Anda di halaman 1dari 6

ADAT SUKU SENTANI JAYAPURA DAN ADAT SUKU BIAK

PRVINSI PAPUA
KAPAK BATU DARI SUKU SENTANI JAYAPURA
DAN PERAHU ADAT DARI SUKU BIAK

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
1.1. Perahu Tradisional Biak

Suku Biak mampu membuat perahu-perahu berbagai ukuran dan bentuk sesuai
kegunaannya. Salah satu jenis perahu yang digunakan adalah perahu yang disebut
Wai Mansusu. Perahu yang dikenal dengan sebutan Mansusu ini merupakan jati diri
orang Biak, karena telah dijadikan sebagai perahu untuk berperang sejak abad ke-15.
Kata "Mansusu" sendiri bermakna maju dan mundur. Ini dimaknai oleh para leluhur
sebagai kemampuan untuk menghadapi musuh dari segala arah.
Perahu ini adalah perahu muatan, namun dapat juga dipakai sebagai perahu perang
antar daerah dan antar pulau. Ciri khas perahu ini adalah bentuk muka dan belakang
perahu sama. Haluan dan buritan perahu Mansusu memang sengaja dibuat sama
bentuk dan rupanya. Ini bukan tanpa tujuan, sesuai namanya perahu ini dibuat
demikian agar mudah bergerak maju dan mundur dengan mudah.

1.2. Kapak Batu Suku Sentani Jayapura

Suku Sentani atau orang Sentani adalah salah satu dari kelompok suku besar 
di Papua sebagai salah satu suku asli di kabupaten Jayapura. Mereka tersebar dalam
wilayah adat Bhuyakha yang terbagi  dalam  3 wilayah adat yang sekaligus
memetakan mereka secara geografis yaitu orang Sentani timur atau Rali Bhu,orang
Sentani tengan atau Nolo Bhu dan orang Sentani barat atau Way Bhu. Atau umum
mereka di kenal atau di sebut dengan orang Sentani Timur, orang Sentani Barat dan
orang Sentani tengah.
Dalam budaya orang Sentani kapak batu sebagai unsur sistem teknologi dan
peralatan hidup fungsinya bergeser , kapak batu bukan lagi memiliki fungsi sebagai
lat kerja seperti menebang pohon, menokok sagu, dan membuat perahu. Kapak Batu
atau he dalam bahasa Sentani   diproduksi dan diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi  memiliki fungsi sosial dan memiliki nilai sangat tinggi dalam
kehidupan  sosial orang Sentani terutama dalam pelaksanaan upacara  adat dan
pembayaran adat seperti pembayaran mas kawin, denda adat dan pembayaran kepala.
Ada banyak jenis kapak batu (he) yang tersebar dalam budaya orang Sentani terutama
berdasarkan variasi warnanya , antara lain  1) He Nokhong  yaitu kapak batu berwarna
hitam, 2)He Phinukhu  yaitu kapak batu warna hitam dan hijau 3). He Hawaphu
yaitu kapak batu warna hijau 4) He Khongge  yaitu kapak batu warna hitam berbintik
putih, 5) He Hawa phulu  yaitu kapak batu warna kehijau hijauan, 6) He Raime rouw
yaitu kapak batu warna hijau muda,  7) He Yanggove  yaitu kapak batu warna hijau
tua, 8) He Hokhai  yaitu kapak batu warna hijau kemerahan, 9) He Rondo fikholle
yaitu kapak batu warna hijau keputihan.
BAB II
TUJUAN

2.1. Tujuan dari kajiian ini, bagaiman saya dapat memberikan sebuah cerita
kebudayaan yang mejadi tolak ukur hukum adat pada kedua suku tersebut, dengan
keberagaman dan tatanan budaya masing-masing suku, karena demi kelangsungan
hidup kedua suku yang menjadi adat istiada ini sangat kental atau kuat dengan budaya
mereka.
2.2. Perahu adat suku biak merupakan sebuah alat transportasi laut yang sering
digunakan oleh masyarakat setempat buat mencari nafka atau melaut, karena
kehidupan masyarakat biak berada di tepian pantai atau pinggir pantai, jadi mata
pencaharian mereka adalah nelayan.
2.3. Kapak batu suku sentani merupakan sebuah alat pencaharian dan juga sebagai
harta yang berharga bagi suku adat sentani, yang ketika ada masyarakat mereka yang
ingin menikah atau berumah tangga, itu sering mereka menggunakan serimoni adat
sebagai acara adat sebelum kedua calon pasangan hidup itu hidup bersama, jadi dari
pihak laki-laki harus membayar pihak perempuan dengan kapak batu atau sering
dikenal dengan acara maskawin.
BAB III
ANALISIS

3.1. Berdasarkan cerita dari kedua suku adat ini dapat saya analisis bahwa, dengan
adat suku masing-masing daerah dapat menggambarkan bagaiman mereka sangat
menghargai adat suku mereka, dan memang kita tahu bahwa dalam kehidupan
hari-hari kita pasti ada banyak hal yang sering kita jumpai di beberapa daerah
yang berbeda, yang mana kelangsung hidup setiap orang yang ada pada wilayah-
wilayah itu mempunya ciri khas dan dialek bahasa yang berbeda, begitu juga
dengan tatanan hidup mereka yang sering terjadi, yaitu mulai dari busana yang
mereka pakai, bahasa, dialek atau pun bangunan-bangunan yang bermotif yang
mana melambangkan adat –istiadat daerah tersebut.
3.2. Aspek budaya yang sangat menonjol atau yang sering kita jumpai pada daerah
masing-masing adalah busana, dan bahasa daerah atau dialek mereka pada saat
mereka berbicara.
3.3. Orang biak sangat kental dengan berbagai motif –motif budaya yang sering
mereka gambarkan pada setiap ukiran maupun lukisan ditempat-tempat umum
khusus di daerah biak dan juga acara-acara kebudayaan lainnya yaitu acara antar
maskawin dan juga acara injak piring atau kata lain masyoranda yaitu dimana
ketika ada orang baru yang baru datang ke daerah mereka itu biasanya harus
menginjak kaki pada sebuah piring bersih, artinya menandakan bahwa mereka
dengan senang hati menerima kedatangan orang tersebut di daerah mereka.
BAB IV

IDE ATAU GAGASAN

4.1. Perilaku kita sebagai orang yang cinta akan adat istiadat kita sering
kita melakukan hal-hal yang membuat orang lain menjadi tertarik dengan
pertunjukan – pertunjukan budaya kita, entah itu lewat seni tari, seni lukis,
atau seni lainnya, yang dipertunjukan dimana saja kita berada, entah di daerah
study kita, daerah kerja kita, atau pun acara pentas seni yang di selenggarakan
secara sermi.
4.2. Dalam gagasan yang kita sajikan dalam menceritakan sebuah cerita
pastilah kita harus memerlukan sumber informasi atau referensi yang baik.
BAB V
SALURAN DAN MEDIA

5.1. Media Elektronik : tv, radio, internet.


5.2. Media Ctak : Koran, Majalah, atau pun media cetak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai