Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK PEMBESARAN BUDIDAYA IKAN LELE

OLEH:

AYU HAFIDATUNNAFIAH

NIM: 2027061201197

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERIKANAN

MALANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Teknik Pembesaran Budidaya Ikan Lele

Sangat disadari bahwa dengan kekukarangan dan keterbatasan yang penulis miliki,

walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti tetapi masih dirasakan banyak

kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Situbondo 26 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB 1PENDAHULIAN .....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................................................3

2.1 Klasifikasi dan Morfoogi Ikan Lele................................................................................3

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele ..................................................................................................3

2.1.2 Morfoogi Ikan Lele ....................................................................................................3

2.2 Proses Pembenihan Ikan Lele ........................................................................................4

2.2.1 Lokasi Budidaya .........................................................................................................4

2.2.2 Estimasi Kebutuhan Untuk Pasar Lokal dan Ekspor...................................................5

2.2.3 Kesukaan Konsumen ..................................................................................................5

2.2.4 Sumber Air .................................................................................................................6

2.2.4 Kuantitas Air ..............................................................................................................6

2.2.5 Kualitas Air ................................................................................................................7

2.3 Budidaya Ikan Lele .......................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP ...............................................................................................................11

3.1 Kesimpuan ....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya perairan atau aquaculture adalah rekayasa manusia dengan menambahkan

input dan energi untuk meningkatkan produksi organisme akuatik yang bermanfaat dengan

memanipulasi tingkat pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksinya. Budidaya perairan dapat

pula didefinisikan sebagai kegiatan pemeliharaan ikann dalam arti luas dimana didalamnya

diterapkan kegiatan pertanian dan peternakan.

Aspek pengelolaan tanah dan air pada kegiatan budidaya perairan melibatkan

penggunaan pupuk organik dan anorganik untuk menumbuhkan phytoplankton, pada dasarnya

sama dengan kegiatan pertanian. Sedangkan pemeliharaan ikan seperti pemberian pakan,

perawatan kesehatan ikan dan manipulasi reproduksinya, mirip dengan kegiatan

peternakan.Kegiatan budidaya ikan ini dikatakan unik karena yang dipelihara adalah hewan

berdarah dingin dan hidup dalam media air.

Sebetulnya kegiatan budidaya perairan sudah dikenal sejak lebih kurang 2000 tahun

yang lalu, namun baru disadari pentingnya akhir-akhir ini setelah tekanan sumberdaya lahan:

terjadinya over fishing dan berkurangnya stok ikan karena penvemaran perairan, serta

kurangnya protein hewani untuk mencukupi kebutuhan penduduk dunia yang semakin

meningkat.

Ada beberapa alasan mengapa perkembangan kegiatan budidaya perairan tidak sepesat

perkembangan kegiatan pertanian, antara lain karena keberadaan / kandungan makanan dalam

danau, sungai dan laut sangat melimpah sehingga dianggap tidak penting untuk mempelajari

cara budidayanya. Jika ditinjau dari segi usahanya, kegiatan budidaya perairan pada saat ini

bertujuan untuk:

 Memproduksi makanan bagi manusia ,

 Meningkatkan stok alami melalui rekrutmen buatan dan transplantasi,

1
 Memproduksi ikan untuk kegiatan olah raga ( pancingan )

 Memproduksi ikan hias,

 Memproduksi umpan hidup untuk kegiatan penangkapan,

 Mendaur ulang limbah organik, memproduksi ikan untuk bahan baku pabrik

pengolahan ikan atau produk perikanan lainnya ( missal budidaya udang untuk

memproduksi terasi ).

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulis makalah ini sebagai berikut:

1. Hal-hal apa saja yang di perlukan dalam kegiatan budidaya tersebut?

2. Bagaimana teknik budidaya ikan lele yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Hal-hal apa saja yang di

perlukan dalam kegiatan budidaya tersebut serta mengetahui bagaimana cara membudidayakan

ikan lele yang baik dan benar.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kasifikasi dan Morfoogi Ikan Lele

Ikan yang mempunyai ciri khas sepasang antena yang menyerupai kumis ini

mempunyai nama yang berbeda disetiap tempat, Di Indonesia sendiri ikan lele mempunyai

beberapa nama yakni , antaranya : ikan petet (Kalimantan Selatan ), ikan keling (Makasar), ikan

kalang (Padang ), ikan maut (gayo, Aceh ), ikan cep (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele

Ikan lele tergolong kedalam Famili Clariidae dengan Klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub - kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Sub - phyllum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub - Class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub - Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias Sp

2.1.2 Morfologi Ikan Lele

Ikan lele mempunyai ciri-ciri atau morfologi sebagai berikut,

 Kepala ikan lele yang panjang , hamper mencapai seperempat dari panjang tubuhnya

dengan bentuk kepala pipih ke bawah (depressed ).

3
 Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat , Tulang ini membentuk

ruangan rongga di atas insang.

 Mulut ikan lele dilengkapi oleh gigi , gigi nyata, atau hanya berupa permukaan yang

kasar dimulut bagian depan.

 Lele juga memiliki 4 pasang sungut yang terletak di sekitar mulut , Sepasang sungut

hidung, sepasang sungut mandibular luar , sepasang sungut mandibular dalam, dan

sepasang sungut maxilar.

 Ikan lele ini mempunyai alat olfaktori dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan dan

penciuman serta penglihatan pada ikan lele yang kurang berfungsi baik.

 Pada bagian mata ikan lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas.

 Tubuh ikan lele berbentuk memanjang , dengan agak bulat ,dan tidak mempunyai sisik.

 Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai bentuk yang membulat , sementara bagian

belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed ).

 Sepasang sirip ekor ikan lele berbentuk membulat dan tidak bergabung dengan sirip

punggung maupun sirip anal, sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip dubur.

 Pada bagian sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut

dengan nama patil

 Warna ikan lele umunya lele berwarna hitam, coklat walau adapula yang berbentuk

merah muda dan albino terganung jenisnya.

2.2 Proses Pembenihan Ikan

Sebeum kita melakukan pembudidayaan ikan lele ada beberapa langkah langkah yang

harus di perhatikan dalam pembenihan ikan lele adalah sebagai berikut :

2.2.1 Lokasi Budidaya

                     Perkiraan kasar tentang lokasi yang tersedia untuk budidaya diperlukan untuk

menentukan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan. Dalam hal ini, survei pemilihan lokasi

4
perlu dilakukan sebelum menentukan tempat yang akan digunakan untuk pengembangan

budidaya. Informasi tentang sumber air dan biaya untuk instalasi pengaliran air (jika diperlukan)

sangat perlu diperhatikan.

Jika kegiatan budidaya perairan tergantung pada pemupukan atau pakan alami, maka

diperlukan data tentang ketersediaan pupuk organik dan anorganik serta harganya. Selain itu,

jika pemberian pakan buatan dalam budidaya akan diterapkan, maka diperlukan data tentang

pabrik pakan buatan dalam negeri serta ketersediaan bahan bakunya.

2.2.2  Estimasi Kebutuhan untuk Pasar Lokal dan Ekspor

Pada prinsipnya, data awal yang diperlukan untuk perkembangan budidaya perairan

tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun demikian ada beberapa data dasar

yang secara umum diperlukan untuk membuat keputusan. Estimasi total kebutuhan konsumsi

domestik atau kebutuhan eksport produk perikanan merupakan data awal untuk perencanaan 

kegiatan budidaya. Data produk perikanan ini merupakan data produksi realistis yang baik yang

berasal dari hasil penangkapan maupun dari budidaya.

2.2.3 Kesukaan Konsumen

Kegiatan budidaya merupakan tantangan untuk menerapkan konsep modern

tentang market oriented product. Oleh karena itu, sebelum kegiatan budidaya dimulai

diperlukan data tentang kesukaan ( demand ) konsumen baik di pasar local maupun

internasional. Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat perlu diutamakan jika

tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi makanan serta meningkatkan gizi

masyarakat di daerah tersebut.Oleh karena itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang

akan dibudidayakan merupakan data awal yang di perlukan dalam perencanaan.

Pemilihan lokasi pada kegiatan budidaya perairan skala industri memegang peranan

yang sangat penting, karena kegagalan kegiatan budidaya seringkali disebabkan oleh lokasi

5
tidak tepat peruntukannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, antara

lain:

1. Pasok dan kualitas air

2. Topografi dan tipe tanah

3. Kriteria lingkungan

4. Fasilitas penunjang ( infrastruktur ), legal aspek dan keamanan.

2.2.4 Sumber Air

Air  yang digunakan untuk pengairan ada empat, yaitu : air hujan ( precipitation), air

embun ( dew ), air permukaan ( surface water ), dan air tanah ( ground water ). Dari keempat

jenis air tersebut, hanya air permukaan yang lazim untuk budidaya. Air permukaan selain kaya

akan unsur hara, debitnya juga tetap, seperti air sungai, air waduk, dan air danau. Air sungai

walaupun banyak mengandung unsur hara karena perjalanannya cukup panjang, tetapi air

sungai juga banyak mengandung waled ( endapan ). Waled sangat potensial mendangkalkan

kolam. Oleh karena itu, sebelum air sungai di gunakan, lebih dahulu difilter, dengan cara

mengalirkan air tersebut kedalam bak pengendapan dan setelah beberapa hari di bak

pengendapan baru air dialirkan ke dalam kolam atau bak pemeliharaan.

2.2.5  Kuantitas Air

Sumber air yang jelas dan memadai berarti memperjelas kuantitas (jumlah) air. Sumber

air dan kuantitas air dijadikan ukuran untuk  memilih wadah yang tepat untuk digunakan.  Air

yang dalam seperti di waduk dan danau dapat dilakukan pemeliharaan suatu kultivan dengan

menggunakan wadah sangkar atau keramba.Sedangkan perairan yang dangkal seperti pada

saluran irigasi dan sungai dangkal sangat cocok untuk pemeliharaan ikan sisrem keramba.Pada

bagian sungai yang dekat muara yang biasanya agak dalam cocok untuk penerapan system

sangkar.

6
Sedangkan untuk kolam, sumber air yang cocok adalah sungai atau saluran pengairan

lainnya.Idealnya, untuk membangun kolam, air harus tersedia sepanjang tahun. Sedapat

mungkin air ini juga mudah di alirkan ke kolam tanpa memerlukan alat bantu, karena bila

menggunakan alat bantu seperti pompa, tentu akan menambah biaya operasional maupun

pemeliharaan.

2.2.6 Kualitas Air

Selain sumber dan kuantitas (jumlah) harus memadai, air yang digunakan untuk

pemeliharaan ikan juga harus memenuhi kebutuhan optimal ikan.Dengan kata lain, air yang

digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan parameter dalam

menilai kualitas suatu perairan, sebagai berikut:

 Oksigen 4-6 ppm. Pada kandungan oksigen 2 ppm lele keli masih dapat bertahan, tetapi

beberapa penyakit mudah berkembang.

 Kandungan karbondioksida terlarut maksimal 25 ppm

 pH air antara 6,7 – 8,6

 Daya Menggabung Asam (DMA) antara 2 – 4,5

 Kandungan ammonia kurang dari 0,1 ppm

 Kandungan asam belerang (H2S)  kurang dari 0,1 ppm

 Kesadahan 3-8 Dgh

 Suhu air antara 25 – 30o  C

 Kecerahan lebih dari 40 cm

 Ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut.

 Muatan suspensi 20-400 ppm

 Tidak tercemar limbah non-organik.

7
2.3 Budidaya Ikan Lele

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan lele

adalah sebagai berikut:

1. Pelepasan Bibit

Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan

cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati.Yang penting untuk diperhatikan

adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m 2.Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6m 2)

dapat diisi 3000-4500 bibit lele.

2. Pengaturan Air

Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian

rupa sehingga tetap bersih.Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang

paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang

bersih.Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara

manual 2-3 hari sekali, atau sesuai kebutuhan.

3. Pemberian Pakan

Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran.Pakan yang

diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk mendukung

pertumbuhannya.Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan alami berupa kutu air

(Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu kedua bibit lele  mulai diberi

pellet 581. Pellet ini berbentuk seperti tepung.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus

mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele antara lain ular,

burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam

kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang hilang.

8
5. Seleksi Bibit

Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali

dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5

cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau  bahkan dapat langsung dijual.

Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit

berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.

6. Persiapan Induk

Teknik pemijahan intensif sebaiknya dilakukan terhadap induk betina yang telah

memiliki kedewasaan optimal (umur sudah lebih dari 18 bulan) dan memiliki ukuran yang

cukup besar. Dengan teknik pemijahan ini, ikan tidak akan menjalani pembuahan alami, tetapi

pemijahan akan dilakukan secara buatan. Induk betina yang akan dipijahkan setidaknya pernah

dipijahkan selama 2 bulan terakhir. Sementara untuk induk jantan, persyaratannya tidak berbeda

dengan persyaratan induk untuk pemijahan alami.

7. Persiapan Kolam Penetasan

Pada teknik pemijahan intensif, telur dapat ditempatkan pada kolam penetasan seperti 

pada teknik konvensional dan semi-intesif. Bedanya, tidak diperlukan kakaban atau ijuk.

Ukuran kolam penetasan juga sama, yaitu sekitar 2 x 3 m, 2 x 4 m, atau 3 x 3 m. Ketinggian

kolam sekitar 60 cm, diisi air setinggi 30-40 cm.

8. Penyuntikan Induk dengan Hipofisa/HCG

Induk yang sudah memenuhi syarat segera disuntikan dengan kelenjar hipofisa atau

HCG (ovaprim). Metode penyuntikannya sama dengan metode pemijahan konvensional. Induk

yang disuntik tidak perlu yang benar-benar telah siap memijah, karena dengan menyuntikanya

menggunakan hipofisa maupun ovaprim, hal kematangan gonad akan terjadi dengan cepat

sehingga induk segera siap memijah. Setelah disuntik, induk kembali dilepaskan ke kolam

induk.

9
9. Stripping dan Pembuahan Telur

Proses strpping pada induk betina dapat dilakukan beberapa jam setelah penyuntikan.

Selang waktu antara penyuntikan dan stripping sangat tergantung suhu air, jika suhu air cukup

hangat (30 °C), stripping dapat dilakukan 7 jam setelah penyuntikan.Sedangkan apabila suhu air

cukup dingin (20 °C), selang waktu antara penyuntikan dan stripping sekitar 21 jam. Jika suhu

terlalu rendah (<20 °C) atau terlalu tinggi  (>30 °C), penyuntikan hipofisa/ovaprim mungkin

akan mengalami kegagalan.

10. Pemeliharaan Larva

Larva yang baru menetas harus dipelihara di dalam kolam dengan menggunakan air

yang bersih dan dengan aerasi yang baik.Hal itu karena larva masih sangat rentan terhadap

serangan penyakit.Regulator air sebaiknya dipasang dalam kolam pemeliharaan larva bilamana

tidak ada pembaruan air.Ujung selang penyedot regulator air ditutup dengan kain kassa untuk

menghindari tersedotnya larva ke dalam regulator.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPUAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari rumusan permasalahan ini adalah sebagai

berikut: Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memulai kegiatan budidaya perairan,

antara lain :

 Spesies dan kondisi lingkungan budidaya

 Lokasi budidaya

 Estimasi kebutuhan untuk pasar lokal dan ekspor

 Kesukaan konsumen

 Sumber air

 Kuantitas air, dan

 Kualitas air

Cara – cara budidaya ikan lele, antara lain :

 Pelepasan bibit

 Pengaturan air

 Pemberian pakan

 Pengendalian hama dan penyakit

 Seleksi bibit

 Persiapan induk

 Persiapan kolam penetasan

 Penyuntikan induk dengan Hipofisa / HCG

 Stripping dan pembuahan telur, dan

 Pemeliharaan larva

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Ghufran, Muhammad. 2004. Budi Daya Lele Keli. Jakarta : Asdi Mahasatya.

Rejeki, Sri. 2001. Pengantar Budidaya Perairan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan
UdangPuslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990, Jakarta

Daulay, T., 1998. Artemia Salina (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). INFIS Manual
Seri No.12. Direktorat Jendral Perikanan dan International Development
Research, Jakarta.

Dhert, P., P. Sorgeloos, and B. Devresse. 1980. Contribution toward a specific DHA
enrichment in the live food Brachionus plicatilis and Artemia sp.I  n:
Reinertsen, H., L.A. Dahle, L. Jorgensen, and K. Tvinnereim (eds). Proceeding
of The First National Conference of Fish Farming Technology. Rotterdam:
Comittee of the First National Conference of Fish Farming Technology.

Djarijah, Abbas Siregar. 2003.  Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.

Harefa, 1996. Laporan Kegiatan Kultur Kopepoda dan Artemia dengan Pakan
Fermentasi, Dirjen perikanan BBL Lampung

Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.


Pakan Alami   Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanasius, Yogyakarta.

Jusadi, Dedy. 2003. Modul Penetasan Artemia. Direktorat Pendidikan  Menengah


Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional.

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Persoone, G. dan P. Sorgeloos 1975. Technological imporvements for the cultivation of


invertebrates as food for fishes and crsutaceans I. Devices and methods.
Aquaculture 6 : 275 – 289.

13
Purwakusuma, W. 2008. Artemia Salina. (fish.com/pakanIkan/Artemia.php). Diakses 
Pada Tanggal 28 April 2012.

Priyambodo dan Wahyuningsih, Tri. 2003. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta :
Penebar Swadaya Sumeru, Sri Umiyati, Ir. 2008. Produksi Biomassa Artemia.
diakses tanggal 15 November 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai