Anda di halaman 1dari 67

Konsep Penatalaksanaan

Pengobatan Dalam
Keperawatan
Indra/kddk-umi/2012

Kebutuhan

pengobatan dalam
membantu proses penyembuhan
Pengkajian kebutuhan pengobatan
(prinsip pemberian obat,
nomenklatur dan bentuk obat)
persiapan obat dan cara pemberian
obat
(IC, SC, IM, IV)
Masalah lain yang muncul akibat
adanya pemberian obat (efek
samping obat)

Kebutuhan Pengobatan
Suatu obat/medikasi adalah zat yang
digunakan dalam
Diagnosis
Terapi
penyembuhan
Penurunan
pencegahan penyakit.

peran masing-masing profesi yg terkait dg


upaya pengobatan

Dokter
Apoteker
Perawat

Peran Dokter dalam Pengobatan


Dokter

bertanggung jawab terhadap


diagnosis dan terapi
Obat harus dipesan dengan menulis
resep, Bila ragu tentang isi resep
atau tidak terbaca, baik oleh
perawat maupun apoteker, penulis
resep itu harus dihubungi untuk
penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan


Apoteker

secara resmi bertanggung


jawab atas pasokan dan distribusi
obat
pembuatan sejumlah besar produk
farmasi seperti larutan antiseptik, dll
narasumber informasi obat
konsultan spesialis untuk profesi
kedokteran, keperawatan dan profesi
kesehatan lain mengenai semua aspek
penggunaan obat
konsultasi kepada pasien tentang

Peran Perawat

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam


proses pemberian obat kepada pasien.
Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat
itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu
benar dlm pemberiannya
Pemberian obat merup. bagian integral dari
intervensi
Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam
bentuk kapsul). Faktor gangguan visual,
pendengaran, intelektual atau motorik, yang

Enam Hal yang Benar dalam


Pemberian Obat ( 6 BENAR )
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Benar Pasien
Benar obat
Benar dosis
Benar waktu
Benar rute
Dokumentasi yang benar

1. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan


identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas)
atau tanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi
diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya.

2. Benar obat
Mengecek program terapi pengobatan dari
dokter
Menanyakan ada tidaknya alergi obat
Menanyakan keluhan pasien sebelum dan
setelah memberikan obat
Mengecek label obat 3 kali ( saat melihat
kemasan, sebelum menuangkan, dan setelah
menuangkan obat) sebelum memberikan obat
Mengetahui interaksi obat
Mengetahui efek samping obat
Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri

3. Benar dosis
Mengecek

program terapi
pengobatan dari dokter
Mengecek hasil hitungan
dosis dengan perawat lain
(double check)
Mencampur

/ mengoplos
obat sesuai petunjuk pada
label / kemasan obat

4. Benar waktu
Mengecek

program terapi
pengobatan dari dokter
Mengecek tanggal kadaluarsa obat
Memberikan obat dalam rentang 30
menit sebelum sampai 30 menit
setelah waktu yang diprogramkan

Lanjt...4. Benar Waktu


penting, khususnya bagi obat yang
efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang
memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar
yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang
tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada

5. Benar rute
Mengecek program terapi pengobatan dari
dokter
Mengecek cara pemberian pada label /
kemasan obat
Obat dapat diberikan : Peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi
Pemberian per oral : mengecek kemampuan
menelan, menunggui pasien sampai
meminum obatnya
Pemberian melalui intramuskular : tidak
memberikan obat > 5 cc pada satu lokasi
suntikan

Lanjt... 5. benar rute

Oral, adalah rute diabsorpsi melalui rongga


mulut (sublingual atau bukal)
Parenteral (diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /
perinfus)
Rektal berupa enema/supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dlm

Lanjt... 5. benar rute


Topikal melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes
mata.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui
saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas,
dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan
darurat misalnya terapi oksigen.

6. Benar pendokumentasian
Mengecek program terapi pengobatan dari
dokter
Mencatat nama pasien, nama obat, dosis,
cara dan waktu pemberian obat
Mencantumkan nama/ inisial dan paraf
Mencatat keluhan pasien
Mencatat penolakan pasien
Mencatat jumlah cairan yang digunakan
untuk melarutkan obat ( pada pasien yang
memerlukan pembatasan cairan)
Mencatat segera setelah memberikan obat

Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam


Meminum Obatnya ?
Kurang pahamnya ps thdp tujuan
pengobatan itu
Tidak mengertinya pasien tentang
pentingnya mengikuti aturan pengobatan
yang ditetapkan sehubungan dengan
prognosisnya.
Sukarnya memperoleh obat tersebut di
luar rumah sakit
Mahalnya harga obat
Kurangnya kepedulian dan perhatian
keluarga yang mungkin bertanggungjawab
atas pemberian obat itu kepada pasien.

sebelum pasien pulang ke rumah, perawat


perlu memberikan KIE kepada pasien
maupun keluarga tentang
Nama obatnya
Kegunaan obat itu
Jumlah obat untuk dosis tunggal
Jumlah total kali minum obat
Waktu obat itu harus diminum
(sebelum atau sesudah makan, antibiotik
tidak diminum bersama susu)
Untuk berapa hari obat itu harus diminum

Lanjt..KIE kepada pasien/keluarga


Apakah harus sampai habis atau berhenti
setelah keluhan menghilang
Rute pemberian obat.
Kenali jika ada efek samping atau alergi
obat dan cara mengatasinya
Jangan mengoperasikan mesin yang rumit
atau mengendarai kendaraan bermotor
pada terapi obat tertentu misalnya sedatif,
antihistamin
Cara penyimpanan obat, perlu lemari es
atau tidak
Setelah obat habis apakah perlu kontrol

Nomenklatur & Bentuk obat


NAMA NAMA OBAT
Nama

generic : nama obat " resmi


/nama obat yg tdk hanya di miliki
oleh pihak tertentu. Nama ini tidak
dimiliki oleh suatu perusahaan
farmasi ( obat ) tertentu dan diterima
secara universal. Kini kebanyakan
obat di resepkan dalam nama generic

Lanjt....Nomenklatur & Bentuk obat


Nama dagang/nama merk/nama pabrik adalah
nama yang digunakan pabrik dlm memasarkan
obat, sebuah obat generik dapat memiliki nama
dagang yang berbeda. Nama dagang memiliki
symbol di sebelah kanan atas nama obat,yang
mengindikasikan bahwa obat terdaftar
Karena ada begitu banyak nama dagang untuk
satu nama nama generic, maka nama generic
diberikan terlebih dulu dalam huruf kecil,
kemudian baru di ikuti dengan nama dagang
yang paling umum dipakai didalam tanda kurung

Lanjt....Nomenklatur & Bentuk obat


KLASIFIKASI
Klasifikasi obat mengindikasikan efek
pada system tubuh, gejala yang di
hilangkan atau efek yang di inginkan mis :
analgetik
Komposisi fisik dan kimia obat dalam satu
golongan tidak selalu sama, sebuah obat
dapat memiliki lebih dari satu golongan,
contoh Asam mefenamat merupakan obat
analgesic, antipiratik dan anti inflamasi

Bentuk Obat
Kaplet
Bentuk dosis padat, untuk pemberian per oral,
bentuk seperti kapsul dan bersalut sehingga
mudah di telan

Kapsul

Bentuk dosis padat, untuk pemberian per oral,


obat dalam bentuk bubuk, cairan atau minyak
dan di bungkus oleh selongsong gelatin,
kapsul diwarnai untuk membantu identitas
produk.

Lanjt... Bentuk obat


Eliksir

Cairan jernih berisi air dan atau alcohol,


dirancang untuk penggunaan obat per oral,
biasanya ditambah pemanis.
Tablet

enteric bersalut

Tablet untuk pemberian per oral, yang


dilapisi bahan yang tidak larut dalam
lambung, lapisan larut di dalam usus,
tempat obat diabsorpsi.

Lanjt... Bentuk Obat


Ekstrak
Bentuk obat pekat yang dibuat dengan
memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tersebut (misalnya ,
eksdtrak cairan adalah obat yang di buat
menjadi larutan dari sumber sayur-sayuran)
Gliserit
Larutan obat yang dikombinasi dengan
gliserin untuk penggunan luar, berisi
sekurang-kurangnya 50 % gliserin.
Obat gosok ( liniment )
Preparat biasanya mengandung alcohol ,
minyak, atau pelembut sabun yang diolesi

Lanjt... Bentuk obat


Lotion
Obat dalam cairan, suspensi yang dioles
pada kulit untuk melindunginya.
Salep
Semisolid (agak padat ), preparat yang
dioles pada kulit, biasanya mengandung
satu atau lebih obat
Pasta
Preparat semisolid, lebih kental dan lebih
kaku daripada salep, diabsorpsi melalui
kulit lebih lambat daripada salep.

Lanjt... Bentuk obat


Larutan
Preparat cairan yang dapat digunakan per
oral, parenteral, atau secara eksternal, dapat
juga dimasukan kedalam organ atau ronga
tubuh ( mis, irigasi kandung kemih ) berisi air
dan mengandung satu atau lebih senyawa
terlarut, harus steril dalam penggunaan
parentral
Supositoria
Bentuk dosis padat yang dicampur dengan
gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru
untuk dimasukan kedalam rongga tubuh
( rectum atau vagina ), meleleh saat

Lanjt... Bentuk Obat


Suspensi

Partikel obat yang dibelah sampai


halus dan larut dalam media cair,
saat dibiarkan partikel berkumpul
dibagian bawah wadah, umumnya
merupakan obat oral dan tidak
diberikan per intra vena.
Sirup
Obat yang larut dalam larutan gula
pekat, mengandung perasa yang
membuat obat terasa lebih enak

Lanjut... Bentuk Obat


Tablet

Bentuk dosis bubuk yang dikompresi


kedalam cakram atau silinder yang keras,
selain obat utama, mengandung zat
pengikat (perekat untuk membuat bubuk
menyatu), zat pemisah (untuk
meningkatkan pelarutan tablet), lubrikan
(supaya mudah dibuat pabrik) dan zat
pengisi (supaya ukuran tablet cocok)

Tingtura
Alkohol atau larutan obat

Lanjt... Bentuk Obat

Persiapan Obat dan Cara


Pemberian Obat (IC, SC, IM, IV)

PEMBERIAN OBAT INTRA MUSKULER


(IM)
Pemberian obat / cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke dalam otot
(muskulus)
PERALATAN

Sarung tangan 1 pasang


Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
Jarum 1 (steril)
Bak spuit 1
Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
Perlak dan pengalas
Obat sesuai program terapi
Bengkok 1
Buku injeksi/daftar obat

Lanjt. Pemb. Obat IM


Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila
ada
Mencuci tangan
Menyiapkan obat dengan benar
Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada keluarga/pasien

Lanjt. Pemb. Obat IM

Tahap Kerja

Mengatur posisi pasien, sesuai tempat


penyuntikan
Memasang perlak dan alasnya
Membebaskan daerah yang akan di injeksi
Memakai hand schoon
Menentukan tempat penyuntikan dengan benar
desinfeksi kulit dengan kapas alcohol (melingkar
dari arah dalam ke luar)
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk
mereganggkan kulit
Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat,
jarum masuk 2/3

Lanjt. Pemb. Obat IM

Lanjt...Tahap Kerja
Memasukkan obat secara perlahan
Mencabut jarum dari tempat penusukan
Menekan daerah tusukan dengan kapas
desinfektan
Membuang spuit ke dalam bengkok
Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Membereskan alat-alat
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

SOP PEMBERIAN OBAT INTRA VENA (IV)

Pemberian obat / cairan dengan cara


dimasukkan langsung ke dalam pembuluh
darah vena
PERALATAN
Sarung tangan 1 pasang
Torniquet/manset
Spuit dengan ukuran sesuai ke
Desinfektan
Jarum 1 (steril)
Perlak
Bak spuit 1
Obat sesuai th/
Kapas alcohol dalam kom
Bengkok 1
Gergaji ampul (kalau perlu)
Plester luka

Lanjt... Pemberian obat IV


Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
Mencuci tangan
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

Lanjt... Pemberian obat IV


Tahap Kerja
Mengatur posisi pasien & pilih vena dari
arah distal
Memasang perlak dan alasnya
Membebaskan daerah yang akan di
injeksi
Memakai hand schoon
Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal
yang akan ditusuk
Membersihkan kulit dengan kapas alcohol
(melingkar dari arah dalam ke luar)
biarkan kering

Lanjt... Pemberian obat IV


Tahap Kerja
Menusuk vena dengan kemiringan 30 dg
lubang jarum menghadap ke atas
Melakukan aspirasi dan pastikan darah
masuk spuit
Membuka tourniquet
Memasukkan obat secara perlahan
Mencabut spuit sambil menekan daerah
tusukan dengan kapas
Menutup daerah tusukan dengan plester
luka
Membuang spuit ke dalam bengkok

Lanjt... Pemberian obat IV


Tahap Terminasi
Melakukan

evaluasi tindakan
Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
Membereskan alat-alat
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan

SOP PEMBERIAN OBAT


INTRA CUTAN (IC)

Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan


langsung ke dalam kulit (intra cutan)
PERALATAN

Sarung tangan 1 pasang


Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
Jarum 1 (steril)
Bak spuit 1
Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
Perlak dan pengalas
Obat sesuai program terapi
Bengkok 1
Alat tulis/bolpoint
Buku injeksi/daftar obat

Lanjt... Pemberian obat IC

Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
Mencuci tangan
Menyiapkan obat dengan benar
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

Lanjt... Pemberian obat IC

Tahap Kerja

Mengatur posisi pasien sesuai tempat penyuntikan


Memasang perlak dan alasnya
Membebaskan daerah yang akan di injeksi
Memakai hand schoon
Membersihkan kulit tempat suntikan dengan kapas alcohol
(melingkar dari arah dalam ke luar)
Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit
Menusuk spuit dengan kemiringan 15-20, jarum masuk kurang
lebih 0,5 cm
Memasukkan obat ke dalam kulit perlahan, pastikan ada
penonjolan
Mencabut jarum dari tempat tusukan
Memberi tanda lingkaran sekitar tusukan
Membuang spuit ke dalam bengkok

Lanjt... Pemberian obat IC


Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
Berpamitan dengan klien
Membereskan alat-alat
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan kep.

SOP PEMBERIAN OBAT SUB CUTAN (SC)


suatu cara pemberian obat melalui injeksi
yang diberikan dengan memasukkan obat
ke bawah jaringan kulit
Persiapan :
Spuit injeksi sekali pakai (disposable)
sesuai kebutuhan
Kapas alkohol
Obat yang akan diberikan
Jarum untuk mengambil obat pada vial
(jika diperlukan)
Kikir ampul (bila diperlukan)

Lanjt... Pemberian obat SC

Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
Mencuci tangan
Menyiapkan obat dengan benar
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

Lanjt... Pemberian obat SC

Mengatur posisi pasien


Menentukan daerah yang akan dinjeksi, biasanya
pada lengan atas sebelah luar, paha sebelah luar.
Mendesinfeksi daerah yang ditentukan, lalu
diangkat sedikit.
Memasukkan jarum pada sudut 45 dari permukaan
kulit dengan lubang jarum menghadap keatas.
Mengaspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak
mengenai pembuluh darah.
Memasukkan obat pelan-pelan sambil
memperhatikan reaksi pasien.
Menarik jarum dengan cepat dan hati-hati, serta
menahan kulit bekas tusukan dengan kapas alkohol
dan dimassage
Merapikan pasien, Perawat mencuci tangan.

Masalah lain yang muncul akibat adanya


pemberian obat (efek samping obat)

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk


menyebabkan efek samping yang merupakan
hasil interaksi yg kompleks antara molekul
obat dg tempat kerja spesifik dalam sistem
biologik tubuh
Jenis-jenis efek samping obat :

Efek samping yang dapat diperkirakan:


Efek samping yang tidak dapat diperkirakan

Lanjt...
Efek samping yang dapat diperkirakan:
aksi farmakologik yang berlebihan
respons karena penghentian obat
efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama
Efek samping yang dapat diperkirakan
reaksi alergi
reaksi karena faktor genetik
reaksi idiosinkratik

Aksi Farmakologik yang berlebihan

Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan


(disebut juga efek toksik) dapat disebabkan
karena dosis relatif yang terlalu besar bagi
pasien yang bersangkutan
Contoh obat depresansia susunan saraf pusat,
pemacu jantung, antihipertensi &
hipoglikemika/antidiabetika.
Efek :
Depresi respirasi pada pasien-pasien
bronkitis berat yang menerima pengobatan
dengan morfin atau benzodiazepin
Hipotensi yang terjadi pada stroke, infark
miokard atau kegagalan ginjal pada pasien

aksi farmakologik yang berlebihan


Efek :
Bradikardia pada pasien-pasien yang
menerima digoksin dalam dosis terlalu
tinggi
Palpitasi pada pasien asma karena dosis
teofilin yang terlalu tinggi
Hipoglikemia karena dosis antidiabetika
terlalu tinggi
Perdarahan yang terjadi pada pasien
yang sedang menerima pengobatan
dengan warfarin, karena secara
bersamaan juga minum aspirin

Gejala penghentian obat


Gejala

penghentian obat (= gejala


putus obat, withdrawal syndrome)
adalah munculnya kembali gejala
penyakit semula atau reaksi
pembalikan terhadap efek
farmakologik obat, karena
penghentian pengobatan.

Gejala penghentian obat

Contoh :
agitasi ekstrim, takikardi, rasa bingung,
delirium dan konvulsi yang mungkin
terjadi pada penghentian pengobatan
dengan depresansia susunan saraf pusat
seperti barbiturat, benzodiazepin dan
alkohol
krisis Addison akut yang muncul karena
penghentian terapi kortikosteroid
hipertensi berat dan gejala aktivitas
simpatetik yang berlebihan karena
penghentian terapi klonidin

Efek samping yang tidak berupa efek


farmakologik utama

Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual


dan muntah pada obat-obat kortikosteroid oral,
analgetika-antipiretika, teofilin, eritromisin, rifampisin, dll.
Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakaian
antihistaminika untuk anti mabok perjalanan (motion
sickness).
Kenaikan enzim-enzim transferase hepar karena
pemberian rifampisin
Efek teratogenik obat-obat tertentu sehingga obat
tersebut tidak boleh diberikan pada wanita hamil
Penghambatan agregasi trombosit oleh aspirin, sehingga
memperpanjang waktu pendarahan
Ototoksisitas karena kinin/kinidin

Efek samping yg tdk dpt diperkirakan

reaksi

alergi
reaksi karena faktor
genetik
reaksi idiosinkratik

REAKSI ALERGI :
Alergi

obat atau reaksi


hipersensitivitas merupakan efek
samping yang sering terjadi, dan
terjadi akibat reaksi imunologik
Td/ reaksi type 1 1V

REAKSI ALERGI :
Tipe I. Reaksi anafilaksis:
yaitu terjadinya interaksi antara antibodi
IgE pada sel mast dan leukosit basofil
dengan obat/metabolit, menyebabkan
pelepasan mediator yang menyebabkan
reaksi alergi, misalnya histamin, kinin, 5hidroksi triptamin, dll.
Manifestasi efek samping bisa berupa
urtikaria, rinitis, asma bronkial, angioedema dan syok anafilaktik.
Contoh obat : penisilin, streptomisin,
anestetika lokal, media kontras yang

Lanjt.... REAKSI ALERGI :


Tipe

II. Reaksi sitotoksik:


interaksi antara antibodi IgG, IgM atau
IgA dalam sirkulasi dengan obat,
membentuk kompleks yang akan
menyebabkan lisis sel,
Contoh :
trombositopenia karena kuinidin/kinin,
digitoksin, dan rifampisin
anemia hemolitik karena pemberian penisilin,
sefalosporin, rifampisin, kuinin dan kuinidin

Lanjt... REAKSI ALERGI :


Tipe III. Reaksi imun-kompleks
interaksi antara antibodi IgG dengan
antigen dalam sirkulasi, kemudian
kompleks yang terbentuk melekat pada
jaringan dan menyebabkan kerusakan
endotelium kapiler
Manifestasinya berupa keluhan demam,
artritis, pembesaran limfonodi, urtikaria,
ruam makulopapular Reaksi ini dikenal
dengan istilah "serum sickness", karena
umumnya muncul setelah penyuntikan
dengan serum asing (misalnya anti-tetanus

Lanjt .... REAKSI ALERGI :


Tipe

IV. Reaksi dengan media sel


sensitisasi limposit T oleh kompleks
antigen-hapten-protein, yang
kemudian baru menimbulkan reaksi
setelah kontak dengan suatu antigen,
menyebabkan reaksi inflamasi.
Contoh :

dermatitis kontak yang disebabkan salep


anestetika lokal, salep antihistamin,
antibiotik dan antifungi topikal

Reaksi karena faktor genetik


Pasien

yang menderita kekurangan


pseudokolinesterase herediter tidak
dapat memetabolisme suksinilkolin
(suatu pelemas otot), sehingga bila
diberikan obat ini mungkin akan
menderita paralisis dan apnea yang
berkepanjangan.
Pasien yang mempunyai kekurangan
enzim G6PD (glukosa-6-fosfat
dehidrogenase) mempunyai potensi
untuk menderita anemia hemolitika
akut pada pengobatan dengan

Reaksi idiosinkratik

efek samping yang tidak lazim, tidak diharapkan/aneh,


yang tidak dapat diterangkan atau diperkirakan mengapa
bisa terjadi.
Reaksi ini relatif sangat jarang terjadi
Beberapa contoh mis :

Kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan pemakaian analgetika


secara serampangan.
Kanker uterus yang dapat terjadi karena pemakaian estrogen
jangka lama tanpa pemberian progestogen sama sekali.
Obat-obat imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor limfoid.
Preparat-preparat besi intramuskuler dapat menyebabkan
sarkomata pada tempat penyuntikan
Kanker tiroid yang mungkin dapat timbul pada pasien-pasien
yang pernah menjalani perawatan iodium-radioaktif sebelumnya.

Upaya pencegahan
Selalu harus ditelusur riwayat rinci
mengenai pemakaian obat oleh pasien pada
waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik
obat yang diperoleh melalui resep dokter
maupun dari pengobatan sendiri.
Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas,
dan bila tidak ada alternatif nonfarmakoterapi.
Hindari pengobatan dengan berbagai jenis
obat dan kombinasi sekaligus.
Berikan perhatian khusus terhadap dosis
dan respons pengobatan pada: anak dan
bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang

Upaya pencegahan

Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan


respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia
lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita
gangguan ginjal, hepar dan jantung.
Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping
seringkali sulit dideteksi karena kurangnya
kemampuan komunikasi, misalnya untuk
gangguan pendengaran.
Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus
diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa
tidak perlu lagi.
Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau
gejala penyakit baru, atau penyakitnya
memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah

Penanganan efek samping


Segera

hentikan semua obat bila diketahui


atau dicurigai terjadi efek samping
Upaya penanganan klinik tergantung
bentuk efek samping dan kondisi
penderita. Misalnya
syok anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin
dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi
syok
alergi, diperlukan penghentian obat yang
dicurigai, pemberian antihistamin atau
kortikosteroid (bila diperlukan), dll

Anda mungkin juga menyukai