PENDAHULUAN
Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa daun pepaya ternyata memiliki
berbagai zat-zat yang berkhasiat bagi tubuh. Dari zat khasiat itulah, daun pepaya dapat
digunakan sebagai obat disentri. Selain itu, daun pepaya juga dapat digunakan sebagai
penurun demam dan penambah nafsu makan. Karena adanya kandungan zat-zat khasiat
itulah, daun pepaya dapat diolah menjadi simplisia.
Kebanyakan simplisia diproduksi dalam bentuk sediaan serbuk. Oleh karena itu,
pembuatan simplisia daun papaya dibuat dalam bentuk plaster agar lebih menarik dan juga
memberikan inovasi yang baru terhadap masyarakat, khususnya anak anak yang sukar
meminum obat,
Bahan yang mudah di dapat dan khasiat dari daun pepaya juga sudah terbukti dari
pengalaman nenek moyang terdahulu bahwa dapat meredakan demam, untuk itu kami ingin
menguji ulang senyawa yang terkandung didalam daun pepaya benar dapat meredakan
demam atau mungkin masih terdapat kandungan senyawa lainyang nantinya bisa dijadikan
sebagai obat ( jamu tradisional ).
1.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C
(100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F). (Schmitt,
1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam
bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3
bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh
yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi
berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain.
Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka
efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis
tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut
sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).
2.2 Definisi Simplisia
Dahulu bangsa Yunani kuno banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman
obat yaitu Hyppocrates (466 tahun SM), Theophrastus (372 tahun SM) dan Pedanios
Dioscorides (100 tahun SM) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan
tanaman obat dalam De Materia Medica. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obatobatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu.Menurut buku Materia Medika
dijelaskan bahwa simplisia dibagi menjadi tiga macam, antara lain simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelikan.Berikut ini beberapa penjelasan mengenai macam-macam
simplisia diatas :
Simplisia Nabati
Simplisia Hewani
Simplisia Pelikan
Adalah simplisia yang Adalah simplisia yang Adalah simplisia yang berupa
berupa
tanaman
bagian
tanaman
eksudat tanaman.
atau
hewan
dan
Senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan oleh adanya atom N (nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur
lingkar heterosiklik atau aromatis.
2.2.2 Sifat Fisika Alkaloid
Umumnya mempunyai satu atom N (nitrogen) meskipun ada beberapa yang memiliki
lebih dari satu atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tersier yang semuanya bersifat basa. Tingkat kebasaannya
tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya.
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik lebur
tertentu atau mempunyai dekomposisi. Sedikit alkaloid yang terbentuk amorf. Pada umumnya,
basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik meskipun pseudo dan protoalkaloid larut
dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2.2.3 Sifat Kimia Alkaloid
Pada umumnya kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
adanya pasangan elektron pada atom Nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
Nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh gugus Alkil, maka ketersediaan elektron
pada Nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Sehingga trietilamin ((C 2H5)3N) lebih basa
daripada dietilamin (C2H5)2NH2) sebaliknya jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron misalnya gugus karbonil, maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan dapat bersifat netral atau bahkan sedikit bersifat asam. Contohnya
senyawa yang mengandung gugus amida.
2.3 Khasiat Daun Pepaya
1. Sifat anti kanker
Menurut penelitian yang dilakukan oleh jurnal Ethnopharmacology, daun pepaya
mengandung enzim tertentu yang memiliki sifat melawan kanker terhadap berbagai tumor seperti
kanker leher rahim, kanker payudara, kanker hati, kanker paru-paru dan kanker pankreas tanpa
efek toksik pada tubuh. Hal ini membuat ekstrak daun pepaya ini, sering direkomendasikan
sebagai bagian dari kemoterapi di beberapa bagian penduduk dunia. Dengan mengatur T-sel,
ekstrak daun pepaya meningkatkan respon sistem kekebalan terhadap kanker. Daun yang terasa
pahit, memang banyak mengandung zat anti kanker, yang juga ditemui pada manfaat daun
binahong.
2. Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan aktif termasuk senyawa karpain yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, cacing, parasit, bakteri serta berbagai
bentuk sel kanker. Hal ini membuat daun pepaya dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal untuk
menghilangkan cacing di usus karena mengandung tannin. Zat tannin ini akan melindungi usus
dari infeksi ulang pada lapisan dinding usus, sehingga cacing di usus tidak dapat menempel.
Dengan demikian, daun pepaya secara efektif akan menekan penyebab terjadinya sakit tifus.
3. Meningkatkan Imunitas Tubuh
Kemampuannya untuk melawan infeksi virus seperti virus flu biasa. Daun pepaya akan
secara alami melakukan regenerasi sel darah putih dan trombosit. Daun pepaya mengandung
lebih dari 50 bahan termasuk vitamin A, C dan E yang mendukung sistem kekebalan tubuh.
4. Anti Malaria
Daun Pepaya telah ditemukan memiliki sifat anti malaria juga. Dengan demikian, jus
daun pepaya sering digunakan di beberapa bagian dunia sebagai profilaksis untuk mencegah
malaria di daerah endemis tertentu.
5. Pencegahan Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Penyakit ini bisa berakibat fatal, namun sejauh ini tidak ada
obat khusus telah dirumuskan untuk penyakit ini. Penghilang rasa sakit seperti aspirin dan
ibuprofen memiliki efek samping tersendiri.
6. Mengurangi Nyeri Haid
7. Membantu Pencernaan
Enzim papain dalam daun pepaya membantu dalam pencernaan protein dan berguna
untuk mengobati gangguan pencernaan, menurut buku The Complete Herbal Panduan: A
Natural Approach to Healing the Body. Rebusan daun pepaya dapat mengurangi mulas dan
perangsang nafsu makan. Daun pepaya juga dapat membantu mencerna gluten protein gandum,
yang terjadi bagi sebagian orang, yang dikenal sebagai penyakit celiac.
8. Membantu Penyakit Pembesaran Prostat
9. Daun Pepaya dapat Mengatasi Jerawat
2.4 Cara Pembuatan Simplisia
2.4.1 Prosedur Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku yang akan di lakukan proses simplisa
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat.
Waktu cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, waktu cara panen dan
penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas.
2. Penanganan pasca panen
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau
hasil dari penambangan alam berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya.
3. Sortasi basah
untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, krikil, rumput, bagian
tanaman lain dan bahan yang merusak
4. Pencucian
Dilakukan dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan debu yang menempel.
5. Perajangan atau pengubahan bentuk
6. Proses pengeringan
Dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia.
Tujuan pengeringan ialah agar simplisia awet dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
7. Sortasi kering
memisahkan benda-benda asing yang masih tertinggal agar simplisia bersih sebelum
dilakukan pengepakan.
8. Pengepakan dan penyimpanan
untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia
2.5 Uji Standarisasi Simplisia
2.5.1
d. Uji Histokimia
Uji histokimia yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang spesifik, zat-zat
kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga akan mudah terdeteksi.
Tujuannya, dilakukan untuk mengetahui macam zat kandungan yang terdapat dalam
jaringan tanaman.
2.5.1.2 Uji Kuantitatif
a. Uji Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan
persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena
air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah
perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila
diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban
udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.
Tujuannya, utuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan
air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia
tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk
memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila
mempunyai kadar air kurang dari 10%
b. Uji Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada
suatu bahan pangan. Penentuan kadar total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penetapan kadar abu
pada daun pepaya yaitu tidak lebih dari 12 % (FHI, hal 117).
Tujuannya, untuk mengetahui berapa besarnya cemaran bahan-bahan anorganik yang
terdapat dalam suatu sampel.
c. Uji Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah presentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan
(tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang,
FHI, hal 112).
Tujuannya, mengetahui susut pengeringan dengan memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
2.5.2 Syarat dan Rumus Uji
2.5.2.1 Syarat Uji Kualitatif
Syarat dari uji-uji kualitatif adalah:
1.
2.
3.
Ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran, imaginasi,
asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.
Syarat penetapan uji susut pengeringan adalah di ulangi sampai memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan atau disebut konstan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
No
1
Proses
Determinasi
Alat
-
Pembuatan simplisia
Uji organoleptis
4
5
Uji makrokospis
Uji mikroskopis
Buku flora
Alat tulis ( buku dan
boltpoint )
Pisau
Baskom
Tempeh atau tampeh
Rasa
Bau
Warna
Struktur
- Mikroskop
- Pisau atau cutter
- Gelas objek
Bahan
- Daun pepaya
Daun papaya
Air
Daun pepaya
Daun papaya
Daun pepaya
Simplisia
herba
Daun pepaya yang
sudah dikeringkan
Aquadest
Kloral hidrat
Uji histokimia
Tabung reaksi
Pipet tetes
Simplisia
Larutan floroglusin
LP
dan
asam
klorida P
Larutan sudan III
LP
Larutan besi (III)
amonium sulfat LP
Larutan vanilin P
10 % b/v dalam
etanol 90 % dan
7
8
9
timbangan
Botol timbang
Timbangan analitik
Wadah pengeringan
Kurs platina
Bunsen
Kaki tiga
Kasa asbes
Pinset
Timbangan analitik
asam klorida P.
Kalium hidroksida
etanol 90 % P
Larutan yodium 0,1
N
Larutan
euthenium LP
Larutan bouchardat
LP
Larutan
hidroksida (5%) LP
Serbuk
simplisia
Carica papaya
Serbuk
simplisia
merah
natrium
Carica papaya
-
Serbuk
simplisia
Carica papaya
Warna
Bentuk
Bau
Rasa
glass
Mengamati dibawah mikroskop.
Mencatat dan menggambar hasil pengamatan.
3.
4.
5.
6.
larutan P Mayer
Diamati warna yang terlihat pada simplisia.
7.
Lakukan yang sama untuk beberapa larutan yang lain sampai selesai.Catan
hasilnya dan bandingkan dengan literature yang ada untuk mengetahui kandungan
apa saja yang ada dalam jaringan daun pepaya.
Simplisia
3.5.2
dinginkan dalam
desikator lalu
ditimbang
Oven
masukkan dan
ditimbang dalam
botol timbang
Hasil
Keringkan dengan
suhu 105 C selama
30 menit
Didinginkan
dan
ditimbang
Hasil
kemudian dipijarkan
perlahan-lahan hingga
arang habis
Simplisia
Tara dan
panaskan kurs
porselen pada
suhu 105oC
selama 30 menit.
Oven
panaskan pada
temperatur 100oC
Hasil
sampai dengan
105oC
Taksonomi
2. Kerajaan
3. Ordo
4. Famili
5. Genus
6. Spesies
7. Kelas
8. Sub Kelas
9. Subkingdom
10. Divisi
11. Super divisi
: Plantae
: Brassicales
: Caricaceae
: Carica
: Cariceae papaya
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
: Dilleniidae
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Masukkan
kedalam kurs
porselen
bertutup
4.1.2
Hasil Determinasi
Determinasi dilakukan untuk mengetahui secara benar nama tumbuhan yang akan
dijadikan bahan simplisia, berikut hasil determinasi daun pepaya yang dilakukan dengan
pedoman buku kunci determinasi ( buku Flora ).
1b
7b
menyerupainya.
9b
10
10b
11
11b
12
dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun
yang ke samping dan serong ke atas.
12b
13
14
14a
15
15a
109
119
120
121
124
berbentuk pohon.
124b Bila melingkar yang memeluk batang pada cabang tidak
125
126
4.1.3
85.
Caricaceae
simplisia.
8. Bubuk atau serbuk simplisia daun pepaya siap di uji.
4.2 Uji Standarisasi Simplisia
4.2.1 Uji Kualitatif
4.2.1.1 Uji Organoleptis
Warna
Bentuk
Bau
Rasa
Hijau Tua
Padat (helaian
Khas
Sangat
daun)
aromatik
Pahit
Keterangan :
1 : Epidermis atas
2 : Jaringan palisade
3 : Jaringan bungakarang
4 : Hablur Kalsium Oksalat
5 : Kolenkim
6 : berkas pembuluh
7 : Saluran getah
8 : Stomata
9 : Epidermis bawah
: Daun Pepaya
Gambar
: Carica papaya
Family
: Caricaceae
Khasiat
: Antidemam
Fragmen
Keterangan
Epidermis bawah
Fragmen Mesofil
Larutan
Hasil
Warna
1.
P Mayer
Alkaloid (+)
Endapan Coklat
4.2.2
Uji Kuantitatif
= 21,5119 g
= 20,1674 g
= 1g
= 1,5584 g
= 13 %
4.2.2.2 Penetapan Uji kadar abu
= 1,48 %
4.2.2.3 Uji Susut Pengeringan
= 31,1204 g
= 34,1969 g
=2g
= 3,1168 g
No.
Kurs porselen
Waktu oven
Bobot
1/30 menit
31,50 gr
Kurs p. 2
1/30 menit
35,4823 gr
2/30 menit
31,4826 g
Kurs p. 2
2/30 menit
35,4545 g
3/30 menit
31,4692 g
Kurs p. 2
3/30 menit
35,4294 g
Setelah memperoleh data yang tertulis diatas maka dihitung susut pengeringannya dengan
mengambil data yang sudah konstan dengan data pengovenan ke 3 dengan hasil 31,4692
g pada kurs pertama dan kurs kedua 35,4294 g.
a. Pengujian 1
= 35,4294 g
= 34,1964 g
=1g
= 1,5584 g
= 0,2 %
b. Pengujian 2
= 31,4692 g
= 31,3427 g
=1g
= 1,5584 g
= 1,9 %
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kunci determinasi digunakan untuk menggolongkan suatu flora atau fauna. Berikut ini
merupakan kunci determinasi family Caricae Folium; 1b. 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b,
11b, 12b, 13b, 14a, 15a, 109b, 119b, 120a, 121b, 124b, 125a, 126a.
2. Pengamatan makroskopik, Simplisia Caricae folium berbentuk rajangan, berwarna hijau
tua, bau khas aromatik.
3. Pengamatan mikroskopik, ditemukan fragmen epidermis bawah, mesofil, dan pembuluh
kayu.
4. Pengamatan uji histokimia, dinyatakan positif mengandung senyawa alkaloid dengan
warna endapan coklat.
5. Pengamatan uji kadar air, dinyatakan kadar air pada simplisia yang kami buat ini tidak
sesuai dengan rentang kadar air yang sudah ditentukan pada simplisia daun papaya yaitu
10 %, sedangkan kadar air yang kami peroleh adalah 13%. Kemungkinan karena faktor
pemanasan atau suhu yang tidak stabil pada saat proses pemanasan.
6. Pengamatan uji kadar abu, dinyatakan sesuai dengan rentang kadar abu yang ditentukan
yaitu 1,48%.
7. Pengamatan susut pengeringan, dinyatakan bernilai konstan karena pada pengujian
pertama sampai ketiga mengalami penyusutan dengan nilai yang konstan.
5.2 Saran
Diharapkan praktikan harus dengan teliti dalam melakukan suatu pengujian dan
memerhatikan hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar terciptanya suatu
penelitian sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21445/4/Chapter%20II.pdf
Anonim
: https://rgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/tgs-fito_alkaloid.pdf
Anonim
: http://www.academia.edu/8317508/Senyawa_Alkaloid
Anonim
: http://manfaat.co.id/manfaat-daun-pepaya
Anonim. 1989. Materia Medika Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Steenis, C. G. G. J van (dkk). 2008. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN