Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroseismik merupakan getaran alami (ambient vibration) yang berasal dari dua
sumber utama yakni alam dan manusia (Nakamura, 2000). Mikroseismik telah menjadi
sebuah terobosan baru dalam keilmuan geofisika yang dengan keunggulannya mampu
mengancam keberlangsungan metode seismik konvensional. Salah satu masalah dalam
mikroseimik adalah pemikiran lama bahwa geophone harus berada dekat dengan sumber. Hal
ini dapat dipecahkan dengan cara memasang ratusan sampai ribuan geophone untuk
menciptakan sejenis mikrofon parabola yang dapat mendeteksi secara bersamaan berapa
peristiwa mikroseismik.
Rangkaian geophone tersebut dapat berfungsi sebagai sistem alarm dini bagi wellbore
dan casing. Hal ini dikarenakan mikroseismik juga dapat menentukan lokasi sumber yang
berasal dari fracture atau kompaksi, sehingga dapat diketahui jauh tidaknya lokasi dengan
komponen mikroseismik vital. Sampai saat ini, metode mikrosesmik dengan teknologi
PSET ini marak digunakan di Amerika Utara. Lokasi lapangan dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Peta lokasi lapangan penelitian menggunakan metode


Mikroseismik

Metode mikroseismik memiliki banyak kelebihan diantaranya biaya operasional yang lebih
murah jika dibandingkan dengan seismik konvensional yang menggunakan well seismic yang
harganya mencapai 2-4 juta dolar setiap well.

Selain itu, mikroseismik juga dapat

mengurangi pengaruh noise karena metode tersebut memakai subsurface noise sebagai salah
satu sumbernya. Kelebihan-kelebihan tersebut membuat metode ini banyak digunakan
dibeberapa aplikasi. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode
dan gelombang mikroseismik beserta aplikasinya di berbagai bidang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui secara menyeluruh mengenai gelombang dan metode mikroseismik.
b. Mengetahui aplikasi gelombang seismik dalam berbagai bidang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gelombang Mikroseismik
Mikroseismik adalah gelombang seismik mikro yang diakibatkan oleh adanya
pergerakan di bawah permukaan bumi dengan magnitudo rendah hampir tidak terasakan di
permukaan dan sifat kejadianya lokal. Karena tempat kejadian sumber gelombang
mikroseismik adalah lokal, maka perbedaan waktu tempuh gelombang P dan S tidak akan
terlalu lama antara 0.02-2.6 detik dengan durasi kurang dari 10 detik. Contoh pergerakan
yang dapat dikategorikan sebagai gelombang seismik mikro adalah pergerakan rekahan,
proses injeksi fluida, aktivitas pemboran dan migrasi fluida.
Gelombang mikroseismik gelombang gangguan yang berasal dari pengaruh luar, yaitu
atmosfer dan lautan. Selain itu, gelombang mikroseismik juga dapat diartikan sebagai
gelombang seismik yang amplitudo gerakan partikelnya kurang dari 10-3 cm (Bullen dan
Bolt, 1985). Gelombang tersebut selalu ada dalam seismogram dengan intensitas yang
bervariasi dan dapat mengganggu rekaman gempa bumi. Terdapat dua teori yang
menerangkan terjadinya gelombang mikroseismik, yaitu:
a. Teori pantai yang menjelaskan bahwa gelombang mikroseismik berasal dari aktivitas
ombak yang memecah pada pantai yang curam.
b. Teori siklon yang menjelaskan bahwa gelombang tersebut beasal dari aktivitas siklon
(pusaran angin) di atas lautan dalam.
Gelombang mikroseismik terdiri dari gelombang P, Rayleigh dan Love. Gelombang P
(gelombang primer) merupakan gelombang pusat yang memiliki kecepatan paling tinggi dari
pada gelombang S. Gelombang ini merupakan gelombang longitudinal partikel yang
berambat bolak-balik dengan arah rambatnya. Gelombang ini terjadi karena adanya tekanan.
Karena memiliki kecepatan tinggi gelombang ini memiliki waktu tiba terlebih dahulu dari
pada gelombang S. Kecepatan gelombang P (Vp) adalah +5 7 km/s di kerak bumi, > 8 km/s
di dalam mantel dan inti bumi, +1,5 km/s di dalam air dan + 0,3 km/s di udara. Di udara
gelombang P merupakan gelombang bunyi. Adapun persamaan dari kecepatan gelombang
primer adalah sebagai berikut.

Vp

+ 2

(1)
Keterangan:

= Konstanta lame

= rigiditas
= densitas

Ilustrai gelombang P dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: expandxi. web. Id, 2015


Gambar 1. Ilustrasi Gerak Gelombang Primer
Sementara gelombang Rayleigh merupakan jenis gelombang permukaan yang memiliki
kecepatan (

VR

) antara

2.0-4.2 km/s di dalam bumi. Gelombang Rayleigh

diperkenalkan oleh Lord Rayleigh pada tahun 1885. Gelombang Rayleigh dapat merambat
pada permukaan bebas medium berlapis maupun homogen. Waktu perambatan gelombang
Rayleigh sendiri lebih lambat daripada gelombang Love. Gelombang Rayleigh dapat
diekspresikan dalam bentuk persamaan berikut :
c2
v2s

( )
2

(2)
Keterangan: c = kecepatan fase
v p = kecepatan gelombang p
v s = kecepatan gelombang s

c2 2
1

(
v 2p

c2 2
1

(
v 2s

Sumber : catatandiankartinisyahnaputri.com
Gambar 2. Ilustrasi Gerak Gelombang Rayleigh
Terbentuknya gelombang Rayleigh akibat adanya interaksi antara gelombang S dan P
pada permukaan bebas yang kemudian merambat secara paralel terhadap permukaan. Karena
pergerakan partikelnya yang vertikal, maka gelombang Rayleigh hanya dapat ditemukan
pada komponen vertikal seismogram. Gelombang Rayleigh merupakan gelombang yang
dispersif dimana periode yang lebih panjang akan mencapai material yang lebih dalam dan
sampai sebelum periode pendek. Hal ini yang menjadikan gelombang Rayleigh merupakan
gelombang yang sesuai untuk mengekpresikan struktur keras suatu area. Namun sifat
dispersif ini berlaku terhadap medium berlapis secara vertikal. Jika pada medium homogen
tak berhingga, sifat dispersif tidak berlaku.
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan. Arah rambat partikelnya bergetar
melintang terhadap arah penjalarannya. Gelombang Love merupakan gelombang transversal,
kecepatan gelombang ini di permukaan bumi (

VL

) adalah + 2,0 4,4 km/s.

Sumber : catatandiankartinisyahnaputri.com
Gambar 3. Ilustrasi Gerak Gelombang Love
Gelombang Love diperkenalkan oleh seorang ahli matematika dari Inggris bernama
A.E.H. Love pada tahun 1911. Gelombang Love dapat diekspresikan dengan persamaan :

1 1
H( 2 2 ) 2
[
vs c

tan

1
2
vs
1

c2

1
1 1 2

v 2s c2
d

(3)
Keterangan : H = ketebalan lapisan lapuk
= frekuensi angular

c = kecepatan fase
v s = kecepatan gelombang S
d

dan d

'

= perpindahan dari komponen tranversal

2.2 Klasifikasi Gelombang Mikroseismik


Berdasarkan observasi yang dilakukan pada stasiun-stasiun seismik di Swedia (Bath,
1979), gelombang mikroseismik dapat dibedakan menjadi tiga:
a. Gelombang seismik periode pendek (< 2 detik), yaitu gelombang mikroseismik yang
ditimbulkan sebab-sebab local seperti getaran mesin, angin dan sebagainya.
b. Gelombang mikroseismik periode sedang (

8 detik), yaitu gelombang

mikroseismik yang timbul pada saat terjadi badai di laut sebelah Utara Norwegia.
c. Gelombang mikroseismik periode panjang (17-20 detik), yaitu gelombang mikroseismik
yang timbul pada saat terjadi gelombang laut yang besar. Gelombang tersebut relatif
jarang terjadi.
Selain jenis yang telah disebutkan di atas, terdapat juga jenis gelombang mikroseismik
kelautan yang dapat dibedakan menjadi dua (Darbyshire, 1969).

a. Gelombang mikroseismik primer, yaitu gelombang mikrosesmik yang mempunyai


frekuensi sama dengan frekuensi gelombang laut yang menjadi penyebab gelombang
mikroseismik tersebut. Frekuensi gelombang ini berkisar antara 0.06-0.08 Hz.
b. Gelombang mikroseismik sekunder, yaitu gelombang mikroseismik yang memiliki
frekuensi dua kali lipat frekuensi gelombang laut yang menimbulkan adanya gelombang
mikrosesmik tersebut. Gelombang ini memiliki frekuensi sekitar 0.125-0.17 Hz.
2.3 Metode Mikroseismik
Mikroseismik merupakan metode geofisika yang banyak berperan dalam berbagai
bidang seperti eksplorasi minyak dan gas bumi, eksplorasi panas bumi, studi kegunungapian,
pembelajaran struktur dalam bumi dan kegempaan. Alat mikroseismik harus dapat
mengidentifikasi peluruhan getaran yang terdapat dalam medium, bersama dengan
broadband seismometer mengukur secara real time pergerakan tanah kemudian dapat
direkam sebagai fungsi waktu.
Prinsipnya adalah geophone ditanam pada kedalaman tertentu. Sumber mikroseismik
yang paling banyak adalah dari peristiwa kompaksi yang diakibatkan adanya overburden.
Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga dapat mendeteksi terjadinya peristiwa
overburden yang penting diperhatikan dalam eksplorasi geofisika. Berikut adalah
penggambaran geophone dalam mikroseismik :

Gambar 4. Penggambaran Geophone dalam Mikroseismik


2.4 Aplikasi Gelombang Mikroseimik
Gelombang mikroseismik telah banyak dimanfaatkan, diantaranya:

a. Misalnya pada sumur-sumur tua, sering digunakan teknik Enhanced Hydrocarbon


Recovery dengan cara menginjeksikan fluida, uap, atau CO untuk meningkatkan tekanan
reservoir yang berujung pada peningkatan produksi sumur. Injeksi ini dapat menciptakan
transien tekanan yang menjadi sumber mikroseismik, sehingga kondisi sumur dapat
dipantau.
b. Monitoring dan mapping untuk fracture. Pemantauan kondisi fracture sangat berguna
dalam monitoring reservoir, apalagi dalam metode yang tidak biasa seperti mikroseismik,
karena fracture sering terjadi akibat perbedaan tekanan selama injeksi dan produksi.
Dengan teknologi PSET, tidak hanya didapatkan geometri fracture, namun juga pola
aliran fluida serta perkembangan fracture itu sendiri mulai dari azimuth, densitas dan
panjangnya. Selain karena injeksi dan kompaksi yang sudah dituliskan, sumber
mikroseismik juga berasal dari peristiwa fracturing.
c. Mendeteksi adanya sesar. Pada mikroseismik tidak terjadi pembatasan panjang
gelombang sumber seperti pada seismik refleksi konvensional, sehingga dapat
memberikan banyak informasi tambahan, salah satunya adalah lebih mudah dalam
mendeteksi sesar. Hal ini dikarenakan mikroseismik dapat melihat diskontinuitas dan
kesalahan akibat aliran fluida. Informasi sesar juga diperlukan dalam kinerja reservoir
karena dapat mengubah arah migrasi hidrokarbon.
d. Interpretasi struktur bawah permukaan Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan analisis
gelombang Rayleigh gempa bumi Jepang 5 September 2004 Pukul 10.07.07 (UTC) dan
gelombang mikroseismik. Analisis gelombang ini untuk menentukan frekuensi dominan
gelombang Rayleigh yang diperoleh dari pengolahan data MERAMEX dengan program
PITSA Programmeble Interactive Toolbox for Seismological Analysis. Dari hasil
frekuensi dominan dan dipadukan dengan kecepatan gelombang Rayleigh yang didapat
dari hasil bagi jarak episenter terhadap stasiun penelitian dengan waktu tempuh
gelombang Rayleigh maka didapatkan panjang gelombang. Panjang gelombang didapat
dari hasil bagi kecepatan gelombang Rayleigh dengan frekuensi dominan. Untuk
mendapatkan kedalaman lapisan daerah penelitian digunakan persamaan panjang
gelombang.
e. Mengkarakterisasi reservoir minyak tanah menggunakan monitoring gelombang
mikroseismik bawah permukaan.

f. Menganalisis nilai Peak Ground Acceleration dan indeks kerentanan seismik.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Gelombang mikroseismik merupakan gelombang gangguan yang berasal dari pengaruh luar,
yaitu atmosfer dan lautan. Sedangkan Mikroseismik merupakan metode geofisika yang
banyak berperan dalam berbagai bidang seperti eksplorasi minyak dan gas bumi, eksplorasi
panas bumi, studi kegunungapian, pembelajaran struktur dalam bumi dan kegempaan.
b. Gelombang mikroseismik memiliki peranan penting diantaranya:
1. Digunakan teknik Enhanced Hydrocarbon Recovery dengan cara menginjeksikan fluida,
uap, atau CO untuk meningkatkan tekanan reservoir yang berujung pada peningkatan
produksi sumur.
2. Monitoring dan mapping untuk fracture
3. Mendeteksi adanya sesar

4. Interpretasi struktur bawah permukaan Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan analisis
gelombang Rayleigh gempa bumi Jepang 5 September 2004 Pukul 10.07.07 (UTC) dan
gelombang mikroseismik.
5. Mengkarakterisasi reservoir minyak tanah menggunakan monitoring gelombang
mikrosesmik bawah permukaan.
6. Menganalisis nilai Peak Ground Acceleration dan indeks kerentanan seismik.

DAFTAR PUSTAKA
Bath, M. (1979). Introduction to Seismology, Second/Revised Edition, Birkhauser Verlag, 428 pp.
Bullen, K. E. and B. A. Bolt. (1985). An Introduction to The Theory of Seismology, Fourth
Edition, Cambridge University Press.
Febriana, Yeza, Ika Daruwati dan Rindi Genesa Hatika. Analisis Nilai Peak Ground
Acceleration dan Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Data Mikroseismik pada
Daerah Rawan Gempabumi Di Kota Bengkulu, Jurnal Ilmiah Edu Research, vol.2,
(Desember 2013).
Nakamura, Y. (2000). Clear Identification of Fundamental Idea o Nakamuras. System and Data
Research Co. Ltd., 3-25-3 Fujimidai. Kunitachishi. Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai