Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN NILA

Disusun Oleh Kelompok :

Kelompok 1

Ketua : Niko Andi Septa. W

Bendahara : Latifa Usmaul Husna

Sekretariat : Eva Denis Indria Sari

Anggota : - Siti Marlina


- Windi Antika Sari
- Siti Rarayu
- Ani Puji Lestari
- Iwan Saputra
- Ulva Ridho Saputra
- Daud Darussalam
- Riyan
- Sifa Udin Wahid
- Ahmad Dwi Agung
- Karim Hadi Santoso

PEMERINTAH KABUPATEN WAY KANAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 3 REBANG TANGKAS
Jl. Pasar Kampung Lebak Peniangan

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Budidaya Ikan Nila”. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang budidaya ikan
gurame

Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah untuk mengetahui, mempelajari, memahami,
bahkan mempraktikkan bagaimana cara-cara yang baik membudidaya ikan nila agar hasil
melimpah-ruah dan berhasil menjadi seorang yang sukses dalam wirausahanya.

Sebelum itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan Makalah ini sehingga dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis berharap atas kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca agar Makalah
ini lebih baik.

Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih dan bermanfaat bagi para
pembaca.

Sekian, terima kasih.

Rebang Tangkas, Mei 2015

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Ikan Nila .......................................................................................... 2
B. Pembenihan.......................................................................................................... 4
C. Jantanisasi Benih ................................................................................................ 5
D. Pembesaran di Tambak....................................................................................... 7
E. Sarana Budaya ................................................................................................... 10
F. Penebaran Benih.................................................................................................. 10
G. Pemberian Pakan ................................................................................................ 11
H. Penebaran Benih Ikan Nila ............................................................................... 11
I. Pemberian Makanan ........................................................................................... 11
J. Penyakit ................................................................................................................. 12
K. Pemanenan Ikan Nila ........................................................................................ 12

Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed


Tilapia ) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan
produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila
lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam
budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Padahal
Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya
produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan
( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau
karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 -
2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi
akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila
betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g
pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh
dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan
produksi. untuk mengantisipasi kendala ini, saat ini sudah dilakukan
proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( S
e x-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa
methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di
perkolaman secara terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak
beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang
dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang
hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring
apung atau di tambak. Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-
rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung
1.000 kg/unit (50m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak
sebanyak 15.000 kg/ha/panen.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikan Nila
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini
diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969,
dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di
Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris di kenal
sebagai Nile Tilapia.

1. Pemerian
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong
hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cmdan]] kadang
ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung ('' pinnae
dorsalis'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan
sirip dubur (''pinnae analis'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita
gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor
''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut,
sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan
(atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada

v
bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat
berenang.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat
[[kelamin]]nya. Setelah berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat
diketahui perbedaan antara [[jantan]] dan [[betina]]. Perbedaan antara
ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang [[genital]]nya dan
juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang
[[anus]] terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing
sebagai saluran pengeluaran [[kencing]] dan [[sperma]]. Tubuh ikan
jantan juga berwarna lebih gelap, dengan [[tulang]] [[rahang]] melebar
ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya
pada bagian perutnya besar.

2. Kebiasaan dan penyebaran


Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini
diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila
(dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara
hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil
(Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula
bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban
Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan
diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran
tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah,
induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga
mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam
mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera
diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di
pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang
tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula
dijadikan filet.

vi
Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di
Indonesia ketika di tebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini
memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi ikan pribumi
indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di
sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.

B. Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua
kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam
sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ),
ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber
pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing -
masing 200 m2. Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari
hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing dan lain-
lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari
pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun
dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300
g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1
dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet
sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam
sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang
melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan
keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk
betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar
300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai
mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina (
900 g ). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ),
induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama
3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi
kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan
larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -
larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang

vii
terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2
x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi
sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung
minimal dalam satu happa.

C. Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan (
monos eks ) maka dilakukan proses jantanisasi. Untuk keperluan ini
diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2
m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan
kedalam air minimal 1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan
sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva diberi pakan berbentuk tepung
yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron sampai
masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam
pendederan berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan,
lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk
kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan pemupukan,
kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm,
digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing
sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah kolam pendederan terisi air
selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan
dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih
ikan. Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu
sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan
diberikan selama pemeliharaan ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata
1,25 g ( ukuran panjang 3-5 cm ) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan
nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan awal. Bila jumlah
ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan
airnya.
Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila
perutnya dalam keadaan kosong dan suhu air media relatif
dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak
diberi makan minimal 1 hari. Pengangkutan menggunakan kantong

viii
plastik, dimana seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian
berisi oksigen murni yang diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es
balok berada dalam media air bersama benih ikan ). Kantong plastik
dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500
ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.

Sekilas tentang kolam untuk ikan nila:


Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat
manusia yang keadaannya dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi
tiga persyaratan, yaitu dapat menampung air dalam volume yang besar,
mudah diairi dan dikeringkan serta dapat terhindar dari banjir.
Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang,
pintu pemasukan, pintu pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang
dibuat keliling dengan ketinggian antara 80 – 100 cm. Pematang juga
dibuat miring ke dalam dan keluar kolam. Lebar bagian atas minimal 40
cm dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa
paralon berdiameter 4 inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan
air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak antara pintu pemasukan
dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan
tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi
oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan
menggunakan monik, salah satu bentuk pintu pengeluaran yang paling
praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga dibuat dengan
bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.

ix
Untuk lebih jelasnya, lubang pengeluaran monik dapat dilihat
dalam buku Pembenihan dan pembesaran nila GIFT, karya Usni Arie yang
diterbitkan oleh Penebar Swadaya Jakarta.
Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan
tinggi 10-20 cm. Arahnya memanjang dari pintu pemasukan ke pintu
pengeluaran. Fungsi utama kemalir untuk memudahkan saat panen.
Fungsi lainnya untuk tempat berlindung ikan pada siang hari.
Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan
panjang 1,5 m, lebar 1 m dan tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu panen, sehinga mudah
menangkapnya.
Artikel Cara Budidaya Ikan Nila semoga bermanfaat bagi yang
membutuhkanikan nila merah, klasifikasi ikan nila, budidaya ikan nila,
ternak ikan nila download, morfologi ikan nila, manfaat ikan nila

D. Pembesaran di Tambak
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem
monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun
ekspor.
Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan
adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu
airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan,
sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa
musnah. Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan
dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian tambak diisi air
sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan
urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25
g/m2. Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt
dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5
cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna
cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan. Untuk target
panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran
sebanyak 20 ekor/m2. Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor
(+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m 2.

x
Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan
berbentuk pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan
dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas
dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).

Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70


cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan
ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan
ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan
sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan
TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5
g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor
terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan
adalah sekitar enam bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara disusur
dari ujung menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam
tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan
ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima. Selainitu,
untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih
hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran
rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam
proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan
es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.

xi
1. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan
nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih),
seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil
(gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc)
untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang
digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm,
ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba
kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat),
hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau
kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari
alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk
menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu
keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring
berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

2. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan
media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan,
pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu
dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan
pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-
200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu

xii
urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi,
bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-
masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

E. Sarana Budidaya
Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya Desa
Sei Tatas Kecamatan, Pulau Petak Kabupaten Kapuas adalah hampir sama
semua, misalnya
1. Kapur dolomit
Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan
mengendapkan lumpur yang baru dibuat.
2. Pupuk kandang
Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh
makanan alami dan membuat kolam menjadi subur.
3. Benih ikan
Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas
yaitu dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran
benih yang ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang
seragam.
4. Pakan ikan
Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran
pakan No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan Protein 30 %.

F. Penebaran Benih
Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran
benih nila dengan ukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 10-15
ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari benih 1.000 ekor.
Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah,
gerakannya lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh
perbedaan suhu udara dan air. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau
sore hari. Penebaran pada siang hari dapat membahayakan keselamatan
benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang
aman dan praktis dengan mendiamkan wadah berisi air beberapa saat
hingga suhunya sama dengan suhu air kolam pembesaran. Kemudian
wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar

xiii
dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat
agar waktu panen dapat dipastikan.

G. Pemberian Pakan
Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi
makan karena pakan alami hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak
hari keempat barulah kita memberikan pakan buatan berupa pellet
berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak
tiga kali pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di
kolam, dilakukan penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari
jumlah ikan keseluruhan.
Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari
bobot total ikan, 50-200 gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran
200-500 gr sebanyak 2% dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.

H. Penerban Benih Ikan Nila


Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik,
maka pada hari yang kelima samapai hari ketujuh setelah masa pengisian
air kolam dilakukan akan dilakukan penebaran benih ikan nila. Dalam hal
ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang disebarkan
hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30
gram/ekor dengan pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan
nila dilakukan selama 6 bulan atau hingga ukuran berat ikan nila sudah
mencapai 400-600 gram/ekor.

I. Pemberian Makanan
Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan
komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan
nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa -sisa
makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1. Protein 20-30%;
2. Lemak 70% (maksimal.);
3. Karbohidrat 63 - 73%.
4. Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :

xiv
- Kaliandra
- Kalikina atau kecubung;
- Kipat
- Kihujan

J. Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius
yang disebabkan oleh lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan,
seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan
yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif
dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam
ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam
ikan nila, maka semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia -sia.
Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh
kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum
dilakukan adalah melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan
dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan
pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

K. Pemanenan Ikan Nila


Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa
pemeliharaan 4 - 6 bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan
akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum
maksimal, maka pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap,
dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama
dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan
dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan
dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan
tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang
dibuang.

xv
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di Kabupaten
Kapuas mempunyai prospek yang cukup baik dikembangkan, karena
permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang
gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan
dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan
salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkan di Kabupaten
Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan sungai serta pola
budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif
sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit,
karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan
(pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan
Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran
(omnivora).

B. Saran
Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya
serangan hama dan penyakit. Cara yang paling aman untuk
mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewan
liar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.
Sedangkan penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuran yang
seimbang untuk mempertahankan kualitas air, serta diupayakan suhu air
tidak kurang dari 280C.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila (Buku I). Direktorat Bina
Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian,
Jakarta. 1989.
----------, Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah (Oreochormis Sp).
Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Bandung.
1988.
----------, Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah Proyek Diversifikasi
Pangan dan Gizi Sub Sektor Perikanan, Direktorat Jenderal
Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta 1996/1997.
Cholik, F., Artati dan Rahmat Arifin. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Kolam
Ikan. 1991.
Hassanudin Saanin. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta
Jakarta. 1992.
Puslitbang Perikanan. Petunjuk Pengoperasian Unit Sarana Pembesaran
Ikan Nila. 1988.

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai