Materi 1 Farmasi Instrument
Materi 1 Farmasi Instrument
SPEKTROSKOPI H-NMR
Sesuai dengan namanya, NMR (Nuclear Magnetic Resonance), spektroskopi NMR
berhubungan dengan sifat magnet dari inti atom.
Fenomena NMR pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946 oleh dua kelompok fisikawan
yang bekerja secara terpisah, yaitu Edward Purcell dari Harvard University dan Felix Bloch
dari Standford University.
Penggunaan NMR berkembang dengan cepat, pada tahun 1960 teknik ini sudah merupakan
metode yang penting untuk elusidasi struktur.
Spektrometri NMR pada dasarnya merupakan spektrometri absorbsi, sebagaimana
spektrometri infra merah maupun ultraviolet. Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel dapat
mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantung
dari sifat-sifat sampel.
Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu
spektrum NMR.
SPIN INTI
Setiap inti atom bermuatan. Pada kebanyakan inti, muatan tersebut berputar (spin) pada
sumbu inti tersebut. Perputaran muatan inti ini akan menimbulkan suatu dipol magnetik
sepanjang sumbu inti dengan momen magnetik inti sebesar .
Perputaran muatan dalam inti menimbulkan dipol magnetic. Tidak semua inti berlaku sebagai
magnet. Hanya inti dengan nomor atom gasal, nomor massa gasal atau nomor atom dan
nomor massa gasal yang dapat berlaku sebagai magnet.
Momentum sudut dari muatan yang berputar tersebut dapat digambarkan dalam pengertian
bilangan kuantum spin (I) bilangan-bilangan ini mempunyai harga 0, 1/2, 1, 3/2, dan
seterusnya (I=0, berarti tidak ada spin).
Setiap proton dan netron mempunyai spinnya sendiri, dan I adalah merupakan resultan dari
spin-spin tersebut. Jika jumlah (proton dan netron) genap, maka I mempunyai harga nol atau
utuh (0, 1, 2, ...); jika jumlah tersebut ganjil, maka harga I merupakan tengahan (1/2, 3/2, 5/2,
...); akan tetapi jika jumlah proton maupun jumlah netron genap, maka harga I adalah nol.
http://rinaherowati.wordpress.com
Tabel: Bilangan kuantum spin dan kelimpahannya di alam dari beberapa inti atom
Isotop
1
H
H
12
C
13
C
14
N
15
N
16
O
17
O
2
1
0
0
5/2
Kelimpahan
di alam
99,985
0,015
98,90
1,10
99,635
0,367
99,762
0,038
Isotop
18
O
F
31
P
32
S
33
S
34
S
35
Cl
37
Cl
19
I
0
0
3/2
0
3/2
3/2
Kelimpahan
di alam
0,200
100
100
95,03
0,75
4,21
75,77
24,23
Misal:
12
Kelimpahan di alam:
1
H = 99,985 sebagian besar proton di alam adalah radioaktif aktif NMR
Hampir semua proton aktif NMR dan kelimpahannya di alam tinggi, sehingga kemungkinan
proton aktif NMR berdekatan dengan proton aktif NMR dalam molekul-molekul di alam
adalah besar.
13
Atom C yang aktif NMR kelimpahannya di alam hanya sedikit, sehingga kemungkinan C
aktif NMR berdekatan dengan C aktif NMR dalam molekul-molekul adalah kecil.
Dalam keadaan normal (inti tidak dikenai/diletakkan pada medan magnet eksternal), semua
orientasi dari suatu inti berenergi sama (degenerasi). Bila inti dikenai medan magnet, maka
orientasi/tingkat spin tidak lagi berenergi sama. Hal ini disebabkan karena inti mempunyai
momen magnetik () yang ditimbulkan oleh berpusingnya muatan.
Jumlah orientasi yang mungkin bagi suatu inti bila padanya dikenakan medan magnet
homogen eksternal ditentukan oleh bilangan kuantum spin (I) dari inti tersebut, sesuai dengan
persamaan :
Banyaknya orientasi = 2 I + 1
http://rinaherowati.wordpress.com
Jadi untuk inti 1H dan 13C, dengan I = , masing-masing akan mempunyai dua macam
orientasi (2 x + 1 = 2), yaitu + (searah dengan medan magnet) dan (berlawanan
arah/melawan medan magnet). Tingkatan spin + berenergi lebih rendah karena searah
dengan medan magnet karena searah dengan medan magnet eksternal, sedang tingkatan spin
berenergi lebih tinggi karena melawan medan magnet eksternal.
Perbedaan energi antara dua tingkatan spin tersebut dinyatakan dengan persamaan:
E = h Bo / 2
........(1)
h = tetapan Planck
= magnetogeryc ratio (tetapan bagi tiap-tiap inti)
Bo = kekuatan medan magnet eksternal
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa perbedaan energi antara dua tingkatan spin tersebut
tergantung pada kekuatan medan magnet eksternal (Bo).
Makin kuat medan magnet eksternal yang digunakan, makin besar E antara tingkatantingkatan spin tersebut.
http://rinaherowati.wordpress.com
Selain itu besarnya pemisahan tingkat energi juga tergantung pada macamnya inti yang
terlibat dalam proses tersebut.
Masing-masing inti mempunyai ratio momen magnetic/momen sudut yang berbeda, karena
mempunyai muatan dan massa yang berbeda.
Ratio ini disebut magnetogeryc ratio () yang merupakan suatu tetapan bagi tiap-tiap inti
dan menentukan ketergantungan energi (E) pada medan magnet eksternal.
http://rinaherowati.wordpress.com
Besarnya energi yang diabsorbsi harus persis sama dengan E antara dua tingkatan spin yang
terlibat dalam proses tersebut, yaitu:
E = h
.......(2)
Dengan menghubungkan persamaan (1) dan (2), maka besarnya frekuensi () agar suatu inti
beresonansi dapat ditentukan :
h = h Bo / 2
= Bo / 2
disebut sebagai frekuensi resonansi, yang besarnya tergantung pada kekuatan medan
magnet eksternal (Bo) dan ratio magnetogerik dari inti yang bersangkutan (). Semakin besar
Bo yang diberikan, E semakin besar, semakin tinggi pula.
Tabel : Kekuatan medan magnet eksternal, Bo,
beserta harga frekuensi agar inti tertentu dapat beresonansi
Isotop
1
H
H
C
13
19
F
Cl
35
Bo (Gauss)
10.000
14.100
21.150
23.500
51.480
10.000
10.000
21.150
10.000
10.000
(MHz)
42,6
60,0
90,0
100,0
220,0
6,5
10,7
22,6
40,0
4,2
Pada tertentu dan Bo tertentu, hanya ada 1 macam proton yang beresonansi.
http://rinaherowati.wordpress.com
Misal:
1
http://rinaherowati.wordpress.com
MEKANISME ABSORBSI
Untuk dapat memahami tentang transisi spin inti, kita dapat menganalogikan dengan
gangsingan.
Gambar : Presesi inti yang berspin karena pengaruh medan magnet eksternal (b)
analog dengan gangsingan yang berpresisi dalam medan gravitasi bumi (a)
Karena pengaruh medan magnet eksternal, inti yang berspin berkelakuan sama dengan
gangsingan yang sedang berpresesi di bawah pengaruh medan gravitasi bumi.
Sumbu magnetik dari proton akan berpresesi sepanjang sumbu medan magnet eksternal,
dengan kecepatan sudut presesi (frekuensi Larmor, o) adalah sama dengan hasil kali rasio
magnetogerik () dengan kekuatan medan magnet eksternal (Bo).
o = Bo
http://rinaherowati.wordpress.com
http://rinaherowati.wordpress.com
http://rinaherowati.wordpress.com
10
http://rinaherowati.wordpress.com
11
1
12
constant (J), yang tergantung pada jumlah serta jenis ikatan yang memisahkan intiinti tersebut.
Si
CH3
CH3
TMS memberikan sinyal yang tajam (singlet) dengan intensitas tinggi, karena
mempunyai 12 proton yang ekuivalen.
TMS mengabsorbsi pada higher field dibanding hampir semua proton organik (si
bersifat elektropositif, sehingga proton-proton dalam TMS sangat terlindungi
(shielded) turun ( = 0)
Bersifat inert
Mempunyai titik didih yang rendah (27oC), sehingga mudah dihilangkan kalau
dikehendaki lagi senyawa yang diuji.
Larut dalam kebanyakan pelarut organik
TMS tidak larut dalam air maupun D2O. Dalam hal ini TMS dapat diperlakukan
sebagai external standard. Atau dapat juga dipakai garam natrium dari asam 3(trimetilsilil)-propanasulfonat.
(CH3)3SiCH2CH2CH2SO3-Na+
Berapa HZ bergesernya suatu proton dari TMS akan tergantung pada kekuatan medan
magnet eksternal yang digunakan.
http://rinaherowati.wordpress.com
13
Semakin besar medan magnet yang digunakan, semakin besar perbedaan frekuensi
dari TMS.
Hal ini akan menyulitkan kita apabila kita ingin membandingkan data (spektrum)
yang diperoleh dengan spektrometer NMR yang berbeda.
Maka digunakan parameter baru yang tidak tergantung pada kekuatan medan magnet
eksternal yang digunakan, yaitu : chemical shift, geseran kimia ()
http://rinaherowati.wordpress.com
14
687,5 Hz
=
60.000.000 Hz
= 2,1 ppm
= 2,75 ppm
250.000.000 Hz
http://rinaherowati.wordpress.com
15
Efek elektronegativitas
Suatu proton yang terikat pada atom karbon yang mengikat unsur-unsur yang
elektronegatif, maka chemical shift dari proton tersebut akan naik dengan kenaikan
elektronegativitas dari unsur yang diikat oleh atom karbon tersebut.
Senyawa CH3X
CH3F CH3OH CH3Cl CH3Br
CH3I
CH4
(CH3)4Si
Unsur X
F
O
Cl
Br
I
H
Si
Elektronegativitas
4,0
3,5
3,1
2,8
2,5
2,1
1,8
dari unsur X
Chemical shift ()
4,26
3,40
3,05
2,68
2,16
0,23
0
Multiple substituent mempunyai efek yang lebih kuat dari pada single substituent
CHCl3
CH2Cl2
CH3Cl
7,27
5,30
3,05
Pengaruh dari substituen akan berkurang dengan cepat dengan bertambahnya jarak.
-CH2CH2Br
-CH2CH2 CH2Br
-CH3Br
3,30
1,69
1,25
Pengaruh unsur elektronegatif terhadap proton akan menjadi kecil, apabila antara
protn dan unsur elektronegatif dipisahkan oleh lebih dari 3 atom C.
2. Hibridisasi
2.a. Proton yang terikat pada atom yang hibridisasinya sp3 : 0 2 ppm
H
Daerah
Alif atik
H
H
H
H
3O
>
2O
>
1O
>
cincin tegang
0
Proton yang terikat pada atom karbon sp3 yang terikat pada heteroatom, seperti -O-CH2- atau
yang terikat pada atom C tidak jenuh, seperti >C=C-CH2- tidak terletak pada daerah tersebut,
tapi akan muncul pada yang lebih besar. Mengapa?
2.b. Proton yang terikat pada atom yang hibridisasinya sp2
http://rinaherowati.wordpress.com
16
O
R
C
O
C
O
http://rinaherowati.wordpress.com
17
Senyawa Aromatik
Dalam molekul enzen serta senyawa-senyawa aromatis lainnya, elektron-elektron
terdelokalisasi di atas dan di bawah cincin aromatik.
Oleh pengaruh medan magnet eksternal (Bo), awan elektron tersebut akan terinduksi
sehingga bersirkulasi menghasilkan arus listrik yang disebut arus cincin (ring current).
Arus cincin ini menimbulkan medan magnet.
Medan magnet terinduksi yang berada dalam pusat cincin adalah bersifat melawan Bo,
sedangkan di daerah perifer (sekitar garis keliling cincin) searah dengan Bo.
Akibatnya, proton-proton aromatis yang terletak di sekitar garis keliling cincin (di luar
cincin) akan merasakan medan magnet yang lebih besar dari Bo dan akan beresonansi
pada frekuensi yang lebih tinggi.
http://rinaherowati.wordpress.com
18
Aldehid
Efek anisotropi pada aldehid dapat diterangkan dengan cara yang sama dengan yang
terjadi pada alkena.
Proton aldehid beresonansi pada chemical shift yang lebih tinggi (9-10 ppm) karena
adanya electron withdrawing effect dari atom oksigen.
http://rinaherowati.wordpress.com
19
Alkuna
Ptoron acetylenic (C=C) secara tidak wajar muncul pada 2-3 ppm.
Alkuna berorientasi paralel terhadap medan magnet eksternal.
Perputaran elektron akan menghasilkan medan magnet induksi yang berlawanan
dengan Bo (diamagnetik) sepanjang sumbu molekulernya.
Akibatnya proton acetylenic relatif terlindungi (shielded) dan beresonansi pada chemical
shift yang rendah.
Alkena
Di dalam medan magnet eksternal, gugus alkena (C=C) akan berorientasi sedemikian
rupa sehingga bidang ikatan rangkapnya tegak lurus terhadap medan magnet tersebut.
Perputaran elektron akan menghasilkan medan magnet induksi yang :
http://rinaherowati.wordpress.com
20
- Bersifat diamagnetik (melawan Bo) di atas dan di bawah ikatan rangkap (shielding
cone)
- Bersifat paramegnetik (searah o) di daerah proton alkena.
Proton alkena akan merasakan medan magnet yang lebih besar dari Bo, sehingga akan
muncul pada daerah yang downfield.
21
http://rinaherowati.wordpress.com
22
ELECTRONIC SHIELDING
Inti hidrogen dalam molekul organik terikat secara kovalen pada
pada inti yang lain dan dikelilingi
oleh awan-awan
awan elektron pada ikatan tersebut.
Dalam medan magnet eksternal, elektron yang bergerak mengelilingi proton akan
menghasilkan medan magnet yang arahnya berlawanan (menentang) medan magnet eksternal
(bersifat diamagneti).
amagneti). Medan magnet yang ditimbulkan oleh elektron yang mengelilingi inti
tersebut dikenal dengan Blokal.
Akibatnya, medan magnet efektif yang dirasakan oleh proton, Beff, menjadi lebih rendah dari
pada medan magnet eksternal Bo.
Beff = Bo Blokal
Dikatakan bahwa proton terlindungi (shielded) dari medan magnet eksternal oleh elektron
yang mengelilinginya.
Efek shielding diamagnetik tersebut, secara universal ada pada semua proton (tidak pernah
ada inti yang telanjang).
ung pada kerapatan elektron (electron density) yang mengelilingi
Taraf shielding tergantung
proton.
Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi proton
http://rinaherowati.wordpress.com
23
http://rinaherowati.wordpress.com
24
EKIVALENSI KIMIA
Semua proton dalam suatu molekul yang berada dalam lingkungan kimia yang sama
(ekivalen secara kimia) akan mepunyai geseran kimia (chemical shift) yang sama.
Biasanya proton-proton aromatik dari cincin fenil yang tersubstitusi alkil beresonansi pada
frekuensi yang sama, karena efek elektronik dari gugus alkil tidak begitu kuat.
Sebaliknya, cincin fenil dengan substituen penarik atau pemberi elektron yang kuat (-OH, COR, -NH2, Cl, dll), memperlihatkan proton-proton aromatik pada frekuensi yang berbeda.
http://rinaherowati.wordpress.com
25
INTEGRAL
Dalam spektrum NMR, luas daerah di bawah puncak (peak) akan proposional dengan jumlah
hidrogen yang menimbulkan/menghasilkan peak tersebut.
Integrasi peak biasanya ditunjukkan sebagi suatu garis integrasi (integration line). Tinggi
integrasi di atas suatu peak secara langsung proporsional dengan luas daerah di bawah peak
tersebut.
Tinggi garis integrasi tidak menunjukkan jumlah absolut dari proton, tetapi memberikan
jumlah relatif dari masing-masing tipe hidrogen.
55.5 div
22.0 div
= 2.52
22.0 div
32.5 div
= 1.00
= 1.49
22.0 div
22.0 div
X2
Karena jumlah total proton dalam benzil asetat ada 10, maka jumlah proton yang
menghasilkan peak-peak pada 7,3 ; 5,1 dan 2,0 berturut-turut adalah 5/10 x 10 = 5; 2/10
x 10 = 2 dan 3/10 x 10 = 3.
http://rinaherowati.wordpress.com
26
Instrumen NMR yang modern tidak hanya memperlihatkan garis integrasi pada spectrum
yang dihaslkan , tetapi juga memberikan bilangan integrasi (integration number), yang
memberikan jumlah relatif hidrogen di bawah suatu peak.
http://rinaherowati.wordpress.com
27
Puncak Hb (integral = 2)
http://rinaherowati.wordpress.com
28
Puncak Ha (integral = 1)
Resonansi proton metin (CH) pada 5,77 dipecah/di-split menjadi suatu triplet, sedang
proton metilen (CH2) pada 3,95 di-split menjadi doublet.
29
Bila proton A mempunyai 2 proton tetangga yang ekivalen, maka sinyal resonansinya akan
di-split menjadi triplet.
Bila proton A mempunyai 2 proton tetangga yang ekivalen, maka sinyal resonansinya akan
di-split menjadi kwartet.
http://rinaherowati.wordpress.com
30
Segitiga pascal :
Rasio intensitas sinyal hasil splitting sesuai dengan segitiga pascal.
http://rinaherowati.wordpress.com
31
Ha
Hb
Dalam suatu molekul yang simetris, kedua proton tersebut identik (ekuivalen), maka
fenomena ini tidak terjadi.
http://rinaherowati.wordpress.com
32
Spin-spin splitting terjadi karena hidrogen-hidrogen pada atom-atom karbon yang berdekatan
dapat merasakan satu dengan lainnya.
http://rinaherowati.wordpress.com
33
Proton B mengalami hal serupa dengan proton A, sehingga baik proton A maupun proton B
akan muncul sebagai doblet.
Pengaruh magnetik yang dialami oleh proton A dan proton X tersebut tidak dipindahkan
melalui ruang, melainkan melalui elektron dalam ikatan. Spin inti dari proton X couples
dengan spin elektron dari elektron ikatan C-Hx; hasil coupling ini kemudian couples lagi
dengan elektron dari ikatan C-C; dan seterusnya couples dengan elektron ikatan C-HA.
Kopling ini akhirnya ditransmisikan kepada spin inti dari proton HA.
Interaksi macam ini berlaku sangat kuat sepanjang satu atau dua ikatan, kurang kuat
sepanjang tiga ikatan dan lemah sepanjang empat atau lebih ikatan.
Jumlah peak dalam suatu sinyal (singlet, doblet, triplet, dst) disebut sebagai multiplisitas
(multiplicity), yang tergantung pada jumlah hidrogen pada atom karbon tetangga.
Spin-spin splitting memberikan informasi tentang jumlah hidrogen yang terdapat pada atom
karbon tetangga.
http://rinaherowati.wordpress.com