Anda di halaman 1dari 7

Dekonstruksi Relasi Cinta dalam Lirik Lagu

Style dan Wildest Dreams Karya Taylor Swift


Oleh: Mashita Phitaloka Fandia P.
NIM: 15/389639/PMU/08598
Program Kajian Budaya dan Media
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
A. Latar Belakang
Bahasan tentang cinta telah menjadi komoditas yang mengalami proses
komodifikasi sedemikian rupa di era kapitalisme lanjut ini. Cinta menjadi
topik yang tidak ada habisnya dan selalu didaur ulang dari masa ke masa
dalam berbagai bentuk. Pada dasarnya, khalayak memang menyukai
drama. Media menjadi salah satu wadahnya. Mulai dari tayangan televisi,
film, buku, hingga musik; bahasan tentang cinta selalu mewarnai hirukpikuk kehidupan media yang dikonsumsi oleh khalayak. Segala yang
berbau cinta-cintaan dianggap menjual. Namun memang, cinta yang
tertuang dalam berbagai bentuk media itu selalu laku keras.
Taylor Swift adalah salah satu dari sekian penyanyi internasional
yang sukses menjual cinta. Hingga saat ini, ia telah menjual lebih dari 40
juta album fisik dan 130 juta unduhan digital single di seluruh dunia,
menjadikannya salah satu artis dengan tingkat penjualan terbesar
sepanjang masa, di usianya yang baru menginjak 26 tahun. Hampir
kesemua single yang telah dirilis dari album 1989 pun menduduki
puncak tangga lagu internasional. Pada tahun 2015, Swift menjadi wanita
termuda yang masuk dalam daftar 100 Wanita Paling Berpengaruh versi
majalah Forbes. Penggemar Swift pun tersebar dari berbagai kalangan,
mulai dari anak remaja hingga orang dewasa. Banyak pihak menilai,
semenjak debutnya pada tahun 2004 lalu, Swift telah mengalami
transformasi sepanjang perjalanan karirnya, baik dalam segi musik
maupun lirik.
Pada awal karirnya, Swift terkenal sebagai gadis country dengan
lirik-lirik yang manis bak remaja putri yang mengalami jatuh cinta dan

patah hati untuk pertama kalinya. Perubahan mulai terlihat pada album
Red (2012), di mana musiknya mulai bergeser ke arah pop, dengan lirik
yang terkesan lebih dewasa. Kemudian, di album terbarunya, 1989
(2014), Swift terjun sepenuhnya ke musik pop, dengan lirik-lirik yang
tidak hanya menggambarkan kedewasaannya, melainkan juga terkesan
lebih liar, seperti yang dapat ditemukan dalam lagu Style dan Wildest
Dreams. Pada titik ini, Swift seolah ingin membawa cinta itu sendiri ke
tataran yang lebih intim.
Cinta merupakan bagian yang paling menonjol dalam menyibak
relasi kuasa hasrat antara wanita dan pria yang mewujud dalam keintiman.
Banyak ditemukan dalam lagu-lagu populer, terutama yang dibawakan
oleh penyanyi wanita, liriknya menempatkan wanita sebagai objek yang
tertindas dan menderita karena cinta. Dalam artian, wanita selalu menjadi
pihak yang dilukai alih-alih melukai. Mereka menderita karena rindu,
patah hati, bahkan ketika jatuh cinta sekalipun. Pun hal itu terlihat dalam
beberapa lagu Swift, terutama yang dirilis dalam album pertama hingga
keempatnya. Namun, dalam Style dan Wildest Dreams, Swift
menghadirkan sesuatu yang berbeda.
Sebagai sosok yang mendapatkan sorotan dari publik internasional,
Swift dan lagu-lagunya telah memberikan banyak pengaruh terhadap kaum
muda di seluruh pelosok dunia. Terlebih, ia menulis seluruh lirik lagunya
berdasarkan pengalaman kehidupan pribadinya,

yang

tentu

juga

mendapatkan sorotan dari media, sehingga Swift terkenal dengan lirikliriknya yang naratif. Kritikus musik pun menilai bahwa pergeseran proses
penceritaan atas cinta dan relasi keintiman yang tertuang dalam lirik
lagunya didasarkan oleh pengalaman romansa Swift yang semakin dalam
dan matang. Hal ini kemudian menarik untuk dikaji, mengingat bahwa
lagu barat populer, terutama yang dibawakan oleh Swift, tidak hanya
dikonsumsi oleh kalangan dewasa, melainkan juga remaja bahkan anakanak. Di samping itu, meskipun Swift menceritakan relasi cinta dalam
Style dan Wildest Dreams, tidak ditemukan kata cinta dalam teks
lirik kedua lagu tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana dekonstruksi relasi cinta dalam lirik lagu Style dan
Wildest Dreams karya Taylor Swift?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ditetapkan tujuan penelitian sebagai
berikut:
Mendeskripsikan dekonstruksi relasi cinta dalam lirik lagu Style
dan Wildest Dreams karya Taylor Swift.

D. Tinjauan Pustaka
Konsepsi tentang relasi cinta antara wanita dan pria yang telah
dimapankan selama ini adalah dengan adanya keterikatan status dan
komitmen; pacaran atau tidak pacaran, hanya berteman atau lebih dari
sekadar berteman, menikah atau tidak menikah, bercerai atau tidak
bercerai, dan sebagainya. Bauman (2003) melontarkan konsep liquid
love atau relasi cinta yang cair, mudah terjalin dan patah dalam
masyarakat modern, di mana keintiman dalam era kontemporer ini
memiliki keutamaan atas hasrat dibanding dengan keintiman personal.
Dalam kebanyakan banyak teks lirik lagu populer selama ini, baik
yang dibawakan oleh penyanyi pria maupun wanita sendiri, wanita selalu
digambarkan sebagai pihak dengan tingkat ketergantungan yang lebih
besar terhadap pria dibandingkan dengan sebaliknya. Bahkan, generasi
pop 90-an terkenal sebagai generasi wanita merintih, dengan industri
musik mainstream internasional yang didominasi oleh penyanyi wanita
dengan lagu-lagu balada mereka, seperti Mariah Carey, Whitney Houston,
Celine Dion, dan lain-lain. Lirik-lirik pada masa itu banyak memuat
tentang kegelisahan wanita akan kepastian status dan komitmen dalam
relasi cinta.

Kajian-kajian mengenai gender yang telah ada sebelumnya banyak


menguraikan ketimpangan relasi kuasa dalam relasi cinta antara wanita
dan pria. Dominasi patriarki masih banyak ditemukan dalam teks lirik lagu
populer. Bahkan lagu-lagu Swift yang dirilis pada awal karirnya pun
banyak memuat lirik yang memuja cinta dan pria yang menjadi objek
dalam lagunya. Meskipun banyak pula lirik lagu, terutama yang
dibawakan oleh penyanyi wanita, mulai memuat keintiman dan seksualitas
seiring dengan bangkitnya gerakan feminis, hal tersebut tergolong hal baru
bagi seorang Swift, yang beranjak dari seorang penyanyi country remaja
menjadi penyanyi pop dewasa.

E. Kerangka Pemikiran
Cinta merupakan bagian yang paling menonjol dalam menyibak relasi
kuasa hasrat antara wanita dan pria yang mewujud dalam keintiman.
Stenberg (1988) mengungkapkan bahwa terdapat tiga elemen dalam relasi
cinta, yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen
(commitment). Cinta dan keintiman sendiri berjalan saling beriringan.
Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada perasaan kedekatan
atau perasaan keterhubungan antara dua orang. Perasaan itu mewujud
ketika seseorang memikirkan kesejahteraan orang lain, pemahaman timbal
balik dengan orang lain, serta kemampuan berbagi (sharing) dengan orang
lain. Dalam keintiman, orang yang melakukan interaksi sosial pada suatu
hubungan cinta menjadi saling memahami antara kedua belah pihak dan
terdapat fenomena kehangatan afeksi diantara kedua belah pihak.
Lee (1988) menyatakan bahwa cinta adalah afeksi fisik, emosi,
seksual, intelektual, atau sosial yang seseorang miliki terhadap orang lain,
sedangkan intimasi adalah hubungan kedekatan di mana terdapat timbal
balik dalam hal kepercayaan (trust) dan penerimaan (acceptance) pada
level tertentu. Dalam Style dan Wildest Dreams, ketika bicara cinta,
kini Swift bicara tentang keintiman dan seksualitas dari sudut pandang
wanita, tanpa melibatkan adanya kepastian status dan keterikatan
komitmen. Ketidakstabilan inilah yang dapat ditangkap dalam pembacaan

dekonstruksi.

Norris

(2003)

menjelaskan

bahwa

tujuan

metode

dekonstruksi adalah menunjukkan ketidakberhasilan upaya penghadiran


kebenaran absolut, dan ingin menelanjangi agenda tersembunyi yang
mengandung banyak kelemahan dan ketimpangan di balik teks-teks.
Dekonstruksi menurut Derrida (Al-Fayyadl, 2005: 176) merupakan
strategi pembacaan teks secara filosofis yang menunjuk pada proses yang
tak terselesaikan dan bersifat dinamis. Dekonstruksi tidak melihat
kebenaran dalam penafsiran sebagai satu kebenaran. Kebenaran menurut
dekonstruksi ada banyak. Hal itu disebabkan banyaknya perbedaan yang
muncul di dalam teks yang tidak mungkin selalu ditaklukkan. Royle
(2003: 24) mendefinisikan dekonstruksi sebagai sesuatu yang bukan
seperti yang dipikirkan orang banyak, pengalaman akan yang tak
mungkin, cara berpikir untuk menggoyang apa yang sudah dianggap
mapan, apa yang membuat identitas dari sesuatu itu juga sekaligus bukan
merupakan identitas, dan masa depan yang masih belum ada itu sendiri.

F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan dekonstruksi sebagai metode. Sebagai
sebuah metode, dekonstruksi melakukan destabilisasi atas biner-biner
(pertentangan dan perbedaan) dengan cara

mengungkapkan atau

menemukan persamaan (vice versa). Adapun biner yang dimaksud adalah


biner yang sesungguhnya berada di luar teks, namun diartikulasikan di
dalam sebuah teks. Pada tataran ini, lirik lagu Taylor Swift menjadi
signifikan untuk ditilik melalui teori dekonstruksi yang dikemukakan oleh
Derrida. Lirik lagu sebagai salah satu bentuk teks media, telah
mengartikulasikan realitas yang berada di luar teks. Terlebih lagi, Swift
dikenal luas sebagai sosok yang menulis lirik-liriknya berdasarkan
pengalamannya di kehidupan sehari-hari dalam bentuk naratif, terutama
dalam kaitannya dengan cinta dan relasi keintiman.
Inti dekontruksi adalah mengaburkan perbedaan-perbedaan yang
telah dibuat oleh manusia, terutama perbedaan yang sifatnya oposisi,
seperti baik dan buruk, ada dan tidak ada, dan sebagainya. Menurut

Derrida setiap teks selalu sudah mengandung tegangan dan paradoks di


dalamnya. Bahkan dapat juga dikatakan, yang terpenting di dalam teks
adalah menemukan apa yang tak terkatakan, dan kemudian mengolahnya
menjadi suatu pemaknaan yang baru. Dekonstruksi adalah sebuah metode
sekaligus melampaui metode itu sendiri (Faruk, 2015).
Dekonstruksi tidak hanya menggambarkan teks, baik teks literatur
ataupun teks sebagai realitas, apa adanya, melainkan juga ingin
mengungkap kontradiksi yang terletak di dalam detail teks. Sehingga,
pemaknaan dan arti baru yang sebelumnya tidak terungkapkan, bisa tampil
dan justru menjadi dominan. Dalam kaitannya dengan kajian teks populer,
dekonstruksi digunakan sebagai

metode untuk

mengungkap dan

menelanjangi biner-biner yang membingkai atau mendasari bahasa dan


kebudayaan yang biasa digunakan untuk memahami atau memberi makna
pada realitas (Saukko, 2003: 135). Metode ini menentang segala sesuatu
yang sudah diterima apa adanya dan begitu saja (taken for granted) serta
dianggap alamiah.

Daftar Pustaka
Agger, Ben. 1998. Critical Social Theories: An Introduction. Boulder: Westview
Press.
Al-Fayyadl, Muhammad. 2005. Derrida. Yogyakarta: LkiS.
Bauman, Z. 2003. Liquid Love: On the Frailty of Human Bonds. Cambridge:
Polity Press.
Budiawan (ed). 2015. Media [Baru], Tubuh, dan Ruang Publik. Yogyakarta:
Jalasutra.
Gauntlett, David. 2002. Media, Gender and Identity. London: Routledge.
Giddens, Anthony. 1992. Transformation of Intimacy. Cambridge: Polity Press.
Hall, Stuart dkk. (ed.). 1992. Culture, Media, Language. London: Routledge.
McRobbie, Angela. 1994. Postmodernism and Popular Culture. London:
Routledge.
Norris, Christopher. 2003. Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques Derrida.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Royle, Nicholas. 2003. Derrida. London: Routledge.
Sauko, Paula. 2003. Doing Research in Cultural Studies: An Introduction to
Classical and New Methodological Approach. London: Sage.
Sternberg, R. J. 1988. The Triangle of Love: Intimacy, Passion, Commitment.
New York: Basic Books.

Internet
http://www.azlyrics.com/lyrics/taylorswift/wildestdreams.html
http://www.azlyrics.com/lyrics/taylorswift/style.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Wildest_Dreams_(Taylor_Swift_song)
https://en.wikipedia.org/wiki/Style_(Taylor_Swift_song)
https://en.wikipedia.org/wiki/Jacques_Derrida
https://en.wikipedia.org/wiki/Taylor_Swift

Sumber Lain
Bahan kuliah Metode Ilmu-Ilmu Sosial oleh Prof. Faruk

Anda mungkin juga menyukai