Anda di halaman 1dari 14

SENI BUDAYA DI

PULAU NIAS

KELOMPOK I
1. Benny H / 21700014
2. Desilina Wau / 21400035
3. Roberth Bellar Mino / 21700022
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Asal-usul dan Sejarah Suku Nias

Suku Nias adalah kelompok masyarakat  yang hidup dipulau Nias yang termasuk


salahsatu kabupaten di Sumatera Utara. Dalam bahasa aslinya orang Nias menamakan diri
mereka sebagai "Ono Niha" . Ono berarti anak atau keturunan sedangkan Niha berarti
manusia. Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan
yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala
segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam
budaya megalitik yang dibuktikan dengan peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-
batu besar yang masih bisa ditemukan di wilayah pedalaman pulau Nias sampai sekarang.
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan
yang disebut “ Sigaru Tora’a “ yang terletak disebuah tempat yang bernama “ Tetehöli Ana’a ".  Menurut
mitos tersebut mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang
memiliki tiga orang istri yang masing-masing menurunkan tiga putra dan memperebutkan tahta Raja Sirao.
Untuk menyelesaikan kisruh ini, Raja Sirao kabarnya mengadakan sayembara bagi putra-putranya itu untuk
mencabut toho (tombak) yang dipancangkan di lapangan Istana. Siapa yang sanggup mencabutnya dialah
yang berhak menjadi Raja. Dari semuanya, justru yang paling bungsu yang bernama Luo Mewona yang
dapat mencabutnya. Saudara-saudara yang kalah dalam sayembara kemudian diasingkan dari Teteholi ana’a
ke bumi dan dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan di Pulau Nias
Masyarakat Nias sangatlah sejalanan pada kehidupan majemuk. Memang pada perkembangan sejarahnya,
dalam sistem kemasyarakatan tradisional dikenal istilah “ Sowanua “ ( Orang Dalam ) dan “ Sifatewu “
( Masyarakat Pendatang ). Namun sistem keterbukaan kepada sifatewu-pun masih ada. Apabila “
sifatewu” menyatakan diri sebagai anggota komunitas banua melalui upacara adat, maka sifatewu menjadi
bagian dari banua. Hasil interaksi atau pembaruan diatas, telah menampilkan penduduk Nias yang sekarang,
yang pada dasarnyaberaneka-ragam dalam banyak hal, namun tetap memiliki kultur dasar, baik dalam hal bahasa
maupun adat-istiadat, sistem kepercayaan dan tradisilainnya.
B.     Kebudayaan  dan Bahasa Suku Nias

Beraneka ragam Kebudayaan  Suku Nias ialah warisan leluhur yang sangat berharga. Beberapa diantaranya seperti
pakaian adat, rumah adat, tarian tradisional, makanan dan minuman, senjata tradisional, alat musik, lagu daerah
dan sebagainya. Berikut perincian kebudayaan suku Nias

1. Pakaian Adat Suku Nias


Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Oroba Si’oli untuk pakaian
perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain
seperti hitam, merah dan putih. Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain :

a.    Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat Ni’obakola dan pola bunga kapas Ni’obowo

gafasi sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan,
kemakmuran dan kebesaran
b.    Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga Ni’ohulayo atau Ni’ogöna sering dikenakan oleh
prajurit untuk menggambarkandarah, keberanian dan kapabilitas para prajurit
c.    Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasikesedihan, ketabahan dan
kewaspadaan
d.    Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno Ere  menggambarkan kesucian,
2.      Rumah Adat Suku Nias

Rumah Adat Tradisional Nias atau Omo Hada merupakan


simbol kemegahan masyarakat Nias di zaman dulu, sebuah karya
arsitektur yang unik dan bernilai tinggi, tidak menggunakan
paku besi untuk menghubungkan masing-masing bagian di rumah adat tersebut, hanya
menggunakan pasak kayu namun terbukti kokoh dan tahan gempa.
Ada dua macam bentuk rumah orang Nias, Omo Hada (Rumah adat) dan Omo
Pasisir (Rumah biasa yang telah terpengaruh oleh budaya luar). Omo Hada merupakan
rumah kediaman para Tuhénori, Sawala dan para bangsawan. Bentuknya yang sangat
megah terbuat dari kayu dengan lantai beralasakan daun rumbia
Berbicara tentang Omo Hada atau Rumah Adat secara umum, Omo Hada terbagi atas
tiga jenis berdasarkan bentuk atap dan denah lantai bangunan. Yang pertama adalah
tipe Nias Utara dengan ciri khas bentuk atap bulat dan bentuk denah oval, Tipe Nias 
Tengah Bentuk atap bulat, bentuk denah segi empat sedangkan Tipe Nias Selatan
Bentuk  atapnya  segi empat dengan bentuk denah persegi. Biaya pemeliharaan sebuah
rumah adat sangatlah besar karena membutuhkan perawatan dan bahan-bahan
khusus. Untuk mempertahankan keaslian dan kelestarian Omo Hada
Omo Hada di Nias sebagian besar terletak di daerah pegunungan yang
aksesnya susah dijangkau. Tujuan pembangunan Omo Hada di daerah
pegunungan di zaman dulu adalah untuk menghindari diri dari serangan
musuh. Namun saat ini, lokasi di daerah pegunungan menjadi kendala
besar bagi para pemilik rumah adat dalam mendapatkan air untuk
keperluan rumah tangga. Sehingga seringkali mereka perlu
berjalan cukup jauh untuk mendapatkan air.
3.    Tradisi dan Tarian Tradisional Suku Nias

a.    Lompat Batu atau Fahombo Batu


Tradisi yang berasal dari Suku Nias yaitu  Lompat batu atau yang dikenal dengan nama
“fahombo batu” sudah menjadi ciri khas masyarakat Nias. Tradisi melompati batu yang.
disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dan lebar 90 cm ini hanya dilakukan oleh
kaum laki-laki. Tidak semua masyarakat Suku Nias melakukan tradisi ini. Hanya
mereka yang berada di Nias Selatan khususnya di daerah Teluk Dalam yang melakukan
tradisi akrobatik ini. Hal tersebut . disinyalir karena perbedaan budaya nenek moyang
atau leluhur masyarakat Nias. Biasanya setelah berhasil melakukan tradisi ini, akan
diadakan syukuran sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan lainnya Orang
yang berhasil melakukan tradisi ini juga akan. dianggap matang dan menjadi pembela
kampungnya jika ada konflik dengan warga desa lain
b.  Tari Maena
Suku Nias menjadikan tari Maena sebagai tarian kolosal yang penuh
sukacita. Tari Maena seringkali menjadi pertunjukan hiburan ketika suku Nias
menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Dalam sebuah pertunjukan, tari
Maena ditarikan oleh beberapa pasang penari lelaki dan wanita. Dari awal
hingga pertunjukan usai, gerakan tari Maena didominasi dengan perpaduan
gerak tangan dan kaki. Gerakannya terlihat sederhana namun tetap penuh
semangat dan dinamis Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan
(fangowalu), pesta (falõwa atau owasa). Maena merupakan tarian khas yang
mudah dikenali dan dilakukan oleh ono niha maupun oleh orang diluar Nias yang
tiada duanya dengan tarian poco-poco (Sulawesi) atau tarian Sajojo (Irian), yang
telah memperkaya panggung budaya nasional. Di Nias maupun di kota-kota
besar seperti Jakarta, Medan, Batam, Surabaya, Bandung, Padang, Sibolga,
sering dijumpai Maena pada acara pernikahan orang-orang Nias.
D. Bidang Astronomi

Sesungguhnya karya berupa tulisan dari Anaximander hanya sedikit yang masih
bertahan hingga sekarang. Lebih banyak yang memperkenalkan pemikiran Anaximander
adalah Aristoteles dan Apollodorus yang mengupas detail pemikiran-pemikiran Anaximander.
Tulisan yang paling menakjubkan dari Anaximander adalah pemikirannya mengenai alam,
posisi bintang, penelitian geometri, peta Yunani maupun peta dunia. Dan karyanya yang
terpenting adalah pengenalan prinsip matematika dan ilmiah dalam studi astronomi maupun
geografi.

Selain bentuk bumi, Anaximander juga mengemukakan bahwa matahari, bulan, planet,
dan bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi. Jadi matahari yang terlihat di pagi hari
adalah matahari yang sama yang tenggelam di sore hari dan terbit lagi di keesokan harinya.
Anaximander juga menambahkan jika bumi kita merupakan pusat tata surya. Oleh
karena itu bumi tidak jatuh. Beliau juga menyebutkan adanya konsep keseimbangan dimana
bumi berada di pusat keseimbangan di alam semesta ini sehingga tidak akan jatuh. Konsep
inilah yang akhirnya menginsprasi adanya konsep gravitasi dan bidang astronomi lainnya.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwa kepercayaan bumi ditopang oleh Dewa Atlas, salah
seorang dewa titan dalam mitologi Yunani amatlah kental.

Dengan dobrakan pemikiran dari Anaximander yang mulai mempertanyakan kedudukan


bumi di alam semesta ini menjadi titik awal untuk meneliti secara mendalam mengenai alam
semesta.
E. Bidang Meteorologi

Anaximander juga termasuk orang yang kritis menanggapi hal-hal yang berhubungan
dengan mitos, pengetahuan kuno, surga bahkan dewa-dewi Yunani. Seperti yang kita ketahui
bahwa Yunani amat kental dengan mitologi dewa-dewinya. Namun disini Anaximander
mempertanyakan semua hal-hal yang berkaitan dengan kisah-kisah mitologi apalagi yang
berkaitan dengan alam.
Seperti halnya pada bidang meteorology. Anaximander menyatakan bahwa petir bukanlah
disebabkan oleh Zeus sang raja para dewa yang mengarahkan trisulanya atau tongkat
petirnya, tapi karena pneuma atau udara yang memadat. Selain itu Anaximander juga
menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap yang dibawa ke atas tepat dibawah matahari.
Bukan karena hal-hal yang berhubungan dengan mitologi dan kekuatan dewa. Namun
memang ada sebab dan prosesnya, dan semua itu juga terjadi secara natural.
Tulisan Anaximander mengenai cuaca dan bidang meteorology ini merupakan catatan
pertama manusia yang menjelaskan fenomena cuaca berdasarkan pemikiran rasinonal
manusia bukan dari legenda taupun mitos.
E. Penemuan Lainnya

Penemuan Anaximander yang lain adalah jam matahari. Jam ini dapat menentukan teangah hari, atau
titik bayangan terendah dan juga sebagai arah mata angin.
Semua karya Anaximander ditulis berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional, bukan sekedar mitos. Sebagai
seorang yang rasionalis, Anaximander menuliskan penelitiannnya berdasarkan penghitungan geometri dan
matematika Disini juga terlihat jelas perhatian Anaximander terhadap matematika maupun geomatri yang
sangat besar. Penelitiannya selalu didasarkan pada konsep perhitungan geometri. Bahkan ada beberapa
sumber yang menyatakan jika Anaximander mampu memprediksi gempa maupun gerhana dengan
perhitungan geometri tersebut. Karena konsep Anaximander juga,
trigonometri berkembang.
Dan mengenai perhitungannya terhadap kedudukan bumi, matahari, bulan, planet dan benda angkasa
lainnya Anaximander juga menggunakan perhitungan geometri. Dengan demikian sesungguhnya banyak
sekali penemuan dan penelitian dari Anaximander yang patut dikaji dan menjadi titik awal perkembangan
ilmu pengetahuan modern
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai