Anda di halaman 1dari 1

c 

  







  


Saya memandang muhammadiyah sebagai organisasi garda depan dalam menegakkan


amal ma͛ruf nahi mungkar. Yang kita kenal amal usaha muhammadiyah adalah sekolah,
universitas, panti asuhan, rumah sakit yang berjiwa islami. Inilah wajah-wajah muhammadiyah,
aktualisasi segala pergulatan pemikiran mulai dari jaman kemerdekaan sampai reformasi.
Dalam tiap aktivitasnya, selalu ada idealisme untuk menjadikan islam sebagai pelopor
rahmatan lil alamin bagi ormas lain.

Secara nampak memang demikian, namun ada hal yang menjadi kekhawatiran saya
saat saya menengok ke dalam wacana-wacana yang khas dan selalu diangkat oleh warga
muhammadiyah golongan tua. Golongan tua yang saya maksud adalah umur 30-40, dst. Secara
pengalaman mereka merupakan generasi bekas bangkit runtuhnya tampuk kekuasaan 2
presiden awal kita, Soekarno dan Soeharto. Dalam aspek politik, mereka condong ke
penutupan keterbukaan ide. Dengan dampak sulit mencuatnya masalah yang harusnya segera
dibasmi, misalnya KKN. Sehingga ada semacam kecenderungan pula generasi ini tertutup
jendela informasinya terhadap masalah di abad 20.

Masalah abad 21 berbeda dengan masalah yang muncul di abad 20, secara umum
gambaran masalah umat di abad 20, adalah yang melatarbelakangi munculnya muktamar
pembaharuan di muhammadiyyah. Istilah yang dipakai adalah `  ajaran islam dari noda
akulturasi dan asimilasi yang ikut tercampur dengan ajaran mistis, animisme, dinamisme, hindu
dan budha. Hal ini menjadi titik berat yang mendominasi wacana-wacana yang selalu dibuka
dan dibicarakan dalam berbagai seminar, diskusi panel, dan memunculkan buku-buku khusus
membahas kritik terhadap kultur yang dikira islam padahal bukan.

Menurut saya masalah ini sudah kalah prioritas bila dibandingkan dengan masalah di
zaman saya sekarang, abad 21. Di abad ini, umat generasi saya memang lebih memilih untuk
tidak membuang waktu mereka bila ada acara tradisional semisal tahlilan, 30 hari, 100 hari,
istigosahan, dsb. Tentu secara sepintas hal ini cukup menggembirakan, karena perjuangan
golongan tua sudah mulai membuahkan hasil dalam membasmi kultur yang dikira islam
padahal bukan. Tapi dibalik itu semua, ada masalah yang membayangi generasi abad 21.
Hedonisme, materialime, liberalisme, posmodernisme, positivisme adalah yang saya
maksudkan. Kelima hal tersebut merusak moralitas generasi abad 21 secara sembunyi,
perlahan tapi pasti. Disinilah letak kekhawatiran saya, mampukah muhammadiyah ͟nahi
munkar͟?

Anda mungkin juga menyukai