Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran

bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bali yang merupakan kegiatan

berwisata sekaligus belajar. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat melakukan

observasi langsung dan mendapatk gambaran nyata bagaimana dunia industri

pariwisata. Kegiatan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang

berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di dunia pariwisata. Wujud nyata

sebagai bukti pelaksaanaan kegiatan adalah dengan pembuatan Laporan Praktek

Kerja Lapangan.

Dalam kesempatan ini, mahasiswa semester 4 (empat) Bali diijinkan untuk

mengunjungi Taman Nusa yang berlokasi di Jalan Taman Bali, Banjarangkan,

Banjar Blahpane Kelod, Sidan, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali.

Taman Nusa Gianyar adalah salah satu daerah tujuan wisata edukasi untuk

mengenal keberagaman seni dan budaya yang ada di Indonesia dengan

menampilkan berbagai perkampungan suku dan budaya yang ada di Indonesia.

Wisatawan dapat berkeliling menyaksikan langsung kurang lebih 60 keunikan

model bangunan ataupun rumah-rumah tradisional khas suku bangsa Indonesia.

Selain itu wisatawan juga dapat menikmati perjalanan sejarah Indonesia yang

dimulai dari zaman Prasejarah, zaman Batu, zaman Perunggu, masa kerajaan,

kampung budaya Indonesia, masa awal Indonesia, era kemerdekaan, masa kini dan

1
masa depan. Untuk mendukung liburan wisatawan sambil menikmati wisata

edukasi di Taman Nusa terdapat fasilitas untuk kenyamanan pengunjung yang

menjadi andalan Taman Nusa Gianyar diantaranya Auditorium Theater Bima,

Ruang Pameran, Dua Sanggar, Pusat Wisata Kuliner, Pusat perbelanjaan souvenir.

Waktu operasional Taman Nusa Gianyar di buka setiap hari mulai hari senin hingga

minggu mulai dari jam 09.00 hingga 17.00 WITA. Bagi pengunjung yang ingin

berkunjung ke Taman Nusa Gianyar akan dikenakan biaya tiket masuk untuk

dewasa Rp. 85.000 dan paket tiket dan makan Rp 125.000 serta anak-anak (2 - 12

tahun) Rp. 70.000 dan paket tiket dan makan Rp. 80.000 dan dibawah untuk anak

dengan usia 2 tahun Gratis.

1.2 Tujuan Kegiatan

Kegiatan praktik kerja lapangan ini didasari oleh beberapa tujuan yang ingin

dicapai, antara lain:

1. Untuk menambah wawasan mengenai keberagaman Indonesia

2. Untuk mengetahui keunikan produk dan jasa yang ditawarkan di Taman

Nusa, Gianyar

3. Untuk mengetahui makna dari rumah adat Nias di Taman Nusa, Gianyar.

1.3 Manfaat Kegiatan

1. Dengan mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan, mahasiswa diharapkan

dapat meningkatkan wawasan, kemampuan hard skill dan soft skill yang

dimiliki.

2
2. Memiliki gambaran mengenai keunikan produk suatu daya tarik wisata

3. Menambah wawasan dan mengetahui makna dari rumah adat Nias

3
BAB II

PEMBAHASAN

2..1 BUDAYA

2.2.1 Nama Rumah Adat Dan Daerah Asal

Omo Niha atau Omo Sebua merupakan rumah adat khas suku Nias yang

hidup di Pulau Nias, Sumatera Utara. Di bagian depan rumah terdapat tulisan

Yahowu yang merupakan salam dalam bahasa daerah Nias. Suku Nias dalam

bahasa aslinya menamakan diri mereka ‘Ono Niha’. Ono berarti anak atau

keturunan dan Niha berarti manusia dan menyebut pulau Nias sebagai ‘Tanö

Niha’ dimana kata Tanö memiliki arti yaitu tanah.

Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat

dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum

disebut fondrako yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran

sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik

dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang

masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Suku Nias

mengenal sistem kasta berupa 12 tingkatan kasta dengan tingkatan kasta

tertinggi disebut "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus

mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan

menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

4
2.2.2 Filosofi Rumah Adat Nias

Filosofi dari Omo Niha atau Omo Sebua dengan bentuk rumah yang

memiliki bentuk atap yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter, lantai

yang cukup tinggi, jalan masuk berupa tangga yang sedikit tersembunyi di

bawah panggung, dan bagian dasar rumah memiliki serangkaian balok kayu

yang besar. Hal tersebut dikarenakan di lingkungan Nias terdapat banyak hewan

buas, tangga pintu masuk yang berada tersembunyi agak ke dalam di bawah

panggung membuat hewan buas tidak mudah masuk ke rumah dan penduduk

dapat menebar jaring untuk menangkap hewan buas yang menyerang. Selain itu

bagian dasar rumah yang dibuat dari kayu besar dapat menjadi pertahanan jika

terjadi perang antar suku. Oleh karena itu Omo Niha atau Omo Sebua juga

disebut Rumah Benteng, selain digunakan untuk berlindung dari serangan

musuh. Omo Niha atau Omo Sebua dulunya dibangun tanpa adanya paku dan

struktur rumah yang kokoh dengan kayu membuatnya menjadi rumah yang anti

gempa. Jendela di sekeliling bangunan tergolong kecil sehingga memperkuat

pertahanan rumah. Posisi dan arah rumah yang harmonis ditentukan

berdasarkan letak serta arah aliran sungai atau mata air setempat. Terdapat 3

bangunan rumah yang ada di Taman Nusa yang membedakan tempat bagi raja

(kepala keluarga), istri-istri, dan anak-anak. Biasanya Omo Sebua adalah rumah

yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-tiang besar dari

kayu besi dan atap yang tinggi.

Di depan Omo Niha atau Omo Sebua di Taman Nusa terdapat sebuah

batu dengan tinggi kurang lebih 2 meter yang biasa digunakan untuk tradisi

5
lompat batu, sebagai tanda kedewasaan anak laki-laki. Anak laki-laki yang telah

beranjak dewasa harus melompati batu ini seperti melakukan olahraga lompat

kangkang dengan atraksi lain seperti tarian khas Nias. Tradisi ini juga dilakukan

seorang laki-laki saat akan menikah dan merantau.

2.2.3 Budaya dan Tradisi Masyarakat Nias, Sumatera Utara

Dalam budaya Nias terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup bersama

yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” yang memiliki arti semoga diberkati.

Kata Ya’ahowu bermakna memperhatikan kebahagiaan orang lain dan

diharapkan diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Sehingga Ya’ahowu bermakna

menunjukan persaudaraan dan sikap perhatian, bertanggungjawab, rasa hormat,

dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap demikian, berarti orang tersebut

memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan orang lain baik secara lisan

maupun tersirat untuk menghormati sesama manusia. Selain itu terdapat juga

beberapa budaya atau tradisi Nias antara lain :

a. Fahombo atau Hombo Batu

Fahombo atau Hombo Batu yang berarti Lompat Batu

adalah olahraga tradisional Suku Nias yang juga merupakan

ritual pendewasaan. Kegiatan ini menjadi daya tarik wisata tradisional

unik dimana laki-laki harus melompati susunan batu yang membentuk

piramida setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.

Pada masa lampau pemuda Nias akan mencoba untuk melompati

batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan

6
menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk

berperang dan menikah. Batu untuk fahombo di masa lampau ditutupi

dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan keseriusan dan

kesakralan. Secara taktis dalam peperangan, tradisi Lompat Batu ini

juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam

melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu

tangan dan pedang di malam hari.

b. Tari Fataele

Di Nias Selatan tradisi Lompat Batu Nias selalu dipertunjukan

bersamaan dengan Tari Fataele yang merupakan seni tari khas Nias

Selatan. Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu

Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Lompat Batu.

c. Tari Maena

Tarian Maena yang tergolong dalam tarian kolosal dan

seremonial, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam

tarian ini. Tari Maena sering dipertunjukkan pada saat pernikahan adat,

saat mempelai pria tiba di rumah mempelai wanita yang bermakna

memuji kecantikan mempelai wanita. Namun di masa sekarang, tarian

Maena sering ditampilkan di berbagai acara, seperti penyambutan tamu

kehormatan, pernikahan, dan acara adat Nias lainnya. Pakaian tari

Maena menggunakan pakaian adat Nias, namun seiring zaman penari

Maena dapat menggunakan pakaian bebas sehingga penonton yang

tidak memakai pakaian adat pun bisa ikut menari bersama.

7
d. Fame Ono Nihalo

Mahar pernikahan dalam adat Nias ditanggung oleh pihak

perempuan berjumlah besar menyebabkan banyak masyarakat Nias

masa kini banyak masyarakat Nias memilih melakukan pernikahan di

luar Nias. Selain terdapat isu-isu ketidakadilan gender di Nias dengan

adanya istilah “Böli Gana’a” yang bermakna bahwa perempuan adalah

barang yang dapat dibeli. Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan

pandangan terhadap laki-laki dan perempuan.

e. Pakaian Adat

Pakaian tradisional Nias dinamakan "Baru Oholu" untuk pakaian

pria dan "Baru Ladari" atau "Baru Isitö" untuk pakaian wanita. Pakaian

tradisional biasanya merah atau kuning dan dikombinasikan dengan

warna hitam dan emas. Pakaian-pakain adat Nias terdiri dari warna

merah, kuning dan hitam. Warna merah melambangkan darah yang

bermakna marga, keberanian, dan keganasan pendekar Nias. Warna

kuning melambangkan emas yang bermakna kekayaan dan kesuksesan.

Sedangkan wanra hitam melambangkan tanah yang bermakna tanah air,

tanah Nias yang subur, dan ketabahan. Perempuan dari Nias Selatan

memakai pakaian yang didominasi warna kuning, sementara perempuan

Nias Utara memakai pakaian yang didominasi warna merah. Pakaian

tradisional juga menggabungkan pola dan lambang desain tertentu.

Yang paling biasa digunakan adalah deretan corak segitiga, yang disebut

'Ni'ohulayo' yang menyerupai kiat tombak dan pola ini melambangkan

8
semangat kepahlawanan dari Orang Nias. Terdapat sejumlah lambang

dan pola ikonik dalam budaya Nias yang dapat dilihat pada pakaian

tradisional, karya batu dan ukiran kayu di rumah-rumah tradisional.

Pakaian adat Nias terbuat dari kulit pohon atau hasil tenunan serat-serat

kulit pohon atau rumput. Pakaian laki-laki terdiri dari rompi yang pada

dasarnya cokelat atau hitam dan dihiasi ornamen kuning, merah dan

hitam. Pakaian wanita hanya terdiri dari selembar kain yang melilit

pinggang dan tanpa baju atas, tapi dihiasi dengan gulungan gelang

kuningan dan anting besar.

2.2.4 Cara Hidup Masyarakat dan Kebiasaan Masyarakat Nias

Pemberian salam kepada sesama sangat tinggi nilainya terhadap satu

dengan yang lain. Bila seseorang tidak bersapaan atau memberi salam kepada

yang lain, maka diantara kedua belah pihak sudah terjadi disintegrasi sosial.

Ketika berkunjung ke rumah seseorang setelah memberi salam Yahowu akan

diberikan sirih lalu tuan rumah dan tamu akan memakan sirih yang disajikan.

Ketika berpisah akan mengucapkan salam perpisahan yang berbunyi ‘Ya’ami

ba lala” yang berarti selamat jalan.

Sebagian besar masyarakat Nias memiliki mata pencaharian sebagai

petani dengan mengahasilkan tanaman padi, ubi, ketela, sagu, sayur - sayuran,

dan umbi-umbian. Namun curah hujan yang tinggi di Pulau Nias sering

menyebabkan kegagalan panen padi sehingga opsi lain yang dilakukan

masyarakat Nias adalah beternak. Hewan ternak yang paling terkenal diantara

9
masyarakat Nias adalah ternak babi dikarenakan daging babi sering disajikan

saat melaksanakan pesta ataupun upacara adat. Selain bertani dan beternak,

masyarakat Nias juga berkebun untuk bertahan hidup dengan komoditi utama

mereka adalah karet, coklat, kelapa (kopra) dan aneka rempah-rempah. Namun,

karena faktor tingginya curah hujan di tambah dengan sistem bercocok tanam

yang masih bersifat tradisional, membuat hasil produktivita sangat rendah dan

tidak bisa menjadi andalan untuk memperbaiki perekonomian mereka.

Walau terdapat budaya yang cukup menunjukan derajat perempuan lebih

rendah daripada laki-laki, masyrakat Nias tetap menjunjung tinggi untuk

melindungi para perempuan seprti pada saat berpergian bersama poisisi lakika

laki selalu berada di belakang dan perempuan di depan. Agar dapat melindungi

perempuan dari berbagai gangguan dan menunjukkan rasa tanggung jawab.

2..2 PROSPEK BISNIS

2.2.1 Paket Promosi Rumah Adat Nias, Sumatera Utara

Kegiatan fahombo atau lompat batu telah menjadi salah satu daya

tarik khas Nias yang paling terkenal, oleh karena itu paket wisata “Feel the

Cultre with a splash of Adrenaline like Nias” menawarkan wisatawan untuk

menikmati pertunjukan tarian-tarian Nias yang memiliki alur cerita dan ikut

dalam kegiatan Fahombo atau Lompat Batu. Wisatawan dapat ikut mencoba

melompat ataupun berbaring di atas batu untuk dilompati. Selain itu di paket

ini juga wisatwan dapat merasakan bagaimana menjadi warga Nias seperti

memkan sirih saat berkunjung ke rumah adat Nias, belajar mengukir ukiran

10
khas Nias yang kini mulai dilupakan dikarenakan akses wisata ke Pulau

Nias yang mulai dibatasi. Pakaian adat Nias yang mudah dipakai seperti

rompi, selendang, dan mahkota juga disediakan agar wisatawan dapat

mengambil foto yang lebih autentik.

2.2.2 Segmen Pasar

Segementasi pasar yang cocok untuk paket wisata di atas adalah

generasi muda disekitar usia 18 hingga 27 tahun yang memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi dan keberanian untuk mencoba banyak hal baru. Menurut

kumparan.com sebanyak 63% masyarakat Indonesia menyukai olahraga

sehingga kegiatan Lompat Batu sangat cocok dengan kegiatan LOmpat Batu

yang memicu adrenalin. Selain itu penyediaan pakaian adat untuk foto

sangat sesuai dengan karakteristik generasi milenial dan juga wisatawan

China yang banyak mengunjungi Taman Nusa. Taglin Positioning Taman

Nusa yaitu ‘See Indonesia in One Afternoon” sebagai tempat wisata edukasi

sejarah dan budaya Indonesia dapat semakin diperkuat dengan adanya

pertunjukan dan kegiatan budaya yang dilakukan di masing-masing rumah

adat. Kegiatan yang dilakukan dapat membuat Taman Nusa menjadi

berbeda dibanding taman wisata rumah adat lainnya dan juga dengan

membangun kerjasama dengan instansi pendidikan juga dapat membuat

Taman Nusa memperoleh posisi yang cukup kuat di kalangan usia muda

produktif.

11
2.2.3 Fasilitas Yang Disediakan

Fasilitas yang diberikan Taman Nusa antara lain area tempat parkir

yang luas, 10 toilet yang berlokasi disetiap sudut, klinik kesehatan, restoran,

café, art shop. Namun pada rumah adat Nias tidak banyak fasilitas yang

disediakan sehingga diperlukan tambahan seperti data informasi di dekat

rumah, beberapa perabotan rumah untuk mengisi bagian dalam rumah agar

lebih menarik, pakain adat yang bisa digunakan, dan petugas atau orang

Nias asli yang mengerti mengenai rumah adat tersebut.

2.2.4 Cara Promosi

Promosi dapat dilakukan dengan kerjasam dengan beberapa instansi seperti

sekolah yang memerlukan wisata edukasi dan travel agent, serta dengan

pemanfaatan sosial media sebaga Internet of Things di zaman industri 4.0

seperti sekarang ini. Strategi-strategi seperti promosi hari raya, flashsale

dan pengadaan giveaway yang berisi tagging friends dapat menjadi promosi

gratis kepada masyrakat lebih luas.

12
2..3 PEMELIHARAAN

Rumah Adat Nias Omo Niha yang dibangun dengan kayu Merbau yang besar

dan kokoh memiliki karakteristik tidak mudah dirusak oleh serangga seperti rayap

sehingga membersihkan rumah dengan rutin merupakan cara pemeliharaan yang

paling utama untuk mempertahankan kondisi dan kualitas rumah. Perlunya

penjagaan

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Taman Nusa merupakan salh satu daya tarik wisata edukasi yang bertujuan

untuk mengenal keberagaman seni dan budaya yang ada di Indonesia dengan

menampilkan berbagai perkampungan suku dan budaya yang ada di Indonesia.

Wisatawan dapat berkeliling menyaksikan langsung kurang lebih 60 keunikan

model bangunan ataupun rumah-rumah tradisional khas suku bangsa Indonesia.

Beberapa rumah-rumah adat yang ditampilkan dijaga oleh suku aslinya, dan

beberapa lainnya tidak ada yang menjaga sehingga informasi yang bisa didapat

tidak dapat rinci dan sebatas informasi dari pemandu wisata.

3.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada pihak Taman Nusa

yaitu sebaiknya menambahakan informasi-informasi yang belum terdapat di

beberapa rumah yang terbangkalai atau tidak terurus. Beberapa bangunan rumah

yang memiliki kerusakan sebaiknya direparasi agar terlihat indah dan menarik

juga. Seperti contohnya pada rumah adat Nias Omo Niha perlu ditambakan

informasi cetak seperti rumah adat lainnya agar dapat mengetahui informasi

mengenai rumah tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Telaumbanua, Calvin Sozanolo. 2013. “Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS”


(online). (www.slideshare.net diakses pada 26 Februari 2019).

Tim, Yayasan Pusak Nias. 2017. “Istiadat Nias” (online). (www.museum-nias.org


diakses pada 27 Februari 2019)

Ptmudyarja, Uyung. 2017. “Milenial Lebih Senang Olahraga Dibandingkan


Politik” (online). (www.health.detik.com diakses pada 27 Februari 2019)

Redaksi, Tim. 2017. “Hanya 63 Persen Masyarakat Indonesia yang Rutin Lakukan
Olahraga” (online). (www.kumparan.com diakses pada 27 Februari 2019)

15
LAMPIRAN

Gambar 1: Tampak
Depan Rumah Adat Nias,
Omo Niha

Gambar 2: Tangga
untuk masuk ke rumah
yang terletak agak
tersembunyi ke dalam

16
Gambar 3: Bagian
dalam rumah Omo Niha

Gambar 4: Ventilasi
jendela yang tidak besar
untuk memperkokoh
bangunan rumah

Gambar 5: Batu yang


dilompati pada acara
atau ritual Lompat Batu

17
Gambar 6: Pak Frans
yang berasal dari suku
Toba namun mengetahui
banyak hal mengenai
rumah adat Sumatera
Utara

18

Anda mungkin juga menyukai