Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Hakikat Psikologi Pendidikan


Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu jiwa. Namun dalam pemaknaan
psikologi secara terminology (ta’rifiyah) terdapat perbedaan. Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan orientasi dan latar belakang masing-masing pakar. Berikut definisi psikologi
menurut berbagai pakar psikologi:
a. Al Gazali, MA. Menurutnya psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
memepelajari penghayatan dan tingkah laku manusia.
b. Drs. Bimo Walgito. Menurutnya psikologi meruapakan suatu ilmu yang memepelajari
dan meyelidiki tingkah laku dan aktivitas manusia yang menjadi manifestasi hidup
kejiwaannnya.
c. Verbeek. Menurutnya psikologi adalah ilmu yang menyelidiki penghayatan dan
perbuatan manusia ditinjau fungsinya bagi subyek.
d. R.S. Woodworth dan D.G. Marquis. Menurut mereka, psikologi adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas individu dalam hubungannya dengan
lingkungannya.

B. Historis Lahirnya Psikologi Pendidikan


1. William James (1842-1910)
Memberikan serangkaian kuliah bertajuk “ talks to teachers”. Dalam kuliah ini ia
mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah
satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi diatas tingkat
pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran
anak.
2. John Dewey ( 1859-1952)
Beberapa kajian yang darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang
anak sebagai pembelajar aktif ( active learning), di mana anak bukan pasif duduk diam
menerima pelerajan tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik. Pendidikan
harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya.

3. EL. Thorndike (1874-1949)


Berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang palig penting adalah
menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar
dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan
harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.

4. Carl R. Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang yang menekankan perlunya
sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan therapist) dalam membantu
individu mengatasi masalah – masalah kehidupannya.
5. Wilhelm wundt (1832-1920)
Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide
sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia yang bersifat selektif. Konsep penting
yang muncul adalah apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesiskan elemen
mental menjadi satu kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti
analisis dan judgement.

6. Sigmund freud (1856-1939)


Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia teori perkembangan psikoseksual ( Theory Of
Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah factor pendorong
terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa masa balita pun anak-anak mengalami
ketretarikan dan kebutuhan seksual.

7. Emil kraepelin (1856-1926)


Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit
kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu
dementia praecox dan psikosis manie-depresif.
8. Alfred binet (1857-1911)
Hasil karya terbesar Alfred Bined di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini
dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-
masalah pendidikan di perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur
usia mental

9. Henry A. murray (1893-1988)


Henry A.Murray berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami
dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (Unconscious Mind).

10. Jean piaget (1896-1980)


Dalam teori perkembangan kognitif, piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus
dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berfikir formal. Teory
ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar
pengaruhnya dibidang pendidikan
Kelompok 2 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

A. Perkembangan Kognitif
Piagnet mengajukan empat konsep yang menjelaskan tentang perkembangan kognitif
yaitu skema, asimilasi, akomodasi.
1. Skema
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami
objek. Skema merupakan kategori pengetahuanyang membantu seseorang dalam memahami
dan menafsirkan dunianya.
2. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah
dimiliki. Proses ini bersifat subjektif karna cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang sesuai dengan keyakinan yang dimiliki sebelumnya.
3. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi
baru. Ini melibatkan kegiatan perubahan skema atau gagasan yang dimiliki karna informasi
atau pengalaman baru dan skema baru itu akan terus dikembangkan selama dalam proses
akomodasi.
4. Ekuilibrium
Piagnet percaya bahwa setiap anak mencoba memperolch keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan mekanisme ckuilibrium. Ekuilibrium
menjelaskan bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan berpikir ke tahap berpikir
berikutnya.
B. Tahap-tahap perkembangan kognitif
Dalam tahap perkembangan kognitif teori Pignet mencakuptahap sensorimotor,
preoperasonal, dan operasional.
1. Tahap sensoriotorik. (0-1,5 tahun)
Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman
indera (sensori) mereka seperti melihat dan mendengar dengan gerakan motorik (otot)
mereka seperti menggapai dan menyentuh.
2. Praoperasional (1,5-6 tahun)

Tahap pemikir ini lebih bersifat simbolis, egoisentries dan intuitif sehingga tidak
melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub tahap
yaitu
a. Sub tahap simbolis (1.5-4 tahun)
Anak secara mental sudah mampu mempresentasikan obyck yang tidak nampak
dan penggunaan bahasa mulai berkembang yang ditunjukkan oleh sikap bermain,
schingga muncul egoisme dan animisme.
b. Sub tahap intuitif (4-6 tahun)
Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua
pertanyaannya disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan
pemahamannya.
3. Tahap Operasional kongkrit (6-12 tahun)
Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika namun masih dalam
bentuk benda kongkrit. Penalaran logikan menggantikan penalaran intuitif ramun hanya pada
situasi konkrit dan kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa
memecahkan masalah abstrak.
4. Tahap Operasional formal
Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak, idealis dan logis. Pemikiran pada
tahap ini tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal seperti anak dapat
memecahkan problem walau disajikan secara verbal (A=B dan B=C).

C. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Melalui komunikasi anak
akan akan mampu membentuk dan membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang
berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan diri anak dalam memasuki lingkungan yang
baru.
Komponen-komponen dalam berbahasa yaitu :
a. Phonology menggambarkan sistem bunyi pada bahasa. Phonems merupakan unit
bunyi yang membentuk kata
b. Semantik mempelajari arti dari kata-kata dan kalimat
c. Grammar menggambarkan struktur bahasa, sintaks (serangkaian aturan grammar yang
mengarahkan bagaimana kata-kata dapat terbentuk menjadi kalimat), morfem (unit
bahasa terkecil yang mengandung arti)
d. Pragmatik yaitu terdiri dari aturan bagaimana berbahasa yang tepat dalam konteks
sosial (misal kita menggunakan bahasa yang simpel bila berbicara dengan anak-anak)

2. Tahap – tahap Perkembangan


a. Tahap Pralinguistik atau meraban (0,3-1 tahun)
Tahapan ini merupakan permulaan perkembangan bahasa, yang dimulai pada usia
sekitar tiga bulan. Anak mengeluarkan bunyi ujaran bentuk ocehan.
b. Tahap Halofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun)
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-katanya pertama
c. Tahap Kalimat Dua Kata (1,8-2 tahun)
Anak mulai lebih banyak kemungkinan untuk manyatakan maksud dan berkomunikasi
dengan menggunakan kalimat dua kata.
d. Tahap perkembangan tata bahasa (2-5 tahun)
Anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat
bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata
jamak dan tugas.
e. Tahapan perkembangan tata bahasa menjelang dewasa (5-10 tahun)
Anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih rumit, melibatkan
gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi,relativasi, dan konjungsi.
f. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak pembendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa
seseorang mengalami perubahan, dan seseorang semakin lancer dan fasih dalam
berkomunikasi dengan bahasa.

3. Kemampuan Berbahasa dan Berpikir


Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung
selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respons. Berpikir dan berbahasa
merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relative
bersamaan.
4. Karakteristik perkembangan bahasa
Permulaan perkembangan bahasa dimulai pada tahap pralinguistik sampai dewasa. Khusus
pada masa remaja, memiliki bahasa yang relative berbeda dengan tahap-tahap sebelumnya
atau masa usia lanjut.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa


a. Faktor Biologis
b. Faktor Lingkungan

6. Perbedaan Individual dalam perkembangan bahasa


Adanya perbedaan individual secara biologis, genetis, pertumbahan, perkembangan,
dan lingkungannya, maka berbeda pula kemampuan dan perkembangan bahasa individu.
Perbedaan individu dalam perkembangan bahasa ini, merupakan fakta unvirsal, suatu
kenyataan dalam psikologi perkembangan.
7. Implikasi dalam pembelajaran
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya
adalah :
a. Mengupayakan lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
perkembangan bahasa secara optimal.
b. Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa
pada anak sangat diperlukan untuk memacu perkembangan bahasanya.
c. Mengembangkan strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain : cara
untuk memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.

8. Meningkatkan Perkembangan Bahasa


a. Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari anak-anak itu, apakah itu berupa
dialek atau bahasa lain selain bahasa Inggris Australia yang diajarkan.
b. Memberi kesempatan bagi anak untuk berbicara dengan bahasa ibu, dan
mendengarkan orang lain berbicara dengan bahasa itu.
c. Menganjurkan penggunaan bahasa ibu
d. Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster dan kemasan makanan
dengan bahasa yang tepat.
e. Menyediakan lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa untuk anak-
anak, terlibat dalam percakapan dengan anakanak secara individu, dan memperluas
bahasa anak.
f. Memfasilitasi penggunaan bahasa anak dalam konteks yang bermakna, misalnya
melalui pengalaman-pengalaman kelompok kecil.
g. Mendorong anak-anak dalam memperluas daftar fungsi-fungsi bahasa mereka,
khususnya fungsi-fungsi pada level yang lebih tinggi seperti penalaran dan peramalan.

D. Implikasi Pembelajaran
a. Peran Pendidik Dalam Meningkatkan Kemampuan Perkembangan Kognitif Dan
Bahasa
b. Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak
c. Mendorong permainan anak
d. Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dari perkembangan kognitif anak
e. Mengenali bahwa anak menyusun pengertian atau pemahaman nya sendiri
f. Mendiskusikan cara-cara pengelompokan atau peng-golongan sesuatu
g. Mengenali bahwa perhatian anak akan diarahkan pada apa yang penting dan relevan
dengan mereka
h. Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi untuk mengolah
informasi
i. Mendukung interaksidiantaraanak-anak, dan diantara orang dewasa dan anak-anak
j. Mendorong anak-anak untuk mengenali hubungan antara konsepkonsep
k. Memberikan contoh pemecahan masalah
Kelompok 3 KONTEKS SOSIAL dan PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL
A. Teori-Teori Kontemporer
Teori sosial “baru” yang lahir dalam beberapa dekade terakhir yaitu
poststrukturalisme, teori sosial postmodern, dan postkolonialisme. Senada dengan teori kritis,
teori sosial kontemporer bersifat multidisiplin, dan bukan merupakan bagian mutlak dari
tradisi keilmuan manapun
1. Mengenal Poststrukturalisme

Pembahasan mengenai apa itu poststrukturalisme harus didahului dengan penjelasan


mengenai teori sosial pendahulunya: strukturalisme.
Fokus dari strukturalisme seperti yang tercantum dalam namanya adalah struktur. Namun
alih-alih membahas tentang struktur sosial layaknya pendekatan struktural fungsional,
strukturalisme justru menjadikan struktur bahasa (linguistic structure) sebagai fokus
kajiannya. Bagi strukturalisme, struktur bahasa merupakan elemen utama yang membentuk,
dan mengatur jalannya dunia social. Poststrukturalisme lahir sebagai kritik terhadap
strukturalisme.
2. Mengenal Teori Sosial Postmodern
Definisi teori sosial postmodern seringkali tertukar dengan beberapa terminologi lain
yang cukup mirip, yaitu postmodernitas dan postmodernisme. Postmodernitas merupakan
sebutan bagi era yang hadir setelah era modern; atau dengan kata lain, era masyarakat pasca-
industri.Sedangkan postmodernisme mengacu pada produk-produk budaya (seperti film,
lukisan, gaya bangunan, dan sebagainya) yang berbeda dari produk-produk budaya
masyarakat modern.
3. Mengenal Postkolonialisme

Fokus dari postkolonialisme — atau studi pascakolonial — adalah kondisi masyarakat


pasca penjajahan bangsa Eropa (atau yang lebih dikenal dengan sebutan “barat”). Layaknya
teori sosial kontemporer lain, postkolonialisme menolak penjelasan yang bersifat universal,
karena bagi para pemikir postkolonial, setiap wilayah jajahan mengalami proses kolonialisasi
yang berbeda antara satu dengan lainnya.
B. Konteks Perkembangan Sosial
1. Keluarga

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pelajaran (pendidikan). Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan
dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati. Suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat
adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang
tua dan anak
a. Gaya Parenting (gaya asuh)
Baumrin mengatakan ada empat bentuk gaya pengasuhan atau perentin:
1. Authoritarian Perenting
Merupakan gaya asuh yang bersifat menghukum dan membatasi.

2. Authoritative Pareting
Merupakan gaya asuh yang positif yang mendorong anak untuk independen tapi
masih membatasi dan mengontrol tindakan mereka
3. Neglectful Parenting
Gaya asuh dimana orang tua tidak terlibat aktif dan tidak perduli dengan kehidupan anaknya,
orang tua hanya meluangkan sedikit waktu.
4. Indulgend Parenting
Gaya asuh dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tapi tidak banyak
memberikan batasan atau kekeangan pada perilaku mereka.
b. Keluarga yang berubah dalam masyarakat yang berubah
Anak-anak dari keluarga yang bercerai, perceraian dalam keluarga dapat memberikan
dampak yang kompleks terhadap anak. Hal tersebut tergantung faktor-faktor seperti usia
anak, kekuatan dan kelemahan anaksaat perceraian, tipe parenting, status social ekonomi dan
pelaksanaan fungsi keluarga setelah perceraian. Adanya system pendukung seperti saudara
kawan, guru, dapat menciptakan hubungan positif yang terus berlanjut anatara ayah dan ibu
yang sudah bercerai, kemapuan memenuhi kebutuhan keuangan dan kualitas sekolah dapat
membantu anak dalam mengatasi situasi perceraian yang menekan.
c. Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga
Keluarga dalam kelompok etnis yang berbeda akan bervariasi dalam besar,
strukturnya dan komposisinya: keterkaitan mereka dengan jaringan kerabat, dan level
pendapatan dan pendidikannya.
d. Hubungan Sekolah-keluarga
Dalam teori Bronfendbrenner, hubungan antara keluarga dan sekolah adalah meso
system yang penting. Demikian juga menurut studi Hetherington, lingkungan sekolah yang
otoritatif akan mengunrungkan anak-anak dari beragam keluarga yang berbeda.
2. Teman Sebaya

Selain keluarga dan guru, teman seusia atau teman sebaya juga mempermainkan
peran penting dalam perkembangan anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya
(seusia) adalah anak pada usia yang sama. Sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan
kedewasaan yang kira–kira sama. Sebaya memegang peran yang unik dalam perkembangan
anak. Salah satu fungsi terpenting adalah memberikan informasi dan perbandingan tentang
dunia diluar keluarga. Fungsi teman sebaya yaitu:
a. Teman sebaya ialah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih
sama.
b. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan
suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga
c. Relasi yang buruk di antara teman-teman sebaya pada masa anak-anak diasosiasikan
dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa
remaja
d. Relasi yang harmonis di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan
dengan kesehatan mental yang positif pada tengah baya.
3. Sekolah

Sekolah merupakan pusat pendidikan formal. Tugas sekolah sangat penting dalam
menyiapkan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai
konsumen, tapi sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang erat kaitannya dengan
pembangunan. Pembangunanan tidak mungkin berhasil tanpa tersedianya sumber daya
manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Sekolah banyak berperan dalam
mengembangkan social emosional anak karena disekolah mereka mulai bergaul sebagai
bagian dari anggota masyarakat.

C. Perkembangan Sosioemosional
Ada dua aspek penting dalam diri ini, yakni harga diri (self-esteem) dan identitas diri.
a. Harga diri.

Penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang


dirinya sendiri. Penghargaan ini juga dinamakan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri
(self-image). Misalnya anak yang punya penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya
memandang dirinya sebagai seseorang tetapi juga sebagai seseorang yang baik.
Riset menyarankan empat kunci untuk meningkatkan rasa harga diri anak (Bednar,
Well & Peterson, 1995, Harter, 1999):
1. Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri.
2. Berikan dukungan emosional dan penerimaan social.
3. Bantu anak untuk mencapai tujuan atau prestasi.
4. Kembangkan ketrampilan mengatasi masalah.

b. Perkembangan identitas.

Aspek penting lain selain diri adalah identitas. Menurut Erikson (1968) persoalan
paling penting dalam diri remaja adalah perkembangan identitas yang berupa pencarian
jawaban atas pertanyaan seperti: Siapa saya? Seperti apakan saya ini? Apa yang akan saya
lakukan dalam hidup ini? Pertanyaan-pertanyaan ini jarang muncul pada masa kanak-kanak
tetapi sering muncul dimasa remaja dan perguruan tinggi.
Berdasarkan klasifikasinya menurut komitmen dan eksplorasi terdapat empat tipe
identitas.
1. Identity diffusion, terjadi ketika individu belum mengalami krisis (yakni belum
mengeksplorasi altrenatif yang bermakna) atau membuat komitmen.
2. Identity Foreclosure, terjadi saat individu membuat komitmen tetapi belum
mengalami krisis.
3. cIdentity Moratorium, terjadi ketika individu berada ditengah-tengah krisis tetapi
komitmen mereka tidak ada atau baru didefinisikan secara samar-samar.
4. Identity Achievement, terjadi ketika individu telah mengalami krisis dan telah
membuat komitmen.
c. Perkembangan Moral.

Hanya sedikit orang yang netral terhadap perkembangan moral. Banyak orang tua
menghawatirkan kelau anak mereka tumbuh tanpa membawa nilai tradisional mereka.
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi yang adil antar
orang. Atura ini dikaji dalam tiga domain, yaitu kognitif, behavioral, dan emosional
d. Pendidikan Moral.

Topik ini menjadi topic yang menarik dalam lingkungan pendidikan. Dewey (1933)
mengakui bahwa ketika sekolah tidak memberikan pelajaran khusus untuk pendidikan moral,
sekolah memberikan pendidikan moral melalui “kurikulum tersembunyi”. Guru bertindak
sebagai model perilaku etis dan tidak etis. Melalui aturan sekolah memasukkan system nilai
ke sekolah.

e. Pendidikan karakter.
Argumennya adalah bahwa perilaku seperti berbohong, mencuri adalah keliru dan
murid harus diajari hal ini melalui pendidikan mereka. (Nucci, 2001).
f. Klarifikasi nilai-nilai.

Pendekatan untuk pendidikan moral yang menekankan pada upaya membantu orang
untuk mengklarifikasi untuk apa hidup mereka dan apa yang layak untuk dikerjakan dalam
hidup ini. Murid didorong untuk mendefinisikan sendiri nilai-nilai mereka dan memahami
nilai diri orang lain.
g. Pendidikan moral kognitif.

Pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal
seperti demokrasi dan keadilan saat moral mereka sedang berkembang. Teori Kohlberg telah
dijadikan sebagai landasan untuk banyak upaya pendidikan moral kognitif.

h. Pembelajaran Pelayanan.
Pembelajaran layanan (service learning) adalah sebentuk pendidikan yang
mempromosikan tanggungjawab social dan pelayanan kepada komunitas. Tujuan penting dari
pembelajaran layanan ini adalah agar siswa tidak egois dan lebih termotivasi untuk
membantu orang lain. (Furco & Billing, 2001; Waterman, 1977).
i. Perilaku Prososial.

Perilaku prososial adalah sisi positif dari perkembangan moral (yang jauh berbeda
dengan perilaku antisocial seperti menipu, bohong, dan mencuri). Perilaku prososial adalah
perilaku yang dianggap bersifat adil, berbagi perhatian, atau empatik (Eisenberg & Fabes,
1988.

Kelompok 4 Variasi Individu


A. Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa latin yaitu Intellegere artinyamenghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Istilah intelegensi diperkenalkan sejak 1912 oleh william Sterm
(jerman). Menurut willim stern, intelegensi adalahkesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru denganmenggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.
William Stren juga menyatakan bahwa intelegensi sebagian besar dengan dasar dan turunan.
1. Inteligence quotient (IQ)
Beberapa Ciri yang dimiliki oleh individu yang sangat tinggi atau superior
berdasarkan penelitian Wolf & Steven 1982 yaitu: cepat belajar, berminat membaca, biografi,
punya kecenderungan ilmiah, telah dapat membaca sebelum masuk sekolah, suka belajar,
punya penalaran abstrak yang baik, mampu berbicara dengan baik, tulisan tangannya jelek,
tunggal, sulung, lahir dari pasangan suamiistri agak tua, penyeuainanya baik, sehat jasmani,
punya skor tinggi dalam berbagai prestasi, imajinasi baik, tingkat energi tinggi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi
a. Faktor pembawaan

Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di


dalamintelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
b. Faktor minat dan pembawaan yang khas

Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu

c. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yangmempengaruhi
perkembangan intelegensi.
d. Faktor kematangan

Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan


perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat
dikatakantelah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
e. Faktor kebebasan

Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu


dalammemecahkan masalah yang dihadapi.

B. Gaya Belajar
Berikut ini konsep belajar yang di bahas adalah proses belajar internalyang
berlangsung pada diri individu sebagai hasil proses pembelajaran. Gaya belajar bergantung
mempunyai dampak positif yaitu anda bisamendapatkan gambaran secara keseluruhan,
pandangan yang lebih luas,konfirgurasi suatu masalah atau gagasan, atau kejadian secara
umum. Gaya belajar ini menurut Dunn dipengaruhi oleh 4 faktor dan elemen dasar. Faktor –
faktor elemen dasar tersebut adalah:
a. Lingkungan langsung (Immediate Environment )

b. Emosional

c. Sosiologis

d. Fisik

C. Gaya Berfikir
1. Pengertian Gaya Berpikir
Menurut KBBI gaya diartikan sebagai kesanggupan untuk berbuat,sedangkan berpikir
adalah cara yang menggunakan akal budi untukmempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
Jadi gaya berpikir adalahkesanggupan untuk berbuat yang menggunakan akal budi
untukmempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
2. Macam-Macam Gaya Berpikir
Gaya berpikir menurut tindakannya dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif,
mendalam dan dangkal.
a. Gaya Impulsif
Gaya berfikir impulsif dalah cenderungan gaya belajar dan berpikir bertindak
cepat dan secara tiba-tiba.
b. Gaya Reflektif
Gaya berfikir reflektif adalah gaya belajar siswa yang menggunakan lebih banyak
waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban.
c. Gaya Mendalam
Gaya berpikir mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran
dengan satu cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut.
d. Gaya Dangkal
Gaya belajar dangkal adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untukdipelajari.
e. Gaya Berfikir Visual
Gaya ini digunakan oleh orang yang berpikir sambil membuat gambar-gambar
dikepala. Sekitar 35 persen poopulasi masuk kedalam kategori ini.
f. Gaya Berfikir Auditori
Gaya ini digunakan oleh mereka yang suka mendengar cara Anda mengucapkan
sesuatu-kedalaman suara, laju bicara, warna suara, dan intonasi dari suara Anda
sangatlah penting dalam komunikasi sekitar 25 persen dari populasimasuk ke
dalam kategori ini.
g. Gaya Berpikir Kinetik
40 persen populasi yang tersisa, dan mereka mendapatkan informasi darisentuhan,
naluri firasat, dan barangkali jerawat.

D. Gaya Perilaku
Temperamen didefinisikan sebagai karakteristik seseorang, cara dasar biologis untuk
mendekati atau beraksi terhadap orang lain dan situasi atau dalammemberi tanggapan..
Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dikategorikan atas 3 yaitu:
a. Gaya perilaku yang mudah (easy child)
Pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas danmudah
beradaptasi dengan pengalaman baru.
b. Gaya perilaku yang sulit (difficult child)
Seseorang yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurangkontrol diri dan
lamban dalam menerima pengalaman baru.
c. Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat (slow to warm up child)
Seseorang yang biasanya beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkankelambanan
dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah.
Kelompok 5 INTELIGENSI, KRAKTERISTIK, KEPRIBADIAN, TEMPRAMEN
PESERTA DIDIK

A. Teori Intelegensi Dalam Psikologi


Psikologi merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari
mengenai kejiwaan, sikap, mental, serta perilaku seseorang serta hubungannya dengan
lingkungan sosialnya. Di dalam ilmu psikologi sendiri, dikenal dengan adanya intelgensi
yang dapat menggantikan berbagai istilah yang berhubungan dengan kecerdasan manusia.
Berikut ini adalah berbagai teori inteligensi dalam psikologi:
1. Teori General Inteligensi
Teori yang pertama adalah teori general inteligensi. Teori ini terdapat pada semua
aspek inteligensi secara umum, dengan tingkat tertentu dalam sejarah inteligensi dalam
psikologi. Sebagi contoh, bakat tertentu yang didapatkan sejak lahir
2. Teori Specific Inteligensi
Teori yang kedua adalah teori specific inteligensi. Teori ini ini hanya terdapat pada
beberapa faktor inteligensi atau untuk hal – hal tertentu saja. Sebagai contoh inteleligensi
yang terdapat pada seseorang yanag lebih unggul di beberapa inteligensi saja. Teori ini
biasanya berhubungan dengan saraf otot, ingatan, latihan serta pengalaman.
3. Teori Pembawaan
Teori pembawaan adalah teori yang meyakini bahwa hal yang menentukan
pembawaan seseorang adalah sifat – sifat atau ciri – ciri yang dibawa oleh orang tersebut
sejak lahir.
4. Teori Kematangan
Teori kematangan merupakan teori yanga meyakini bahwa manusia dikatakan
mencapai tingkat kematangan apabila setiap organ tubuhnya telah dapat menjalankan
fungsinya masing – masing dengan optimal.
5. Teori Minat
Teori minat ini merupakan teori yang meyakini bahwa adanya minat yang khas akan
mengarahkan perbuatan seseorang kepada cara atau proses yang dilakukannya untuk
emncapai tujuannya.
6. Teori Kebebasan
Teori ini adalah salah satu teori yang menekankan bahwa manusia dapat memilih
metode tertentu dalam upayanya untuk memecahkan masalah yang dihadapainya. Kebebasan
ini berarti bahwa minat tidak akan selalu menjadi syarat dalam perbuatan yang mengandung
inteligensi.

B. Gaya Belajar Karakteristik Peserta didik dalam Pembelajaran


1. Karakteristik individual
Karakteristik individual adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada
padaindividu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan.Setiap individu memiliki
karakteristik bawaan (heredity) dan lingkungan(environment).
2. Gaya Belajar
a. Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir
Gaya Impulsif / ReflektifGaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo
konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikir bertindak cepat dan impulsif
atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu
jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156).
b. Gaya Mendalam / Dangka,
Gaya belajar mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa mempelajarimateri
pelajaran dengan satu cara yang membantu mereka memahami makna materi tersebut(gaya
mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gayadangkal).
(Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984)
3. Macam-macam gaya belajar
Macam-macam Gaya Belajar sebagai berikut: Visual (belajar dengan cara
melihat)Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam
hal inimetode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya
di papan tulis.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
a. Bicara agak cepat
b. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
c. Tidak mudah terganggu oleh keributan
d. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
f. Pembaca cepat dan tekun
g. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i. Lebih suka musik dari pada seni

4. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang saja. Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat
pendengarannya ),untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke
alat pendengarannya. Ciri-ciri gaya belajar auditori :
a. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
b. Penampilan rapi
c. Mudah terganggu oleh keributan
d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
g. Biasanya ia pembicara yang fasih
h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

5. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini
sulituntuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
a. Berbicara perlahan
b. Penampilan rapi
c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca
i. Menyukai permainan yang menyibukkan
j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu

C. Kepribadian dan Temperamen peserta didik dalam hubungan belajar


1. Kepribadian
Menurut Purwanto, penulis buku Psikologi Pendidikan, kepribadian kita ditentukan
oleh tiga hal yaitu:
a. Faktor Biologis
Kepribadian kita dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti yang sudah kita
ketahui,faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani kita seperti
keadaangenetik, pencernaan, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Sejak dilahirkan
setiap orangtelah menunjukkan adanya perbedaan, tak ada satu orangpun memiliki
kepribadian yangidentik. Hal ini dapat kita lihat sejak bayi baru lahir.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial, yang dimaksud disini adalah manusia-manusia lain disekitar kita.Dengan
lingkungan yang pertama kali kita temui adalah keluarga kita sendiri nih teman-teman.
Seiring dengan perkembangan diri kita, peranan keluarga sangat penting danmenentukan bagi
pembentukan kepribadian kita selanjutnya.
c. Faktor Kebudayaan
Terdapat lima aspek kebudayaan yang mempengaruhi pembentukan kepribadian kita.
Pertama, nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh orang-orang di dalamnya yang hidup dalam kebudayaan itu
2. Pengertian Temperamen
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat
emosiindividu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
sertakecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi
danintensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan
karenanyaterutama berasal dari keturunan.
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan
dengankonstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya
dengankonstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani
seseorangyang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, pekerjaan
kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
1. Klasifikasi Temperamen
Klasifikasi temperamen yang dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella
Thomas(Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991).
a. Anak bertemperamen mudah (easy child) pada umumnya berada dalam suasana hati
yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan dengan mudah
beradaptasi dengan pengalaman baru.
b. Anak bertemperamen sulit (difficult child) cenderung beraksi secara negatif dan
sering mengeluh dan rewel, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak teratur, serta
sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
c. Anak bertemperamen lambat (slow-to-warn-up child) mempunyai tingkat aktifitas
yang rendah, agak bereaksi negatif, dan penyesuain diri agak lambat serta
menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah.
2. Kaitan dalam Proses Pembelajaran
Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang
dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4 golongan menurut
keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
a. Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas
berubah-ubah stemming-nya.
b. Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas
marah ,agresif.
c. Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
d. Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.

Anda mungkin juga menyukai