Benny H / 21700014
Abnormal
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA (POST
TRAUMATIC STRESS DISORDER)
Pengertian
Gangguan stres pasca trauma (GSPT) adalah gangguan psikologis yang terjadi pada orang-orang
yang pernah mengalami suatu peristiwa yang tragis atau luar biasa. Menurut Schiraldi (2000) GSPT
muncul dari pemajanan atas suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang sangat menekan.
seperti perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak, perang, kecelakaan,
bencana alam, dan kerusuhan politik.
Peristiwa traumatis yang menjadi pemicu gangguan stres pasca trauma berbeda dengan pemicu
gangguan stres biasa. Peristiwa pemicu GSPT biasanya bersifat luar biasa, tiba-tiba dan sangat
menekan. Menurut Scheraldi (2000) peristiwa pemicu GSPT dikategorikan sebagai traumatic
stessor, sedangkan pemicu stress atau kecemasan biasa disebut ordinary stressor atau adjustment
stressor.
Gejala
Menurut Schiraldi (1999) ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya GSPT, yaitu :
Menurut Schiraldi (2000), kalangan psikiater memperkirakan bahwa 1 sampai 3 persen dari populasi
penduduk dunia secara klinis pernah mengalami GSPT. Sedangkan Hassanuddin (2004) menjelaskan
bahwa kelompok terjadinya GSPT terhadap trauma spesifik, yakni : bencana Alam (3,7% laki-laki,
5,4% wanita), Korban Kriminalitas (1,8% laki-laki, 21,8% wanita), Peperangan (38% laki-laki, 18%
wanita), perkosaan (40,5% laki-laki, 65% wanita). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa secara umum 10-20%
seseorang terkena trauma akan berkembang menjadi GSPT. Namun jika tidak terjadi GSPT, 77%
korban berisiko terjadi gangguan depresi mayor.
Manifestasi
Adalah sebuah pola pikir untuk mewujudkan apa yang diinginkan. PTSD
dapat mengakibatkan sejumlah gangguan fisik, kognitif, emosi, behavior
(perilaku) dan sosial.
1) Gejala Gangguan fisik (pusing, gangguan pencernaan, sesak
napas, berdebar-debar, gangguan tidur, penurunan nafsu makan).
2) Gangguan kognitif (disorientasi, mengingkari kenyataan, linglung,
melamun berkepanjangan, tidak focus dan tidak konsenterasi, tidak
mampu mengambil keputusan).
3) Gangguan emosi (halusinasi dan depresi, mimpi buruk, marah,
merasa bersalah, malu, kesedihan yang berlarut larut, cemas dan
takut).
4) Gangguan perilaku (menurunnya aktivitas fisik c/ duduk berjam jam
dan perilaku repetitif).
5) Gangguan sosial (agresif, memisahkan diri dari lingkungan).
Diagnosis
1) Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatic berat.
2) Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang - bayang atau mimpi – mimpi
dari kejadian traumatik tersebut secara berulang – ulang kembali (flashbacks).
3) Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai
diagnosis terapi tidak khas.
4) Satu “sequel” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja
beberapa puluh tahun setelah kejadian trauma, diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan
kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).
Stress vs burnout Berdasarkan rekomendasi dari The Expert Consensus Panels for PTSD,
tatalaksana gangguan stress pasca trauma sebaiknya mempertimbangkan
:
1) Gangguan stress pasca trauma merupakan suatu gangguan yang
kronik dan berulang serta sering berkormobiditas dengan gangguan-
gangguan jiwa serius lainnya.
2) Anti depressan golongan SSRI merupakan obat pilihan pertama untuk
kasus ini.
3) Terapi yang efektif harus dilanjutkan paling sedikit 12 bulan.
4) Exposure therapy merupakan terapi dengan pendekatan psikososial
terbaik yang dianjurkan dan sebaiknya dilanjutkan selama 6 bulan.
Kategori Psikoterapi pada PTSD