Anda di halaman 1dari 14

Benny H

21700014
Tugas Buku Lintas Budaya
Dosen ; Ahmad Setiabudi, M.Si
Hipotesis afiliasi budaya:

22 Hipotesis yang menyatakan bahwa imigran bilingual


cenderung mendekatkan atau mengafiliasikan diri pada
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan dari budaya yang
diasosiasikan dengan bahasa yang sedang mereka
gunakan. Saat bahasanya berganti, nilai-nilai kultural yang
terafiliasi pun ikut berganti. Perangkat Pemerolehan
Bahasa (Language Acquisition Device): Suatu mekanisme
yang dijabarkan oleh Chomsky yang memungkinkan semua
anak normal mempelajari bahasa dengan lancar.
Hipotesis afiliasi kelompok minoritas: Hipotesis yang menyatakan bahwa imigran bilingual cenderung
mengidentifikasi diri sebagai anggota dari kelompok minoritas etnis dan/atau mengadopsi perilaku yang di
stereotipekan oleh budaya mayoritas tentang perilaku ke minoritasan mereka ketika menggunakan bahasa
yang diasosiasikan dengan kelompok minoritas mereka itu. Morfem: Unit makna terkecil dan paling dasar
dalam suatu bahasa.
Fonem: Unit bunyi terkecil dan paling dasar dalam suatu bahasa.
Fonologi: Sistem aturan yang mengatur bagaimana kata-kata harus dibunyikan (aksen, pengucapan) dalam
suatu bahasa.
Pragmatik: Sistem aturan yang mengatur bagaimana bahasa seharusnya digunakan dan dipahami dalam
konteks- konteks sosial.
Hipotesis Sapir Whorf: Hipotesis bahwa bahasa yang kita gunakan mempengaruhi proses berpikir yang kita
miliki.
Sana Art atau makna kata-kata.
Sacs dan tata bahasa (grammar): Sistem aturan yang mengatur bentuk-bentuk kata dan cara menata kata-
kata untuk membentuk ujaran yang bermakna.
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELIGENSI

bersama Phillip Hull, Center for Psychological Studies


Para ahli psikologi telah banyak mempelajari bagaimana anak-anak belajar berpikir dan bagaimana
mendefinisikan dan mengukur inteligensi atau kecerdasan. Di banyak negara, tes-tes inteligensi dapat
menentukan apakah seseorang diperbolehkan memasuki pendidikan tinggi atau diterima di suatu
pekerjaan. Karena skor IQ dapat menjadi faktor penentu yang penting bagi hidup seseorang, hasil tes-
tes tersebut harus ditafsirkan dengan amat hati-hati, terutama bila kita ingin mengukur inteligensi
secara lintas-budaya. Seseorang yang dipandang cerdas di suatu tempat mungkin saja dianggap
kurang cerdas dalam konteks lain yang menghargai keterampilan dan perilaku-perilaku yang berbeda.
Cara budaya mainstream Amerika selama ini mendefinisikan inteligensi juga mempengaruhi
pandangan banyak orang mengenai proses perkembangan kognitif. Sayangnya, hal ini kadang
mendorong para teoretisi untuk mengajukan pandangan bahwa orang yang berasal dari budaya atau
etnis tertentu lebih cerdas dibanding yang lain.
TEORI TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET

Selintas Teori Plaget

Perkembangan kognitif adalah bidang khusus dalam psikologi yang mempelajari


bagaimana keterampilan berpikir berkembang. Teori-teori perkembangan kognitif
secara tradisional biasanya terfokus pada periode bayi sampai masa dewasa. Ada
satu teori yang mendominasi bidang ini selama hampir seluruh abad ke-20 teori
Piaget tentang tahapan perkembangan kognitif.
Piaget mendasarkan teorinya pada pengamatan terhadap anak-anak Swiss
1. Tahap sensorimotor:
Tahap ini biasanya dimulai sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun. Kecemasan yang muncul bila ada
orang lain kecemasan orang asing atau stranger anxiety-paling umum terjadi pada periode ini.
Pencapaian terpenting pada tahap ini adalah didapatnya permanensi objek kemampuan untuk
mengetahui bahwa suatu objek atau benda tetap ada meski sedang tidak terlihat atau hilang dari
pandangan mata. Di awal tahap ini, anak- anak tampaknya berasumsi bahwa bila sebuah mainan
atau benda lain disembunyikan (misalnya, bila sebuah bola menggelinding ke bawah sofa), maka
benda itu dianggap tidak ada. Di bagian akhir tahap ini, anak-anak akan berusaha mencari bola yang
hilang di bawah sofa itu, yang menunjukkan bahwa mereka sudah mengerti bahwa benda-benda
tetap ada secara terus-menerus.

2. Tahap pra-operasional:
Tahap ini berawal dari usia 2 sampai 6 atau 7 tahun. Piaget mendefinisikan tahap ini berdasar lima sifat:
konservasi, keterpakuan (centration), ketidakberbalikan, egosentrisme, dan animisme. Konservasi
adalah kesadaran (atau, pada tahap ini, belum adanya kesadaran) bahwa kuantitas-kuantitas fisik
3. Tahap operasional konkret:
Tahap ini berlangsung kira-kira mulai usia 6 atau 7 sampai 11 tahun. Selama tahap ini, anak-
anak memperoleh keterampilan-keterampilan berpikir baru dalam menghadapi benda dan
kejadian-kejadian nyata. Mereka sudah bisa membalikkan dalam pikiran atau bayangan
proses suatu tindakan dan mereka bisa memperhatikan lebih dari satu aspek dari suatu
persoalan. Anak-anak juga sudah mulai mengerti bahwa ada sudut pandang yang berbeda
dari pandangan mereka. Kesadaran-kesadaran baru ini membantu anak untuk menguasai
prinsip konservasi.

4. Tahap operasional formal:


Tahap ini dimulai dari sekitar usia 11 tahun sampai masa dewasa. Pada tahap ini, individu
mengembangkan kemampuan berpikir logis mengenai konsep-konsep abstrak seperti
perdamaian, kebebasan, dan keadilan. Individu juga menjadi lebih sistematis dan mendalam
dalam pemecahan masalah.
TEORI TAHAPAN PIAGET DARI PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA

1) Teori Piaget mengandung beberapa asumsi dan postulat yang bisa ditantang dari sudut
pandang lintas budaya. Berikut adalah beberapa di antara sanggahan-sanggahan tersebut:
Apakah empat tahap Piaget tersebut selalu berlangsung dalam urutan yang ia ajukan?
Misalnya, mungkin saja urutan ini berbeda untuk budaya-budaya tertentu.
2) Apakah rentang usia yang dipostulasikan Piaget bersifat universal bagi semua budaya?
Bayi dan anak-anak dari budaya yang berbeda-beda mungkin memasuki dan meninggalkan
tiap tahap pada usia yang berbeda pula.
3) Apakah dalam tiap tahap ada variasi antarbudaya? Bisa saja suatu budaya berbeda dalam
isi atau representasi pengetahuan yang ada dalam suatu tahap tertentu.
4) Terakhir, apakah tiap budaya memandang penalaran ilmiah sebagai tujuan puncak dari
perkembangan? Masing-masing budaya mungkin saja memiliki tujuan akhir yang berbeda.
TEORI-TEORI TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF LAIN
Untuk memperluas perspektif kita mengenai teori tahapan
perkembangan kognitif Piaget, penting untuk dicatat bahwa teori Piaget
ini hanyalah salah satu dari beberapa teori tahapan atau stage theory
yang diajukan oleh ilmuwan sosial di Barat. Salah satu teori tahapan
yang paling awal, misalnya, diajukan oleh sang filsuf Jerman abad ke-
18, Hegel. Hegel mengurutkan masyarakat pada sebuah skala
evolusioner berdasarkan klasifikasi keyakinan religius, dengan agama
Nasrani di urutan tertinggi. Teori-teori tahapan banyak muncul di abad
ke-19 setelah teori evolusi Darwin mulai dikenal luas. takan bahwa
kemanusiaan mengalami kemajuan dari ke beberapa penulis (seperti
Tylor, 1865; Spencer, 1876) menuju peradaban dengan melalui
beberapa tahapan.
INTELIGENSI: DEFINISI DAN KONSEP
Definisi-definisi Tradisional tentang Inteligensi di
Psikologi Amerika
Kata intelligence dalam bahasa Inggris berasal dari
sebuah kata Latin yang dimunculkan sekitar 2000
tahun silam oleh seorang orator Romawi, Ciceros. Di
Amerika Serikat, kita menggunakan istilah inteligensi
untuk mengacu pada sejumlah kemampuan,
keterampilan, bakat, dan pengetahuan yang berbeda,
yang secara umum mengacu pada kemampuan
kognitif atau mental.
PENGARUH-PENGARUH KULTURAL PADA PENGUKURAN
INTELIGENSI

Tes-tes inteligensi modern pertama dikembangkan di awal 1900


an untuk mengidentifikasi anak-anak yang terbelakang mental.
Tes-tes inteligensi menjadi cara untuk mem- bedakan anak-anak
yang membutuhkan pendidikan luar biasa dari mereka yang
terhambat dalam pelajaran di sekolah karena alasan-alasan lain.
Dalam beberapa tahun berikutnya, tes-tes inteligensi pun
digunakan secara luas di sekolah-sekolah umum dan berbagai
program pemerintah lainnya.
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELIGENSI

bersama Phillip Hull, Center for Psychological Studies


Para ahli psikologi telah banyak mempelajari bagaimana anak-anak belajar berpikir dan bagaimana
mendefinisikan dan mengukur inteligensi atau kecerdasan. Di banyak negara, tes-tes inteligensi dapat
menentukan apakah seseorang diperbolehkan memasuki pendidikan tinggi atau diterima di suatu
pekerjaan. Karena skor IQ dapat menjadi faktor penentu yang penting bagi hidup seseorang, hasil tes-
tes tersebut harus ditafsirkan dengan amat hati-hati, terutama bila kita ingin mengukur inteligensi
secara lintas-budaya. Seseorang yang dipandang cerdas di suatu tempat mungkin saja dianggap
kurang cerdas dalam konteks lain yang menghargai keterampilan dan perilaku-perilaku yang berbeda.
Cara budaya mainstream Amerika selama ini mendefinisikan inteligensi juga mempengaruhi
pandangan banyak orang mengenai proses perkembangan kognitif. Sayangnya, hal ini kadang
mendorong para teoretisi untuk mengajukan pandangan bahwa orang yang berasal dari budaya atau
etnis tertentu lebih cerdas dibanding yang lain.
KESIMPULAN

Materi yang disajikan di bab ini jelas menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam
bagaimana budaya mendefinisikan perkembangan kognitif dan inteligensi.
Bagaimana suatu budaya mendefinisikan apa yang disebut "cerdas" barangkali
tidak sama dengan bagaimana budaya lain mendefinisikan inteligensi. Karena itu,
tanda-tanda atau perilaku yang secara tipikal dipakai untuk mengukur inteligensi
akan berbeda-beda dari satu budaya ke yang lain. Mempertunjukkan
keterampilan, bakat, atau kemampuan dalam suatu tugas, mengajukan
pertanyaan atau suatu aktivitas mungkin dianggap baik di beberapa budaya.
Namun perilaku yang sama bisa memicu emosi negatif di beberapa budaya lain
karena dianggap tak sopan, arogan, tak pantas, atau tidak dewasa.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai