Ahmad Syukri
Dea Nanda Mariyadi
Imam Kurniawan Rizal
Mei Riayu
Tiara Rahmah Dini Hanjari
TRIAGE
TUJUAN TRIASE
identifikasi secara cepat korban
yang membutuhkan stabilisasi
segera (perawatan di lapangan);
identifikasi korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life saving
surgery)
(Pusat Penanggulangan Krisis Bencana, 2011),
Triase di
tempat
Triase medik
Triase
evakuasi
TRIASE DI TEMPAT;
TRIASE MEDIK;
TRIASE EVAKUASI
dokter umum
Epidemiolog
sanitarian (Pusat Penanggulangan Krisis
Bencana, 2011)
DEFINISI
LANJUTAN
GANGGUAN PENYESUAIAN :
GANGGUAN SOMATOFORM :
Pasien
mempunyai
berbagai
keluhan fisik tapi tidak ditemukan
adanya etiologi yang spesifik.
Gejala
biasanya
membantu
individu untuk melarikan diri dari
situasi yang menekan atau untuk
mencari perhatian.
Gangguan somatoform termasuk
gangguan konversi (paralisis dan
kejang
yang
tidak
dapat
dijelaskan),
hypokondriasis,
gangguan
somatisasi ditandai
dengan berbagai keluhan somatik.
1.
Mendengarkan
2.
Menyatakan keprihatinan
3.
Menilai kebutuhaN
4.
5.
6.
Lanjut usia
Anak-anak
Ibu hamil dan menyusui
Individu dengan penyakit kronis
Individu dengan cacat mental
LANJUT USIA
Ketidakmampuan kategori
kelompok cacat mental dalam
menghadapi bencana karena
mereka sulit mengikuti
peraturan dari komunitas
Beberapa orang mungkin sangat
sulit untuk berhubungan karena
keterbatasan dalam komunikasi
a. Penyakit diare
Penyakit diare merupakan penyakit menular yang sangat
potensial terjadi di daerah pengungsian mauoun wilayah
yang terkena bencan, yang biasanya sangat dikaitkan erat
dengan kerusakan, keterbatasan penyediaan air bersih dan
sanitasi dan diperburuk oleh perilaku hidup bersih dan sehat
yang masih rendah.
Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan sendiri oleh
para pengungsi, antara lain:
. Gunakan air bersih yang memenuhi syarat
. Menggunakan alat-alat untuk memasak dan peralatan
makan yang bersih
. Berilah susu ibu (asi) saja sampai bayi berusia 6 bulan
. Cucilah tangan dengan sabun dengan air yang mengalir
sebelum menjamah/ memasak sesudah buang air besar
dan sebelum memberi makan anak
. Semua anggota keluarga buang air besar di jamban
. Buang tinja bayi dan anak kecil di jamban
. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan penyediaan air
bersih yang cukup dan sanitasi lingkungan yang
b. Penyakit ISPA
Penyakit Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan salah satu
penyebab utama kematian bayi dan anak balita. Kematian
tersebut diakibatkan oleh penyakit pneumonia berat yang tidak
sempat terdeteksi secara dini dan mendapat
pertolongan tepat dari petugas kesehatan. Setiap kejadian
penderita pneumonia pada anak balita di lokasi bencana dan
pengungsian harus dapat ditanggulangi dengan tata laksana
kasus pneumonia yang benar.
Penatalaksanan penderita ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA pada anak usia 2 bulan sampai <5 tahun
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu; bukan pneumonia,
pneumonia, pneumonia berat.
Selain tiga klasifikasi tersebut, terdapat tanda bahaya pada anak
usia 2 bulan sampai <5 tahun yang perlu diperhatikan, antara
lain:
. Tidak bisa makan/ minum
. Anak kejang
. Terdengar stridor waktu tenang
. Anak dengan gizi buruk
c. Penyakit malaria
Di lokasi penampungan penyakit malaria sangat
mungkin terjadi. Hal ini terutama penampungan
pengungsi terletak pada daerah yang endemis malaria
atau pengungsi dari endemis dating ke lokasi
penampungan pengungsi pada daerah yang tidak ada
kasusnya tetapi terdapat vector 9 daerah reseptif
malaria)
d. Penyakit campak
Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit campak adalah
pemberian imunisasi pada usia yang tepat. Pada saat
bencana, kerawanan terhadap penyakit ini meningkat
karena:
. Memburuknya status kesehatan, terutama status gizi
anak-anak
. Konsentrasi penduduk pada suatu tempat/ ruang
(pengungsi)
. Mobilitas penduduk antar wilayah meningkat (kunjungan
keluarga)
. Cakupan imunisasi rendah yang akan meningkatkan
kerawanan yang berat
Oleh karena itu pada saat bencan tindakan pencegahan
terhadap penyakit campak ini dilakukan dengan
melaksanakan imunisasi, dengan kriteria:
. Jika cakupan imunisasi campak imunisasi campak di desa
yang mengalami bencana <80%, tidak dilaksanakan
imunisasi massal (sweeping)
KELOMPOK BALITA
Tindakan:
Imunisasi.
Perawatan bayi/anak.
Pemberian ASI dan MP-ASI/makanan.
Menurunkan kecemasan dengan
terapi bermain atau bersekolah.
Mengatasi anak yang kehilangan
keluarga dan kerabat.
Memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang.
Memenuhi kebutuhan anak dengan
KELOMPOK LANSIA
Metode penanganan
demensia:
- evaluasi dukungan
keluarga.
- meminta tetangga untuk
memahami kebutuhan lansia.
Metode penanganan
ansietas:
- evaluasi situasi ekonomi
lansia.
- jelaskan informasi
DM:
- mengkaji adanya gangguan fisik.
- mengkaji penyebab penyakit:
karena stres, pekerjaan, kurangnya
cairan, adanya infeksi.
- memberi tahu gejala spesifik dari
DM: gejala saat hipoglikemia, diabetic
koma, diabetic nefropati, diabetic
neuropati, infark otak.
- mengkaji perubahan mental yang
terjadi.
- pencegahan: menjaga
keseimbangan nutrisi,, proteksi diri
Penyakit pernapasan:
- mengkaji adanya gangguan fisik.
- mengkaji penyebab penyakit:
karena stres, pekerjaan, penyakit
lainnya.
- mengkaji perubahan mental yang
terjadi.
- pencegahan: menjaga badan tetap
hangat, proteksi diri dari cuaca
dingin/debu/asap, menggunakan
faskes yang ada, perhatikan
keseimbangan nutrisi, jangan biarkan
stres berkembang, dan pengaturan
penggunaan oksigen dan obat.
Rematik:
- mengkaji adanya gangguan fisik.
- mengkaji penyebab penyakit:
karena stres, pekerjaan, penyakit
lainnya, efek medikasi yang sedang
dijalani.
- mengkaji perubahan mental yang
terjadi.
- pencegahan: menjaga badan tetap
hangat, proteksi diri dari cuaca
dingin, tetap tenang dan tidur
sebanyak mungkin, menggunakan
faskes yang ada, perhatikan
keseimbangan nutrisi, jangan biarkan
KESEHATAN MENTAL
LANJUTAN
SUMBER :
Pusat
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Buku Saku
Petugas
Lapangan
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Pusat
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Pedoman
Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Junaeman. (2010). Psikologi Pelayanan Penyintas
Bencana. Jakarta : Merpsy.