PENDAHULUAN
setiap daerah mempunyai ciri tersendiri dalam hasil budaya yang dimiliki.
masyarakat yang ada didalamnya. Beragam budaya Indonesia yang khas dan
sangat menarik untuk kita ketahui, bahkan wisatawan asing juga tertarik untuk
atraksi Debus di Banten, Karapan Sapi di Madura Jawa Timur, upacara Kasada di
Bromo dan lain-lain. Pertunjukan budaya ini mempunyai makna disetiap gerakan,
Salah satu budaya yang tidak kalah menarik dari sekian banyak budaya
yang kita miliki saat ini selain beragam budaya di atas adalah ‘Hombo Batu’ atau
lebih dikenal dengan Lompat Batu. Hombo batu merupakan budaya khas dari
Kabupaten Nias Selatan yang telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.
Budaya hombo batu memiliki sejarah yang sarat oleh peperangan, patriotisme dan
bersifat heroik. Seiring dengan perubahan zaman budaya hombo batu saat ini telah
menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing
Kecamatan Fanayama.
1
Secara tidak langsung, masyarakat di Desa Bawomataluo telah menjadi
bagian dari pariwisata di desa ini. Kegiatan para wisatawan selama berkunjung di
Desa Bawomataluo yang terdorong oleh daya tarik hombo batu ikut
jasa pemandu wisata, penjualan berbagai bentuk souvenir, penjualan makanan dan
masyarakat setempat.
dari sektor ini. Pengenaan kontribusi terhadap pengunjung Rp. 5.000 per orang.
Menurut data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Bawomataluo, jumlah
pendapatan dari kontribusi yang dikenakan kepada pengunjung per tahunnya rata-
rata sekitar Rp. 512.365.000. Dengan adanya pemasukan bagi masyarakat dan
oleh ragam pesona kebudayaan dan tempat pariwisatanya yang menarik beberapa
diantaranya seperti, wisata air di Nias Selatan yaitu Pantai Lagundri dengan
hamparan pasir putih yang luas. Pantai ini sering digunakan oleh wisatawan untuk
berjemur sambil menikmati terik matahari dan ombak Samudera Hindia. Selain
Pantai Lagundri, di Nias Selatan juga terdapat Pantai Sorake yang terkenal dengan
ombaknya yang besar. Sangat cocok untuk para surfer tingkat dunia yang
2
Gambar 1.1 Peselancar di Pantai Sorake.
Kecamatan Fanayama, di kecamatan ini terdapat salah satu desa adat yaitu Desa
Bawomataluo. Desa Bawomataluo merupakan cagar budaya yang masih ada dan
lestari sampai saat ini, karena desa ini merupakan sebuah potret sejarah dari
perkembangan budaya di Kabupaten Nias Selatan yang telah ada sejak ratusan
tahun yang lalu. Desa ini menyuguhkan kita deretan rumah-rumah tradisional
yang terbuat dari kayu dengan arsitektur khas Kabupaten Nias Selatan yang masih
ke desa inilah kita bisa menyaksikan atraksi budaya hombo batu atau lompat batu
yang pernah diabadikan di gambar salah satu mata uang rupiah, seperti tampak
3
Gambar 1.2 Hombo Batu Pulau Nias Pada Mata Uang Rp. 1000.
Hombo batu merupakan dua suku kata dalam bahasa Nias, khususnya
dialek Nias Selatan. Kata hombo sendiri tidak memiliki makna apa-apa atau tidak
dapat berdiri sendiri bila tidak terdapat kata imbuhan atau suatu kata yang
mengikutinya. Sama halnya kata layang dalam bahasa Indonesia yang sulit
diartikan bila tidak terdapat kata imbuhan seperti melayang yang berarti terbang
dengan sayap tidak bergerak atau terbang karena dihembus angin. Menurut
penulis kamus Li Niha, Apollo Lase (2011:8), hombo merupakan kata dasar dari
mohombo yang artinya terbang. Lase menjelaskan bahwa beberapa kata dalam
bahasa Nias memang tak bisa sebangun dengan bahasa Indonesia. li niha (bahasa
Nias) selalu atau hampir semua ditandai dengan awalan mo. Misalnya, mofano
yang berarti pergi, berasal dari kata fano. Kata fano tidak memiliki arti dalam
bahasa Nias.
Demikian juga kata hombo sulit diartikan bila tidak terdapat imbuhan atau
terdapat kata yang mengikutinya. Sedangkan batu merupakan dialek Nias Selatan
dari kata kara dalam bahasa Nias Tengah dan Nias Utara yang memiliki arti sama
4
disusun oleh Sitasi Zagoto (2010:7), hombo batu diartikan sebagai olah raga
tradisional di Nias, yaitu melompati batu bersusun yang tingginya 2,5 meter.
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Lase, kata hombo juga tidak diterangkan
oleh Zagoto. Dalam tulisannya, Zagoto hanya memberikan keterangan noun atau
tinggi), muhombo dalam dialek Nias Selatan sama dengan mohombo dalam dialek
Nias Tengah dan Nias Utara yang berarti terbang. Nias Selatan memiliki dialek
bahkan bahasa yang berbeda dengan Nias Utara atau Nias Tengah. Oleh karena
itu, kamus li niha yang ditulis oleh Apollo Lase di atas lebih condong ke bahasa
Nias Utara sedangkan kamus yang ditulis oleh Zagoto identik dengan dialek atau
mengatakan bahwa awalnya, budaya hombo batu ini diciptakan sebagai wadah
untuk melatih fisik dan mental para remaja pria di Nias Selatan menjelang usia
dewasa. Makna hombo batu saat ini mempunyai beberapa versi antara lain:
Masyarakat Nias Selatan dahulunya sering terjadi perang antar kampung, salah
untuk dilatih ketangkasan fisik dan mental sehingga bisa siap menjadi prajurit
perang. Salah satu wadah latihannya adalah lompat batu atau hombo batu
dimana bagi pemuda desa yang mampu melompati batu bersusun tersebut
5
secara berturut-turut sebanyak tiga kali, akan dipilih menjadi prajurit perang.
fondrako (penghargaan) berupa rai ana’a (mahkota yang terbuat dari emas)
dan dijamu dengan pesta yang sangat meriah. Sehingga setiap pemuda
berlomba dan berusaha untuk bisa melewati ujian hombo batu tersebut.
6
b. Sarana olah raga bagi pemuda di Nias Selatan
Bagi sebagian masyarakat Nias menganggap bahwa hombo batu hanya sebagai
sarana olah raga bagi pemuda di Nias Selatan. Tidak ada bedanya dengan olah
raga lainnya seperti sepak bola, voli ataupun tennis. Setiap desa memiliki
lomba hombo batu. Seperti olah raga lain pada umumnya, yang sering di
yang akan ikut dalam turnamen hombo batu tersebut. Penilaiannya adalah
ketinggian dan gaya yang ditampilkan oleh pelompat. Bagi pemenang akan
mendapatkan hadiah dan hal ini merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi
c. Kesenian
Selain untuk melatih ketangkasan olah raga, hombo batu juga merupakan seni
pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana dalam upacara adat istiadat dan
ritual dalam kehidupan masyarakat Nias Selatan pada masa lalu. Kesenian
kebudayaan hombo batu ini menyimpan sejumlah makna filosofi yang arif dan
ataupun kematian di keluarga Si’ulu (raja) dan juga kepada para perangkat desa
di Nias Selatan.
Salah satu makna yang hombo batu berkembang di luar Pulau Nias bahwa
hombo batu merupakan patokan bagi seorang pemuda di Pulau Nias untuk
bisa menikah, yang berarti bahwa syarat bagi seorang pemuda laki-laki
7
dikatakan sudah dewasa dan berhak untuk menikah adalah mereka yang sudah
bisa melompati batu susun setinggi dua meter lebih tersebut. Hal ini berarti
bagi mereka yang belum bisa melakukan hombo batu, mereka juga tidak
atribut serta atraksi pendukung lainnya yang dikemas dalam suatu paket wisata.
Contoh ‘makna’ hombo batu yang begitu populer di media seperti yang ditulis
“...Di Pulau Nias, Sumatera Utara, ada tradisi yang tidak boleh
Anda lewatkan jika berlibur ke sana. Saksikanlah hombo batu,
tradisi lompat batu setinggi 2 meter untuk para pemuda.
Uniknya, pemuda yang akan menikah diharuskan lulus ujian
lompat batu ini. Karena setiap pemuda yang berhasil melompati
batu dianggap sudah dewasa dan matang secara fisik. Jika belum
berhasil, maka ia belum dinilai dewasa dan belum diizinkan
menikah, menantang bukan?...”.
Tulisan ini seolah-olah merupakan kebenaran nyata yang terjadi di Pulau Nias
pembaca bahwa apa yang disaksikannya adalah benar adanya. Cuplikan artikel
ini juga kelihatannya menarik, unik dan menantang bagi yang membaca.
sehingga setiap orang yang mengetahui tentang hombo batu, bisa mengetahui
Ketika seorang anak dari satu keluarga untuk pertama kalinya berhasil dalam
melewati batu yang telah disusun setinggi dua meter lebih tersebut, dengan
keluarga dekatnya, sebagai simbol rasa syukur dan kebanggaan bagi pelompat
8
mau pun dari keluarganya sendiri. Karena keberhasilan ini merupakan suatu
kebanggaan yang luar biasa bagi orang tua dan kerabat lainnya bahkan seluruh
masyarakat desa pada umumnya. Itulah sebabnya ketika anak laki-laki mereka
berhasil melewati hombo batu, maka diadakan acara syukuran. Bahkan ada
juga bangsawan yang menjamu para pemuda desanya karena dapat melompati
hombo batu dengan sempurna untuk pertama kalinya, dengan pesta yang
sangat meriah. Para pemuda ini yang merupakan generasi yang akan menjadi
prajurit pembela kampung dan keluarganya ketika suatu waktu terjadi perang
dengan kampung lainnya. Karena begitu tingginya tingkat prestisius dari tradisi
ini, maka setiap pemuda di Nias Selatan yang ingin menekuni hombo batu ini,
tersebut, mereka akan terus berlatih melompati tali dengan ketinggian yang
terus bertambah sesuai usia. Akhirnya, latihan tersebut akan dibuktikan pada
tradisi hombo batu ini. Jelas tidak mudah untuk melakukan tradisi ini, terbukti
tidak semua pemuda dapat melakukan tradisi hombo batu ini, meskipun sudah
Batu yang harus dilompati berupa bangunan mirip tugu piramida dengan
permukaan bagian atas datar, tingginya kurang lebih 2 meter, lebar permukaan
bagian bawah sekitar 120 centimeter. Lebar puncak batu ini sekitar 80 centimeter
dengan permukaan datar. Batuan ini merupakan batuan alami yang diambil
langsung dari alam, yang dikikis dan dibentuk sesuai kebutuhan sehingga
membentuk bangunan yang mirip piramida yang disebut hombo batu. Sebelum
jarak 8 meter dari batu lompatan dan kemudian akan berpijak pada batu pijakan
9
yang biasa disebut dengan tara hoso setinggi 40 centimeter, batu ini berfungsi
untuk membantu melontarkan para pelompat untuk terbang atau melayang dan
tersebut, tapi ia juga harus memiliki tekhnik ketika melewati dengan tidak
menyentuh bagian atas batu susun tersebut, karena apabila dia menyentuhnya,
sampai tidak menyentuh bagian atas batu susun tersebut. Setelah itu, baru lah
pelompat dinyatakan berhasil dalam melakukan hombo batu. Bukan hanya itu
saja, dalam melakukan pendaratan, pelompat juga harus berhati-hati dan dengan
tekhnik yang benar dalam mendarat, apabila mendarat dengan posisi yang salah
10
maka dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Beberapa gambar tentang
lompat batu (hombo batu) seperti tampak pada beberapa gambar dibawah ini:
Gambar 1.5 Pelompat Hombo Batu yang Beraksi dengan Berpijak di Tara
Hoso.
Gambar 1.6 Pelompat Hombo Batu yang Menyentuh Permukaan Batu dan
Dinyatakan Gagal.
11
Gambar 1.7 Pelompat Hombo Batu yang Sedang Beraksi dan Berhasil
Mendarat dengan Sempurna.
Terlepas dengan berbagai pendapat tentang makna hombo batu ini, tentu
masih ada desa yang melestarikannya. Tetapi saat ini budaya tersebut sudah lebih
mengarah pada pertunjukkan pariwisata. Para wisatawan tidak puas rasanya kalau
belum menyaksikan atraksi ini. Hal ini lah yang membuat para pemuda desa di
daerah tujuan wisata ini telah menjadikan hombo batu lebih mengarah pada
ada yang setengah memaksa wisatawan untuk menyaksikan atraksi ini, karena
12
Banyak yang merupakan penduduk asli Pulau Nias yang tidak tahu makna
yang sebenarnya dari hombo batu. Mereka hanya sekedar mengetahui bahwa
mereka mempunyai kesenian budaya tanpa mengetahui makna, nilai dan pesan
yang sesungguhnya yang ingin disampaikan dalam kesenian budaya tersebut. Hal
ini lah yang menjadi perhatian penulis atas keadaan budaya dalam kepariwisataan
topik atau judul penelitian. Berkaitan dengan uraian di latar belakang, maka
hombo batu serta pengaruhnya terhadap sosial ekonomi maupun budaya pada
masa kini?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian hombo batu, sebagai
berikut:
Kabupaten Nias Selatan, sehingga dapat diketahui apa yang terjadi terhadap
13
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan
dapat menjelaskan bahwa apakah telah terjadi pergeseran makna dan fungsi pada
budaya hombo batu dari budaya tradisional menjadi wisata. Serta dapat menjadi
referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian mahasiswa
sosiologi berikutnya.
memahami makna budaya Nias khususnya hombo batu yang dapat dijadikan
melakukan upaya pelestarian hombo batu yang bermutu dan unggul sehingga
14