OLEH:
AYU HAFIDATUNNAFIAH
NIM: 2027061201197
MALANG
2022
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Sangat disadari bahwa dengan kekukarangan dan keterbatasan yang penulis miliki,
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti tetapi masih dirasakan banyak
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
input dan energi untuk meningkatkan produksi organisme akuatik yang bermanfaat dengan
pula didefinisikan sebagai kegiatan pemeliharaan ikann dalam arti luas dimana didalamnya
Aspek pengelolaan tanah dan air pada kegiatan budidaya perairan melibatkan
penggunaan pupuk organik dan anorganik untuk menumbuhkan phytoplankton, pada dasarnya
sama dengan kegiatan pertanian. Sedangkan pemeliharaan ikan seperti pemberian pakan,
peternakan.Kegiatan budidaya ikan ini dikatakan unik karena yang dipelihara adalah hewan
Sebetulnya kegiatan budidaya perairan sudah dikenal sejak lebih kurang 2000 tahun
yang lalu, namun baru disadari pentingnya akhir-akhir ini setelah tekanan sumberdaya lahan:
kurangnya protein hewani untuk mencukupi kebutuhan penduduk dunia yang semakin
meningkat.
Ada beberapa alasan mengapa perkembangan kegiatan budidaya perairan tidak sepesat
perkembangan kegiatan pertanian, antara lain karena keberadaan / kandungan makanan dalam
danau, sungai dan laut sangat melimpah sehingga dianggap tidak penting untuk mempelajari
cara budidayanya. Jika ditinjau dari segi usahanya, kegiatan budidaya perairan pada saat ini
bertujuan untuk:
1
Memproduksi ikan untuk kegiatan olah raga ( pancingan )
Mendaur ulang limbah organik, memproduksi ikan untuk bahan baku pabrik
pengolahan ikan atau produk perikanan lainnya ( missal budidaya udang untuk
memproduksi terasi ).
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulis makalah ini sebagai berikut:
Adapun tujan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Hal-hal apa saja yang di
perlukan dalam kegiatan budidaya tersebut serta mengetahui bagaimana cara membudidayakan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Ikan yang mempunyai ciri khas sepasang antena yang menyerupai kumis ini
mempunyai nama yang berbeda disetiap tempat, Di Indonesia sendiri ikan lele mempunyai
beberapa nama yakni , antaranya : ikan petet (Kalimantan Selatan ), ikan keling (Makasar), ikan
kalang (Padang ), ikan maut (gayo, Aceh ), ikan cep (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).
Ikan lele tergolong kedalam Famili Clariidae dengan Klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias Sp
Kepala ikan lele yang panjang , hamper mencapai seperempat dari panjang tubuhnya
3
Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat , Tulang ini membentuk
Mulut ikan lele dilengkapi oleh gigi , gigi nyata, atau hanya berupa permukaan yang
Lele juga memiliki 4 pasang sungut yang terletak di sekitar mulut , Sepasang sungut
hidung, sepasang sungut mandibular luar , sepasang sungut mandibular dalam, dan
Ikan lele ini mempunyai alat olfaktori dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan dan
penciuman serta penglihatan pada ikan lele yang kurang berfungsi baik.
Pada bagian mata ikan lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas.
Tubuh ikan lele berbentuk memanjang , dengan agak bulat ,dan tidak mempunyai sisik.
Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai bentuk yang membulat , sementara bagian
Sepasang sirip ekor ikan lele berbentuk membulat dan tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal, sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip dubur.
Pada bagian sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut
Warna ikan lele umunya lele berwarna hitam, coklat walau adapula yang berbentuk
Sebeum kita melakukan pembudidayaan ikan lele ada beberapa langkah langkah yang
Perkiraan kasar tentang lokasi yang tersedia untuk budidaya diperlukan untuk
menentukan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan. Dalam hal ini, survei pemilihan lokasi
4
perlu dilakukan sebelum menentukan tempat yang akan digunakan untuk pengembangan
budidaya. Informasi tentang sumber air dan biaya untuk instalasi pengaliran air (jika diperlukan)
Jika kegiatan budidaya perairan tergantung pada pemupukan atau pakan alami, maka
diperlukan data tentang ketersediaan pupuk organik dan anorganik serta harganya. Selain itu,
jika pemberian pakan buatan dalam budidaya akan diterapkan, maka diperlukan data tentang
Pada prinsipnya, data awal yang diperlukan untuk perkembangan budidaya perairan
tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun demikian ada beberapa data dasar
yang secara umum diperlukan untuk membuat keputusan. Estimasi total kebutuhan konsumsi
domestik atau kebutuhan eksport produk perikanan merupakan data awal untuk perencanaan
kegiatan budidaya. Data produk perikanan ini merupakan data produksi realistis yang baik yang
diperlukan data tentang kesukaan ( demand ) konsumen baik di pasar local maupun
internasional. Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat perlu diutamakan jika
tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi makanan serta meningkatkan gizi
masyarakat di daerah tersebut.Oleh karena itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang
Pemilihan lokasi pada kegiatan budidaya perairan skala industri memegang peranan
yang sangat penting, karena kegagalan kegiatan budidaya seringkali disebabkan oleh lokasi
5
tidak tepat peruntukannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, antara
lain:
3. Kriteria lingkungan
Air yang digunakan untuk pengairan ada empat, yaitu : air hujan ( precipitation), air
embun ( dew ), air permukaan ( surface water ), dan air tanah ( ground water ). Dari keempat
jenis air tersebut, hanya air permukaan yang lazim untuk budidaya. Air permukaan selain kaya
akan unsur hara, debitnya juga tetap, seperti air sungai, air waduk, dan air danau. Air sungai
walaupun banyak mengandung unsur hara karena perjalanannya cukup panjang, tetapi air
kolam. Oleh karena itu, sebelum air sungai di gunakan, lebih dahulu difilter, dengan cara
mengalirkan air tersebut kedalam bak pengendapan dan setelah beberapa hari di bak
Sumber air yang jelas dan memadai berarti memperjelas kuantitas (jumlah) air. Sumber
air dan kuantitas air dijadikan ukuran untuk memilih wadah yang tepat untuk digunakan. Air
yang dalam seperti di waduk dan danau dapat dilakukan pemeliharaan suatu kultivan dengan
menggunakan wadah sangkar atau keramba.Sedangkan perairan yang dangkal seperti pada
saluran irigasi dan sungai dangkal sangat cocok untuk pemeliharaan ikan sisrem keramba.Pada
bagian sungai yang dekat muara yang biasanya agak dalam cocok untuk penerapan system
sangkar.
6
Sedangkan untuk kolam, sumber air yang cocok adalah sungai atau saluran pengairan
lainnya.Idealnya, untuk membangun kolam, air harus tersedia sepanjang tahun. Sedapat
mungkin air ini juga mudah di alirkan ke kolam tanpa memerlukan alat bantu, karena bila
menggunakan alat bantu seperti pompa, tentu akan menambah biaya operasional maupun
pemeliharaan.
Selain sumber dan kuantitas (jumlah) harus memadai, air yang digunakan untuk
pemeliharaan ikan juga harus memenuhi kebutuhan optimal ikan.Dengan kata lain, air yang
digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan parameter dalam
Oksigen 4-6 ppm. Pada kandungan oksigen 2 ppm lele keli masih dapat bertahan, tetapi
7
2.3 Budidaya Ikan Lele
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan lele
1. Pelepasan Bibit
Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan
cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati.Yang penting untuk diperhatikan
adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m 2.Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6m 2)
2. Pengaturan Air
Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian
rupa sehingga tetap bersih.Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang
paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang
bersih.Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara
3. Pemberian Pakan
Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran.Pakan yang
diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk mendukung
pertumbuhannya.Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan alami berupa kutu air
(Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu kedua bibit lele mulai diberi
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus
mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele antara lain ular,
burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam
kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang hilang.
8
5. Seleksi Bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali
dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5
cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau bahkan dapat langsung dijual.
Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit
6. Persiapan Induk
memiliki kedewasaan optimal (umur sudah lebih dari 18 bulan) dan memiliki ukuran yang
cukup besar. Dengan teknik pemijahan ini, ikan tidak akan menjalani pembuahan alami, tetapi
pemijahan akan dilakukan secara buatan. Induk betina yang akan dipijahkan setidaknya pernah
dipijahkan selama 2 bulan terakhir. Sementara untuk induk jantan, persyaratannya tidak berbeda
Pada teknik pemijahan intensif, telur dapat ditempatkan pada kolam penetasan seperti
pada teknik konvensional dan semi-intesif. Bedanya, tidak diperlukan kakaban atau ijuk.
Induk yang sudah memenuhi syarat segera disuntikan dengan kelenjar hipofisa atau
HCG (ovaprim). Metode penyuntikannya sama dengan metode pemijahan konvensional. Induk
yang disuntik tidak perlu yang benar-benar telah siap memijah, karena dengan menyuntikanya
menggunakan hipofisa maupun ovaprim, hal kematangan gonad akan terjadi dengan cepat
sehingga induk segera siap memijah. Setelah disuntik, induk kembali dilepaskan ke kolam
induk.
9
9. Stripping dan Pembuahan Telur
Selang waktu antara penyuntikan dan stripping sangat tergantung suhu air, jika suhu air cukup
hangat (30 °C), stripping dapat dilakukan 7 jam setelah penyuntikan.Sedangkan apabila suhu air
cukup dingin (20 °C), selang waktu antara penyuntikan dan stripping sekitar 21 jam. Jika suhu
terlalu rendah (<20 °C) atau terlalu tinggi (>30 °C), penyuntikan hipofisa/ovaprim mungkin
Larva yang baru menetas harus dipelihara di dalam kolam dengan menggunakan air
yang bersih dan dengan aerasi yang baik.Hal itu karena larva masih sangat rentan terhadap
serangan penyakit.Regulator air sebaiknya dipasang dalam kolam pemeliharaan larva bilamana
tidak ada pembaruan air.Ujung selang penyedot regulator air ditutup dengan kain kassa untuk
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPUAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari rumusan permasalahan ini adalah sebagai
berikut: Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memulai kegiatan budidaya perairan,
antara lain :
Lokasi budidaya
Kesukaan konsumen
Sumber air
Kualitas air
Pelepasan bibit
Pengaturan air
Pemberian pakan
Seleksi bibit
Persiapan induk
Pemeliharaan larva
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran, Muhammad. 2004. Budi Daya Lele Keli. Jakarta : Asdi Mahasatya.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan
UdangPuslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990, Jakarta
Daulay, T., 1998. Artemia Salina (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). INFIS Manual
Seri No.12. Direktorat Jendral Perikanan dan International Development
Research, Jakarta.
Dhert, P., P. Sorgeloos, and B. Devresse. 1980. Contribution toward a specific DHA
enrichment in the live food Brachionus plicatilis and Artemia sp.I n:
Reinertsen, H., L.A. Dahle, L. Jorgensen, and K. Tvinnereim (eds). Proceeding
of The First National Conference of Fish Farming Technology. Rotterdam:
Comittee of the First National Conference of Fish Farming Technology.
Harefa, 1996. Laporan Kegiatan Kultur Kopepoda dan Artemia dengan Pakan
Fermentasi, Dirjen perikanan BBL Lampung
13
Purwakusuma, W. 2008. Artemia Salina. (fish.com/pakanIkan/Artemia.php). Diakses
Pada Tanggal 28 April 2012.
Priyambodo dan Wahyuningsih, Tri. 2003. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta :
Penebar Swadaya Sumeru, Sri Umiyati, Ir. 2008. Produksi Biomassa Artemia.
diakses tanggal 15 November 2008.
14