benih lele dapat ditebar di kolam jika pada air kolam
telah terdapat mikroorganisme seperti jentik nyamuk, cacing darah,
kutu air dan plankton. Mikroorganisme ini dapat dijadikan makanan
tambahan alami untuk benih lele. Dengan munculnya
mikroorganisme menunjukkan bahwa air sudah layak digunakan
untuk kegiatan budidaya.
Proses pengolahan air dengan cara ini dari awal hingga air layak
digunakan untuk kegiatan budidaya membutuhkan waktu sekitar 10
sampai 20 hari. Metode lain yang dapat digunakan untuk pengolahan
air adalah metode filterisasi menggunakan karbon aktif. Karbon aktif
dapat digunakan untuk meningkatkan pH air, membunuh parasit dan
menyerap racun yang terdapat pada air. Dengan metode ini, waktu
yang dibutuhkan untuk menaikkan pH air menjadi lebih singkat.
2. Persiapkan bahan
Alat pengolah air gambut untuk budidaya lele yang dijelaskan dalam
buku ini merupakan alat pengolah air gambut yang menggunakan
21
karbon aktif dan greensand. Bahan-bahan untuk membuat alat
pengolah air gambut selengkapnya sebagai berikut :
a. Karbon aktif.
Pemberian karbon aktif bertujuan untuk menjernihkan air,
menyerap bau, rasa serta racun pada air.
b. Greensand.
Pemberian greensand berfungsi untuk menghilangkan
kandungan Mangan, Besi, Hidrogen Sulfida yang tampak seperti
lapisan berminyak pada permukaan air.
c. CTO.
CTO merupakan katrid filter berbahan karbon aktif padat
berfungsi sebagai penyaring partikel sekaligus mengurangi bau
dan menjernihkan air.
d. Housing catridge.
Housing catridge berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan
katrid yang telah diisi bahan-bahan penjernih seperti karbon
aktif dan greensand. Housing catridge yang digunakan
berukuran 10 Inch serta memiliki ulir dalam pada tabungnya
agar mudah dilepas dan dipasang untuk mengganti media
penyaringan.
e. Katrid (catridge) kosong
Katrid berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan berbagai
media penjernih dan dipasang di dalam housing catridge.
f. Tangki Air.
Tangki air berfungsi sebagai tempat penampungan air kotor
maupun air bersih. Sebaiknya memilih tangki air dari bahan
polyethylene murni (bukan daur ulang) karena tahan terhadap
radiasi ultraviolet dan tahan terhadap segala jenis cuaca.
g. Paralon 3/4 Inch.
Paralon yang digunakan adalah paralon 3/4 Inch yang berfungsi
sebagai wadah untuk mengalirkan air dari sumber air ke tangki
penampungan, saringan, tangki air bersih dan mengalirkannya
lebih lanjut
h. Sambungan L 3/4 Inch.
Sambungan L berfungsi untuk membelokkan arah aliran air.
Jumlah sambungan L dalam suatu rangkaian diharapkan
seminimal mungkin, karena jumlah sambungan L yang banyak
dapat menyebabkan kerugian head (head loss) yang besar.
i. Sock drat luar 1/2 x 3/4 Inch dan 3/4 Inch.
Sock drat luar 1/2 x 3/4 Inch digunakan untuk menghubungkan
pipa paralon dari tangki air, sedangkan sock drat luar 3/4 Inch
digunakan untuk menghubungkan housing filter.
j. Stopkran 3/4 Inch.
Stopkran dapat digunakan untuk menghubungkan pipa serta
untuk membuka atau menutup aliran air dengan kapasitas yang
dapat diatur besarnya.
22
k. Seal tape.
Seal tape berfungsi sebagai perapat pada sambungan perpipaan
yang memiliki drat agar terhindar dari kebocoran.
l. Lem PVC.
Lem PVC berfungsi untuk merekatkan dan menguatkan
sambungan pipa jenis PVC. Lem PVC memiliki warna bening,
berbau menyengat dan agak cair.
a b k
e d c f
g i j
23
3. Instalasi alat pengolah air
Alat pengolah air gambut untuk budidaya yang dibuat dalam buku
ini merupakan alat pengolah air gambut sederhana yang mudah dibuat,
karena hanya merangkai komponen penjernih serta mudah dalam
penggantian media penjernih. Langkah-langkah pembuatan alat
pengolah air gambut dapat dilakukan dengan cara berikut :
Tangki air
Pompa
Sumber air
Filter
Saluran keluar
24
masing-masing housing catridge dihubungkan dengan paralon 3/4
Inch.
b. Persiapkan sambungan pipa dari sumber air ke tangki.
Pasang sock drat luar 3/4 Inch pada saluran masuk dan saluran
keluar pompa. Jangan lupa memberikan seal tape pada drat
untuk meminimalisir kebocoran sambungan tersebut. Kemudian
rangkai saluran perpipaan sesuai dengan gambar desain.
c. Hubungkan pipa dari tangki air ke penjernih.
Pasang sock drat 1/2 x 3/4 Inch pada saluran keluar dan saluran
buang tangki air. Hubungkan saluran keluar pada tangki air ke
komponen penjernih yang telah terpasang pada rangka
menggunakan pipa memakai 2 – 3 buah sambungan L.
Hubungkan saluran buang pada tangki air dengan pipa
pembuangan yang dilengkapi dengan stop kran.
4. Hasil pengolahan
Alat pengolahan air yang telah terinstal dapat langsung
digunakan. Hasil pengolahan air gambut menunjukkan terdapat
perubahan yang signifikan pada kenaikan PH air gambut setelah
dilakukan pengolahan.
Menurut Suhendra dan Syahrizal (2016), hasil pengukuran nilai
pH air sungai setelah dilakukan proses pengolahan menggunakan alat
pengolahan air yang telah terinstal menunjukkan kenaikan rata-rata
pH air sungai sebesar 0,9 - 1,4. Debit aliran rata-rata yang dihasilkan
adalah 2,2 liter/menit. Diperlukan waktu sekitar 12 jam untuk mengisi
1 kolam berukuran 1 x 1 x 2,5 m. Sebelum menggunakan alat
pengolahan air ini, pembudidaya membutuhkan waktu sekitar 2 – 3
minggu dengan perlakuan tertentu untuk mengolah air sungai agar
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya lele. Dengan alat pengolahan
ini, air yang dihasilkan dapat langsung digunakan untuk kegiatan
budidaya. Dampak yang dirasakan pelaku usaha budidaya lele adalah
tersedianya pasokan air yang lebih stabil. Dengan kondisi ini pelaku
usaha dapat secara kontinyu membudidayakan lele tanpa terkendala
musim, produksi lele menjadi lebih stabil dan pemasaran menjadi lebih
mudah.
Menurut Suhendra dkk. (2016), lamanya waktu air keluar dari
kolom penjerap memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
kenaikan pH air gambut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa air pada
kondisi awal keluar dari kolom penjerap berbahan karbon aktif
mengalami kenaikan nilai pH yang paling tinggi. Karbon aktif memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pH air gambut. Dengan semakin
banyaknya air gambut yang melewati karbon pada kolom penjerap
menyebabkan kemampuan karbon untuk menaikkan nilai pH air
semakin berkurang. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik yang
menunjukkan penurunan nilai pH dengan semakin lamanya waktu air
25
keluar dari kolom penjerap. Nilai kenaikan pH air gambut sangat
tergantung pada jumlah dan jenis karbon aktif yang digunakan.
Keterangan :
TP = Air gambut tanpa perlakuan
A, B dan C = Jenis air gambut
26
Kelemahan pengolahan air menggunakan sistem ini adalah
membutuhkan biaya investasi awal yang relatif mahal. Setiap
pengolahan air untuk mengisi kolam berukuran 1,5 x 2,5 m diperlukan
pergantian karbon aktif dalam housing catridge.
27
c. Aduk bahan-bahan yang telah dicampurkan hingga merata.
d. Masukkan bahan yang telah diaduk ke dalam jerigen, kemudian
tutup rapat dan simpan bahan tersebut sampai terjadi proses
fermentasi yang ditandai dengan perubahan warna air menjadi
cokelat dan berbau alkohol. Proses fermentasi ini umumnya
terjadi selama 6 – 7 hari.
e. Setelah 7 hari, buka tutup jerigen. Jika aroma yang keluar
berbau alkohol dan cairan berubah warna menjadi coklat berarti
fermentasi berhasil, tetapi jika berbau busuk berarti hasil
fermentasi gagal.
28
Lele siap panen pada kolam dengan sistem RWS
29
karena kalau diberikan dalam jumlah yang terlalu banyak dapat
menimbulkan efek samping yang buruk terhadap ikan.
Cara lain yang dilakukan oleh bapak Supriatna adhya dalam
menjaga kualitas air kolam untuk lele adalah dengan membuat racikan
dari beberapa bahan. Beliau menggunakan bahan-bahan antara lain : 5
lembar daun pepaya, 5 lembar daun sirih, daun jawer kotok dan 1 liter
urine kelinci. Jika sulit mendapatkan urine kelinci dapat diganti
dengan 4 kg kotoran kambing yang masih baru. Cara membuatnya
yaitu dengan memotong halus daun pepaya, daun sirih dan daun jawer
kotok. Potongan tersebut kemudian dicampur dengan urine kelinci atau
kotoran kambing, lalu aduk hingga merata dan simpan dalam wadah
tidak tertutup selama 18 – 22 hari. Dosis dan cara pemakaian yaitu
dengan mengambil 250 mL atau sekitar 1 gelas larutan kemudian
campur dengan 3 sendok garam dan 1 ember air lalu aduk hingga
merata. Hasil campuran tersebut selanjutnya ditebarkan ke dalam
kolam dengan luas 6 – 8 m2 secara merata. Pemberian dapat diberikan
jika kualitas air kolam sudah menurun atau saat terjadi penurunan pH
air kolam karena masuknya air hujan.
Daun pepaya dan daun jawer kotok dapat dijadikan campuran racikan untuk
menjaga kualitas air kolam
31
4
AGRIBISNIS LELE
32
Agribisnis lele saat ini telah marak dan berkembang pesat di
tengah masyarakat. Kegiatan ini didukung oleh menjamurnya warung
makan di berbagai daerah yang memakai lele sebagai menu utamanya.
Selain dijual di warung makan, lele juga banyak dijual di restoran
mewah, supermarket, pasar tradisional bahkan banyak dijadikan bahan
dasar pada industri olahan. Kebutuhan akan lele terus bertambah
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga komoditas
lele memiliki peluang pasar yang cukup besar serta tidak akan ada
habisnya.
33
lainnya. Menurut tempo interaktif (2009), dalam satu hari masyarakat
di Yogyakarta mengkonsumsi 14 ton ikan lele, sedangkan para petani
ikan lele di Yogyakarta hanya mampu menghasilkan empat ton per
hari. Begitu pula dengan beberapa daerah lainnya yang masih
membutuhkan pasokan ikan lele segar.
Banyaknya yang menggemari lele tidak lepas karena rasanya yang
lezat serta harganya yang terjangkau. Selain itu, daging lele
mengandung asam lemak omega 3, omega 6, Vitamin B 12, fosfor, kaya
akan protein serta mengandung kalium dan natrium yang cukup tinggi.
Kandungan tersebut dapat menjaga kesehatan jantung dan otak,
membantu pembentukan tulang dan gigi, membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh dan dapat mempercepat proses penyembuhan
luka.
Bagi peternak, lele merupakan ikan yang mudah dipelihara, usia
panen pendek, tidak memerlukan perlakuan khusus dan modal yang
dibutuhkan peternak lele relatif kecil. Bisnis budidaya lele memiliki
peluang usaha yang sangat besar dalam rangka meningkatkan
penghasilan dan mengurangi tingkat pengangguran. Hal ini didukung
oleh permintaan lele yang sangat besar sehingga kebutuhan akan
pasaran lele selalu ada.
34
lebih murah. Hal ini disebabkan pasaran lele di Indonesia didominasi
oleh rumah makan, rumah tangga dan restoran untuk konsumsi.
Sementara untuk pasar retail (supermarket), industri olahan dan
ekspor menginginkan ukuran lele yang jauh lebih besar. Pasar ekspor
untuk lele membutuhkan lele dengan kualitas terbaik yaitu ukuran
yang seragam, tekstur daging halus dan tidak berwarna putih. Agar lele
diterima di pasar ekspor, peternak lele harus dapat menjaga kualitas
dan dapat memenuhi permintaan pasar tersebut.
1. Usaha Pembenihan
Pembenihan merupakan suatu kegiatan untuk memproduksi benih
sampai batas ukuran tertentu yang diperlukan. Benih lele yang dapat
ditemui di pasaran umumnya berukuran 5 – 7 cm, 7 – 9 cm, 9 – 10 cm
dan 10 – 12 cm. Jika permintaan pasar membutuhkan ukuran yang
lebih kecil, maka para pembenih lele dapat menjual benih yang
35
berukuran kurang dari 7 cm atau yang masih berbentuk larva. Hal ini
kurang dianjurkan, karena tingkat persentase lele hidup umumnya
cukup rendah, apalagi kalau jarak pengangkutan benih lele dari lokasi
pembenihan menuju lokasi tujuan cukup jauh, maka resiko benih lele
mati akan cukup besar.
Usaha pembenihan banyak digeluti para pembudidaya ikan karena
sangat menjanjikan, waktu perputaran modal yang lebih cepat
dibanding usaha pembesaran dan biaya investasi yang diperlukan
relatif lebih kecil. Disamping itu, usaha ini dapat dilakukan di lahan
sempit menggunakan kolam terpal, atau bisa juga menggunakan kolam
tembok. Namun usaha pembenihan lebih sulit dibanding usaha
pembesaran karena menuntut pengetahuan, ketekunan, keterampilan
dan pengalaman untuk melakukan pembenihan lele. Tidak jarang para
pembenih lele yang mengalami kegagalan dalam melakukan
pembenihan akibat banyak benih yang mati karena keteledoran pelaku
usaha pembenihan terkait tidak melakukan penanganan dan
pengolahan air yang sesuai untuk benih serta lemahnya usaha
pengendalian hama (penyakit).
Tingkat keberhasilan pemijahan lele sangat ditentukan oleh
pengalaman, pengetahuan dan pemahaman pelaku usaha di lapangan.
Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan teknologi pembenihan yang
banyak dilakukan oleh para pelaku usaha berpengalaman untuk
meningkatkan keberhasilan pemijahan dan menekan kematian benih.
Pemijahan lele dapat dilakukan di kolam khusus pemijahan yang
terbuat dari bahan fiberglass, kolam tembok atau wadah dengan ukuran
yang besar. Selain itu, untuk pemijahan sebaiknya pilih lokasi dengan
suasana tenang.
Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam usaha
pembenihan lele antara lain memilih indukan, mempersiapkan kolam
pemijahan, melakukan proses pemijahan, pembesaran larva,
pendederan dan penjualan benih.
a. Memilih indukan
Pemilihan indukan yang baik harus benar-benar diperhatikan
karena dapat meningkatkan keberhasilan pemijahan. Indukan lele yang
dipilih harus memenuhi beberapa kriteria yaitu harus dalam keadaan
sehat, sudah memasuki masa matang gonad, tidak cacat dan pilihlah
indukan dengan bobot yang seimbang. Indukan sebaiknya dipilih bukan
berasal dari satu keturunan yang sama. Bobot indukan jantan dapat
dipilih berukuran lebih dari 1 kg atau minimal sama dengan ukuran
indukan betina, dengan umur sekitar 1 tahun, sedangkan indukan
betina dapat dipilih yang berukuran 0,8 – 1,2 kg dengan umur lebih dari
8 bulan. Syarat lengkap indukan lele betina dan jantan yang baik dapat
dilihat pada Tabel 1.
36
Tabel 1. Syarat indukan lele betina dan jantan yang baik
Induk Betina Induk Jantan
Perut membesar atau buncit dan Alat kelaminnya tampak
terasa lembek jika diraba jelas dan lebih meruncing
Pergerakannya lambat dan jinak Alat kelaminnya memerah
Alat kelamin bulat, berwarna Terdapat perubahan warna
kemerahan dan tampak membesar tubuh menjadi cokelat
(bengkak) kemerahan
Warna tubuh menjadi cokelat Tubuh ramping dan
kemerahan gerakannya lincah
Kadang-kadang warna sirip tampak
kemerahan
Jika perut diurut, kadang-kadang
akan keluar telur yang warnanya
kuning tua.
Sumber : Mahyuddin, 2011
37
mempercepat pematangan gonad. Jumlah pakan yang diberikan sekitar
2 – 3 % dari total berat induk setiap hari dengan frekuensi 2 – 3 kali
sehari. Pilihlah pakan berprotein tinggi seperti pellet serta dapat
tambahkan pula bekicot, rayap atau belatung. Hindarkan pemberian
pakan cacing sutera karena mengandung kadar lemak yang tinggi.
Pemberian pakan berupa bekicot dapat dilakukan dengan merebus
kemudian mencacah bekicot sampai halus. Pemberian pakan tambahan
dapat menekan biaya produksi, selain itu pemberian pellet dan bekicot
dapat mempercepat pemulihan induk betina untuk menghasilkan telur.
Kolam pemijahan juga harus dilengkapi dengan kakaban yaitu
tempat untuk menempelnya telur agar telur tidak tenggelam dan
berserakan di dasar bak. Kakaban umumnya terbuat dari ijuk yang
telah bersih, disusun rapi dan dijepit dengan bilah bambu9.
Pemasangan kakaban sebaiknya disusun berjajar dan jepit lagi dengan
bambu agar tidak berantakan saat disentuh indukan saat pemijahan.
Lakukan perendaman kakaban dengan meletakkan kakaban sekitar 5 –
10 cm dibawah permukaan air, caranya yaitu dengan memberikan
pemberat.
c. Proses pemijahan
Menurut mahyuddin (2011), terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memijahkan lele yaitu melalui pemijahan alami
(tradisional), pemijahan semiintensif (induce spawning) dan pemijahan
intensif / buatan (induce breeding). Masing-masing teknik pemijahan
memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, para pelaku
bisnis pembenihan harus mengetahui teknik mana yang paling tepat
untuk diterapkan.
1. Pemijahan alami
38
Pemijahan secara alami umumnya dilakukan oleh para pelaku
usaha pembenihan lele skala kecil karena biaya yang dibutuhkan
relatif kecil dan dilakukan dengan alat dan cara yang sederhana.
Namun kelemahan menggunakan cara ini adalah tingkat
keberhasilan pembenihan kurang optimal. Persyaratan mutlak yang
harus dipenuhi dalam pemijahan alami adalah indukan yang dipilih
harus sudah matang gonad dan bobot induk jantan dan betina harus
seimbang. Pemijahan cara ini tidak memerlukan suntikan horman
perangsang, sehingga penetasan telur akan berjalan secara alami
dan kemungkinan benih unggul yang diperoleh akan lebih banyak.
Indukan yang telah diseleksi dan siap dipijahkan dapat
dimasukkan ke dalam kolam pemijahan pada sore hari (sekitar
pukul 16.00 – 17.00). Pada pagi harinya, biasanya indukan telah
mulai memijah dan kakaban yang disusun telah dipenuhi oleh telur
yang sudah dibuahi. Terdapat 2 warna pada telur yaitu berwarna
transparan berarti telur sudah dibuahi dan berwarna putih susu
berarti telur tidak dibuahi. Setelah itu, lakukan pemisahan masing-
masing induk dari kolam pemijahan ke kolam indukan.
d. Pembesaran larva
Larva (benih) lele hasil penetasan telur harus segera ditangani
dengan baik yaitu dengan mensirkulasikan air kolam atau
menggunakan aerator agar pasokan oksigen dalam kolam terpenuhi.
Larva baru masih belum membutuhkan pakan karena memiliki
cadangan makanan sendiri berupa kuning telur (yolk). Setelah 3
atau 4 hari kemudian baru larva lele diberi pakan kuning telur rebus
yang dilarutkan dalam air. Dalam rentang waktu ini, kualitas air
kolam perlu dijaga dengan membersihkan air kolam atau mengganti
15 – 25% volume air kolam. Larva lele sudah dapat diberi cacing
ketika berumur 7 – 8 hari dengan frekuensi 3 kali sehari. Pemberian
pakan dilanjutkan dengan memberikan tepung pellet ketika umur
benih telah mencapai 2 – 3 minggu. Lele pada umur ini sudah dapat
dilakukan pemisahan antara benih ukuran kecil dan besar, atau
dapat dilakukan penjarangan benih untuk mengoptimalkan lagi
pertumbuhan pada benih.
e. Pendederan
Pendederan dapat dilakukan jika benih lele telah mencapai
umur sekitar 3 minggu setelah menetas. Kegiatan ini dilakukan
dengan memindahkan benih lele dari kolam pemijahan ke kolam
pendederan hingga benih lele siap untuk dijual atau ditebar di kolam
pembesaran. Kolam pendederan perlu disiapkan sedemikian rupa,
dengan menjaga kondisi lingkungan kolam dari perubahan ekstrim.
Penebaran benih pada kolam pendederan perlu dilakukan dengan
hati-hati karena benih masih rawan mati dan tidak tahan terhadap
perubahan kondisi lingkungan yang mendadak. Cara memindahkan
benih dengan menggunakan wadah untuk mengambil lele sekaligus
air kolam pemijahan, selanjutnya letakkan wadah tersebut ke dalam
kolam pendederan secara perlahan dan biarkan terjadi percampuran
air dari kolam pemijahan dengan air dari kolam pendederan. Jika
kondisi sudah tenang, maka benih lele dapat dilepas dengan
mengangkat wadah tersebut. Benih lele pada kolam pendederan
umumnya dapat diberi pakan pelet berbentuk tepung.
f. Penjualan benih
Benih lele siap dijual ketika telah berumur 5 – 6 minggu setelah
menetas. Ukuran lele yang dijual dapat bervariasi tergantung dari
40
permintaan pasar yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm, 9 – 10 cm dan 10 – 12 cm.
Penjualan benih lele umumnya menggunakan satuan ekor namun
ada juga pedagang yang menjual benih menggunakan sistem borong
yaitu dengan menaksir jumlah benih yang ada pada kolam. Panen
benih juga harus dilakukan dengan hati-hati karena benih lele masih
rentan terhadap luka dan mudah stress. Caranya dengan
mengurangi air kolam secara bertahap hingga benih mengumpul
pada titik tertentu, lalu ambil benih menggunakan serokan berbahan
halus dan tempatkan pada wadah yang telah diisi dengan dari kolam
pendederan yang sama.
g. Pengangkutan benih
Ukuran benih yang telah disortir dapat dijual sesuai dengan
permintaan pembeli. Jika jarak pengangkutan benih dari lokasi penjual
ke lokasi pembeli cukup jauh maka diperlukan perlakuan khusus agar
benih masih dalam kondisi sehat ketika sampai di tempat tujuan. Cara
yang dapat digunakan untuk pengangkutan benih adalah dengan
pengangkutan terbuka dan tertutup. Pengangkutan terbuka dapat
menggunakan wadah yang terbuat dari drum, jirigen dan fiberglass.
Pengangkutan tertutup biasanya menggunakan kantong plastik untuk
mengangkut benih lele. Teknik pengangkutan benih lele menggunakan
sistem tertutup dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Ikat sudut bawah plastik menggunakan karet untuk menghindari
adanya benih yang terperangkap pada sudut plastik.
41
2. Isi 1/4 – 1/5 bagian plastik dengan air selajutnya masukkan benih
dengan perlahan.
3. Keluarkan udara pada plastik dan tambahkan oksigen ke dalam
plastik.
4. Ikat plastik dengan rapat menggunakan karet agar oksigen tidak
keluar dari plastik.
2. Usaha Pembesaran
Usaha pembesaran lele merupakan usaha yang banyak diminati
oleh para pembudidaya lele. Usaha pembesaran banyak digeluti karena
tidak sulit dilakukan serta tidak menuntut pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi, hanya dibutuhkan ketekunan dari
pembudidaya. Hanya saja usaha dibidang ini memerlukan waktu
perputaran modal yang relatif lebih lama dan investasi relatif lebih
besar dibanding usaha pembenihan.
42
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha pembesaran
lele adalah persiapan kolam sumber air yang tersedia dan penanganan
kualitas air. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
keamanan lingkungan, lokasi pemasaran lele dan ketersediaan sarana
transportasi. Jika semua hal tersebut mendukung, maka usaha
pembesaran akan memberikan hasil yang optimal bagi pembudidaya.
Pemasangan kain paranet perlu dilakukan agar ikan lele tidak melompat
melewati kolam
43
b. Penebaran benih
Kolam pembesaran yang telah siap dapat diisi dengan benih lele.
Pilihlah benih lele dengan ukuran yang seragam, sehat, gerakannya
gesit dan tidak cacat. Sebelum benih lele ditebar, sebagian pembudidaya
memberikan sel multi pada air kolam sebanyak 1 tutup botol untuk
kolam ukuran luas 1,5 x 3 m. Penebaran benih pada kolam pembesaran
perlu dilakukan dengan hati-hati karena benih lele rawan stress dan
mati. Hal ini karena kondisi asal benih tidak sama dengan kondisi pada
kolam pembesaran baik pH, suhu air serta lingkungan yang berbeda.
Cara penebaran benih lele pada kolam pembesaran dapat dilakukan
dengan mengapungkan wadah berisi benih ke dalam kolam pembesaran
beberapa menit hingga suhu air dari benih mendekati atau sama
dengan suhu air pada kolam pembesaran. Jika suhu telah tercapai,
maka benih lele dapat dimasukkan ke dalam kolam secara perlahan
atau biarkan benih lele keluar dengan sendirinya ke kolam. Waktu
penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dimana
suhu udara sekitar sudah tidak terlalu panas. Tingkat kepadatan
penebaran benih lele dalam kolam pembesaran berkisar antara 200 –
400 ekor/m2. Jika kolam terlalu padat dapat menyebabkan persaingan
lele dalam mencari pakan dan lele rentan terserang penyakit. Hal ini
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan lele dan menurunkan
produktifitas hasil panen lele.
c. Pemberian pakan
Pemberian pakan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya
pembesaran lele. Pemberian pakan yang tidak tepat menyebabkan
pertumbuhan ikan tidak maksimal. Dalam suatu budidaya pembesaran,
pakan merupakan bagian dengan biaya tertinggi. Pakan yang umumnya
diberikan pada proses pembesaran lele adalah pakan berbentuk pellet.
44
Pakan yang baik adalah pakan yang dapat memenuhi semua nutrisi
yang dibutuhkan oleh lele antara lain mengandung protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral dengan jumlah yang mencukupi.
45
d. Pemanenan
Panen dilakukan jika lele sudah mencapai ukuran yang layak
untuk dijual yaitu berjumlah 9 – 12 ekor/kg. Penentuan waktu panen
harus benar-benar diperhitungkan karena penundaan panen dapat
menyebabkan bobot lele akan melebihi bobot yang diterima pasar. Jika
bobot lele berlebihan maka lele akan semakin sulit dijual atau dapat
dijual tapi dengan harga yang lebih murah. Usahakan lele dalam
keadaan hidup ketika sampai pada pembeli, karena kalau mati maka
harga lele akan jauh turun atau malah tidak laku sama sekali.
Upaya meminimalisir hal tersebut maka dapat dilakukan beberapa
hal sebagai berikut :
- Panen lele sebaiknya dilakukan pada sore hari saat cuaca tidak lagi
panas
- Pemberian pakan pada lele dihentikan 1 hari sebelum panen
- Penyortiran dan penimbangan harus dilakukan dengan cepat dan
akurat
- Pastikan pembeli sebelum panen dilakukan
- Siapkan alat angkut (wadah) untuk lele dan alat transportasinya
Ukuran lele yang siap panen memiliki harga jual tinggi di pasaran
46
sampai gulung tikar. Dalam kondisi ini, diperlukan kejelian dari pelaku
usaha budidaya lele untuk melihat perkembangan pasar. Pelaku usaha
harus memiliki data harga dan jumlah kebutuhan lele di pasaran.
Dengan mengetahui data tersebut, pelaku usaha dapat memperkirakan
fluktuasi harga pemasaran lele segar. Selanjutnya, pelaku usaha dapat
merencanakan lamanya pemeliharaan dan waktu panen lele sehingga
diperoleh harga jual lele yang relatif lebih tinggi pada saat panen agar
kerugian saat panen dapat dihindari. Faktor pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat dalam hal teknis maupun nonteknis sangat
menentukan keberhasilan usaha agribisnis lele.
Upaya lain untuk meningkatkan nilai jual selain dalam bentuk lele
segar adalah dengan membuat produk olahan berbahan dasar lele.
Semua bagian-bagian lele dapat dimanfaatkan mulai dari daging,
kepala bahkan tulang lele dapat dijadikan bahan olahan. Produk olahan
lele akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pelaku usaha,
karena produk olahan dapat meningkatkan waktu simpan sehingga
lama produk olahan yang beredar di pasaran menjadi lebih lama.
Beberapa produk olahan berbahan dasar lele antara lain adalah bakso,
abon, krupuk, nugget, lele asap dan lain sebagainya. Berbagai produk
olahan lele dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap lele
karena sebagian masyarakat tidak mengkonsumsi lele dalam bentuk
utuh.
47
merupakan kunci sukses untuk menggeluti usaha ini. Kegiatan ini
umumnya dimulai dengan produk rumahan yang dilakukan dengan
cara coba-coba. Penggiat usaha ini banyak diminati ibu-ibu PKK untuk
sekedar mengisi waktu luang atau memang untuk mencari penghasilan
tambahan. Pengolahan produk olahan lele dapat menumbuhkan
industri rumah tangga dan memberikan lapangan pekerjaan baru. Tapi
terkadang usaha rumahan ini lambat berkembang karena beberapa
permasalahan. Permasalahan yang terjadi umumnya terkendala pada
modal, manajemen usaha, teknologi dan usaha tersebut masih
dijalankan secara individu.
48
online baik dengan media sosial seperti facebook, twitter, email, BBM,
Line, WhatsApp atau dengan membuat blog tersendiri untuk
pemasaran produk olahan. Dengan cara tersebut, pelaku usaha dapat
mengiklankan sekaligus memasarkan produk. Cara lain untuk
memasarkan produk yaitu melalui sistem penjualan online yang lagi
marak seperti tokopedia, bukalapak, kaskus, shopee, OLX dan lainnya.
Sistem pemasaran ini dapat dilakukan secara gratis cukup hanya
membeli kuota internet dan melakukan registrasi pada situs tersebut
maka pelaku usaha sudah dapat membuka toko online sendiri. Hal ini
dapat membantu pelaku usaha dalam mengenalkan produk, selain itu
sistem penjualan online akan memudahkan pelaku usaha untuk
mengontrol usahanya karena pemasaran dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja melalui smartphone. Pemanfaatan teknologi yang tepat
dapat mendukung dan meningkatkan keberhasilan usaha pemasaran
produk olahan lele. Oleh karena itu, teknik pemasaran menuntut agar
pelaku usaha selalu kreatif dan inovatif dalam memasarkan produk
olahan lele agar mudah dijual dan cepat dikenal di masyarakat.
Peluang usaha untuk agribisnis lele sebenarnya sangat terbuka
lebar. Selain dijual utuh dan dibuat produk olahan, jenis lain dari usaha
agribisnis lele adalah usaha pakan, kolam pemancingan, peralatan
budidaya hingga obat-obatan. Hal tersebut dapat dijalankan tergantung
dari kejelian dalam melihat pangsa pasar yang tersedia.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Tentang Penulis
51