Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah,


lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif
dan linguistik sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan.
Perkembangan kognitif dan linguistik merupakan salah satu aspek yang sangat
penting bagi peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek
yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan
kognitif dan linguistik sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam
sekolah.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif dan
linguistik bagi peserta didik diperlukan penjelasan perkembangan kognitif dan
linguistik lebih detail baik pengertian, maupun tahap-tahap perkembangan
kognitif dan linguistik peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian perkembangan kognitif?


2. Bagaiman tahapan perkembangan kognitif?
3. Apakah pengertian perekembangan linguistik?
4. Bagaimana tahapan perkembangan linguistik?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian


perkembangan kognitif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang tahapan
perkembangan kognitif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian
perkembangan linguistik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang tahapan
perkembangan linguistik

1
D. Manfaat

1. Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian kognitif.


2. Dapat menambah pengetahuan tentang tahapan perkembangan kognitif.
3. Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian linguistik.
4. Dapat menambah pengetahuan tentang tahapan perkembangan linguistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata Cognition artinya adalah pengertian,


mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat
susunan saraf pada waktu manusia sedang berfikir (Gagne dalam Jamasris, 2006).
Pengertian yang luasnya kognisi adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah
laku seseorang atau anak senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi


popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membanyangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Menurut piaget dalam allen (2010:29) menyatakan perkembangan kognitif


adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan pandangan
perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian disuatu lingkungan.

Menurut syaodih dan Agustin perkembangan kognitif menyangkut


perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja.
Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah lebih kompleks pada diri
anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki
kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.

Husdarta dan Nurlan berpendapat bahwa perkembangan Kognitif adalah suatu


proses terus menenerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan)
dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya. Hasil hasil tersebut berbeda secara
kualitatif antara satu dengan yang lainnya. Anak akan melewati tahapan tahapan
perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode perkembangan
anak berusah berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitif nya dengan
pengalaman pengalaman baru. Ketidak seimbangan memerlukan
pengakomodasian baru serta merupakan transformasi ke periode berikutnya.

Disisi lain Elkind mengemukakan bahwa studi tentang perkembangan kognisi


yang dilakukan piaget dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengetahuan

3
dan proses mental yang terlibat, tentang bagaimana perolehannya dan
penggunaannya.

Jadi, perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan berpikir dan


penalaran yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif

Menurut piaget (carin & sund, 1989:23-47) tahap perkembangan kognitif


(intelektual) sesorang melalui 4 tahap berurutan, yaitu :

1. Tahap sesnsori motor dalam rata rata usia sekitar 0-2 tahun
Tahap sensori motor adalah tahap pertama dalam perkembangan kognitif
(intelektual), pada tahap ini anak memiliki tingkah laku yang didominasi
oleh gerakan gerakan refleks atau bersifat motorik. Gerakan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh stimulus. Dominasi gerakan refleks pada
tahap ini lambat laun berkurang seiring dengan berkembangnya daya pikir.

Perkembangan ini didapat melalui pengalaman belajar, merasakan, dan


mengenal objek, sehingga pada akhir tahap ini anak dapat “membedakan”
misalnya anak sudah tahu orang tuanya, nama nama benda dan binatang.

2. Tahap pra operasional dalam rata rata sekitar usia 2-7 tahun
Tahap kedua dalam perkembangan kognitif (intelektual) tahap ini
merupakan tahap persiapan dalam pengorganisasian operasi konkret.
Tahap ini dapat dibagi dalam tahap berpikir pra logis dan tahap berpikir
intuitif.
Tahap berpikir pra logis berada pada rata rata usia sekitar 2-4 tahun. Pada
tahap ini anak memiliki penalaran transduktif yaitu suatu penalaran yang
bergerak dari khusu ke khusus.
Tahap berpikir intuitif berada pada usia rata rata 4-7 tahun. Pada tahap ini
anak dapat menilai dan mempertimbangkan atas dasar persepsi
pengalaman sendiri, oleh karena itu anak pada tahap ini bersifat egosentris.
Hal lain yaitu anak berpikir irreversible, berpikir statis, dan concreteness.
Berpikir irreversible yaitu belum dapat berpikir kebalikan dari cara
berpikir semula. Artinya anak tidak mampu memahami suatu transformasi
atau perubahan-perubahan urutan dalam suatu peristiwa. Berpikir statis
adalah salah satu cirri anak pada tahap praperasional. Dengan kata lain
anak pada tahap initidak menggunakan macam-macam operasi, melainkan
hanya tertuju pada satu dimensi serta tidak memperhatikan gerakan-
gerakan perubahan. Concreteness adalah kemampuan berpikir anak masih

4
berorientasi pada hal-hal yang konkrit. Anak belum mampu memahami
hal-hal abstrak atau yang di representasikan secara verbal

3. Tahap opersional konkret dalam rata rata usia sekitar 7-11 tahun
Tahap operasional konkrit adalah tahap ketiga dari perkembangan
intelektual. Tahap ini berada berada pada saat anak-anak usia SD. Tahap
ini merupakan permulaan berpikir rasional. Pada tahap operasional konkrit
anak mampu berpikir logis melalui objek-objek konkrit, dan sulit
memahami hal-hal yang hanya direpresentasikan secara verbal. Dengan
kata lain anak anak pada tahap ini belum mampu melakukan proses
berpikir yang abstrak, belum mampu belajar dengan baik tentang proses
sains yang abstrak (seperti tentang peristiwa photosintesa) serta selalu
mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang abstrak seperti
memperlajari konsep gravitasi (Carin & Sund, 1983: 30)
Meskipun demikian anak pada thap ini memiliki operasi yang dapat
dikembangkan yaitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, klasifikasi, korespondensi, penempatan urutan. Juga
menguasai pengukuran dan konservasi volume, berat, dan luas.

4. Tahap operasional formal dalam rata rata usia sekitar 11 tahun keatas
Tahap operasional formal adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif
(intelektual) menurut piaget, sebab setelah itu tidak terjadi lagi
peningkatan kualitas intelektual. Bebeda dengan anak yang berada pada
tahap sebelumnya, anak operasional formal mampu melakukan penalaran
dengan simbol symbol, ide ide, abstraksi dan generalisasi. Artinya anak
anak operasional formal sudah bisa menggunakan operasi logisnya untuk
menyelesaikan masalah masalah yang bersifat verbal, rumit, dan
kompleks. Disini logika sudah menjadi alat berpikir anak ini sehingga ia
mampu melakukan operasi terhadap operasi. Artinya anak bias melakukan
operasi dengan tidak mengacu pada objek, tetapi pada sumber yang
ditangkap dari relasi yang terkandung dalam informasi yang diberikan dan
menggunakannya untuk menemukan hubungan.

2.3 Pengertian Perkembangan Linguistik

Menurut cher (2007) mendefinisikan linguistik sebagai ilmu tentang bahasa


atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Lynos (1981)
menyatakan bahwa linguistik merupakan suatu ilmu yang objeknya adalah bahasa
manusia yang dikaji secara ilmiah. Allan dan corder (1957) menekankan definisi

5
linguistik dari sudut bahasa, baik sebagai objek formal kajian maupun metode
loginya.

Dalam kamus Webster (1981) linguistik di definisikan sebagai ilmu yang


mempelajari 4 hal yaitu satuan satuan bahasa, hakekat bahasa, struktur bahasa,
dan perubahan bahasa.

Jadi perkembangan linguistik adalah perkembangan pemahaman dan


penggunaan bahasa yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

2.4 Tahapan Perkembangan Linguistik

Tahapan perkembangan linguistik terbagi menjadi 4 tahapan


1. Masa bayi (0-2th)

Berkembangan bahasa dimasa ini masih sederhana. Bayi mulai berceloteh


pada usia 3-6 bulan, kemudian di lanjutkan mengucapkan kata pertama
pada usia 10-13 bulan. Bayi mulai merangkai 2 kata bersama sama pada
umur 18-24 bulan.

2. Masa kanak-kanak awal

Umur 2-3 tahun dan berlanjut ketahun tahun sekolah dasar anak anak
mulai dapat menggabungkan 2,3,4 kata dan seterusnya menjadi kalimat
yang sederhana. Perbendaharaan kata percakapan anak umur 6 tahun
berkisaran antara 8.000 sampai 14.000 kata.

3. Masa kanak-kanak akhir

Anak semakin mampu memahami dan menggunakan kata bahasa yang


kompleks. Anak juga mulai belajar untuk menggunakan bahasa yang saling
berkaitan. Pengetahuan mengenai bahasa (kesadaran metalinguistik)
memungkinkan anak untuk berfikir mengenai bahasa itu, apakah kata itu
dan mendefinisikannya mereka juga belajar mengenai bahasa mana yang
pantas/tidak pantas diucapkan dalam koledor norma masyarakat yang
berlaku.

4. Masa remaja

Remaja mengalami peningkatan kompleksitas dalam penggunaan kata


kata. Mereka mampu menggunakan perumpamaan dalam berkomunikasi.
Dalam pergaulannya remaja sering kali menggunakan bahasa pergaulan
atau slang (misalnya nda untuk pengganti nama dan sebagainya).

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan berpikir dan


penalaran yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

Tahap perkembangan kognitif (intelektual) sesorang melalui 4 tahap


berurutan, yaitu :

1. Tahap sesnsori motor dalam rata rata usia sekitar 0-2 tahun
2. Tahap pra operasional dalam rata rata sekitar usia 2-7 tahun
3. Tahap opersional konkret dalam rata rata usia sekitar 7-11 tahun
4. Tahap operasional formal dalam rata rata usia sekitar 11 tahun keatas

Perkembangan linguistik adalah perkembangan pemahaman dan penggunaan


bahasa yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

Tahapan perkembangan linguistik terbagi menjadi 4 tahapan


1. Masa bayi
2. Masa kanak-kanak awal
3. Masa kanak-kanak akhir
4. Masa remaja

3.2 Saran

Diharapkan kepada peserta didik da pengajar maupun orang tua agar dapat
ikut berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif dan
linguistik. Peran serta pemerintah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu
untuk mengawasi perkembangan kognitif dan linguistik setiap anak da peserta
didik sesuai karakteristik anak.

7
DAFTAR PUSTAKA

Syaodih Muhbiar Agustin, Ernawulan.Bimbingan Konseling untuk anak usia dini.


(Jakarta : Universitas Terbuka, 2011)

Husdarta dan Nurlan Kusmaedi, Pertumbuhan dan perkembangan peserta


didik(olahraga dan kesehatan), (Bandung : alfabeta, 2010)

Kusdwiratri Setiyono, Psikologi Perkembangan ( Bandung : Widya Padjajaran,


2009)

Ahdiyatgreen.blogspot.com/2012/08/linguistik-sejarah-dan-
perkembangannya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai