Anda di halaman 1dari 53

UJIAN AKHIR SEMESTER ANTROPOLOGI WISATA ANALISIS

KOMPONEN 4A, 4S DAN 7 UNSUR KEBUDAYAAN DI DESA WISATA


KAMPUNG ASEI, KAB JAYAPURA, PAPUA DAN DESA WISATA
DOYBEBRIN DI KABUPATEN BIAK NUMFOR

OLEH:
DYAH TRIANA PURTI ZAINDHARI
22103004
DEP A (SEMESTER 2)

PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA

DIPLOMA IV

POLITEKNIK PARIWISATA BALI

KEMENTRIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK


INDONESIA

2023

1
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki

bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem

agama, politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta

karya seni. Kebudayaan yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah

turun-temurun sejak dulu,akan semakin terkonsep dalam kehidupan

masyarakat. Dalam dunia Pariwisata terlebihnya aspek Pariwisata

berbasis budaya, kekayaan budaya disuatu daerah dapat menjadi sebuah

destinasi dimana kekayaan budaya tersebut dapat dibagikan tidak hanya

kepada masyarakat setempat tetapi juga kepada wisatawan sebagai wadah

untuk tetap melestarikan budaya itu sendiri. Tentu saja ini ialah upaya

yang baik untuk tetap menjadi sebuah destinasi wisata sembari

memperkenalkan budaya disuatu daerah.

Papua ialah provinsi yang memiliki 255 ragam suku dan bahasa serta

kebudayaan nya sendiri dengan luas wilayah 420.540km. Salah satunya

ialah suku Sentani yang mendiami Pulau Asei. Kampung Asei besar ialah

salah satu kampung di distrik Sentani timur,Pulau Asei, Jayapura.

Kampung adat Asei yang ada di tengah Danau Sentani menjadi rumah

bagi para pengrajin khombow atau lukisan kayu karya seni suku Asei

1
yang sudah melakukan tradisi ini secara turun temurun. Salah satu pelukis

kulit kayu setempat, Corry Ohee (54) menuturkan tradisi melukis di atas

kulit kayu ini telah dimulai sejak tahun 1600-an.Lukisan asli yang dibuat

oleh suku Asei ini sangat untik dan tak ada duanya karena dibuat di atas

media kulit kayu dari pohon yang konon hanya tumbuh di tanah Papua

(ficus varagitan) terutama di sekitar Danau Sentani Selain medianya,

keunikan lukisan kulit kayu khombow juga dipengaruhi oleh cat warna

dan alat lukis alami serta motif-motif artistik khas Sentani, seperti

kekayaan alam, religi, mitologi, kearifan lokal dan beberapa motif hewan

seperti motif Ular, motif Cicak, Kadal, Ikan, Kaki burung bangau, Belut,

Kelelawar, Tupai terbang dan lain-lain. Sedangkan dari fungsinya

terdapat lukisan yang berhubungan dengan aspek religi dan mitologi

seperti lukisan Hu dan Yoniki, juga lukisan yang berhubungan dengan

aspek sosial ekonomi, seperti Fouw, Kasindale, Isomo dan Kino.Motif-

motif yang di lukis pada kulit kayu khombow memiliki arti dan makna

yang bersifat sakral untuk orang Sentani, karena ada motif yang hanya

khusus milik seorang Ondofolo (pemimpin adat).

Sebagai karya seni suku Sentani yang telah ada sejak nenek moyang

mereka yang dahulunya digunakan sebagai pakaian (Malo). Khombow

sebagai pakaian hanya digunakan 3 kali dalam kehidupan mereka yaitu;

pada waktu saat seorang anak lahir digunakan sebagai pembungkus bayi,

2
pada waktu seorang perempuan menikah dan pada waktu seseorang

meninggal dunia Khombow digunakan untuk membungkus jenasah.

Tradisi ini sempat punah dengan kemajuan zaman yang membawa bahan

pakaian modern (kain dan jenis tekstil lain) sehingga pada tahun 1975,

antropolog asli Papua, Arnold Ap dan Danielo Constantino Ayamiseba

menggerakkan kembali tradisi mengukir atau melukis kulit kayu sehingga

ukiran asli Suku Asei sampai kini bisa dileastarikan dan masih terus

dilanjutkan bahkan diperkenalkan ke mancanegara seperti di sejumlah

negara di Eropa.

Lukisan asli kulit kayu miliki Suku Asei ini masih tersimpan rapi di

sejumlah museum besar di daratan Eropa. Salah satu budayawan

berkebangsaan Eropa, Prof Jac Hoogerbruge berhasil mengumpulkan

foto-foto lukisan tersebut dan membuat buku tentang lukisan kulit kayu

itu. Pada tahun 2016 khombow telah ditetapkan menjadi salah satu

warisan budaya takbenda dari Indonesia.Lukisan dari kulit kayu

khombow yang asli hanya dapat diperoleh jika wisatawan berkunjung ke

Kampung Asei Besar, yang terletak di Pulau Asei di antara gugusan pulau

yang tersebar di Danau Sentani bisa juga ditemukan dalam gelaran

pariwisata tahunan seperti festival danau Sentani. Walaupun fungsinya

sudah berubah, menjadi salah satu cinderamata khas Papua dari Sentani.

3
Gambar 1.1 Peta Kampung Adat Asei

Sumber; Goggle Maps

Gambar 1.1 Peta Pulau Asei

Sumber; Google Maps

4
Adapun salah satu desa wisata yang terdapat di kabupaten Biak

Numfor ialah desa wisata Doybebrin yang terletak di Kampung Urfu,

distrik Yendidori, kabupaten Biak Numfor. Desa wisata Doybebrin

atau yang lebih dikenal dengan kampung wisata Urfu oleh masyarakat

lokal merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata

unggulan di Kabupaten Biak Numfor.

Desa wisata Doybebrin merupakan sebuah destinasi wisata yang

menarik yang terletak di Kampung Urfu, distrik Yendidori, kabupaten

Biak Numfor. Desa ini menawarkan keindahan alam yang

menakjubkan dan budaya yang kaya, menjadikannya tempat yang

sempurna untuk liburan yang santai dan mengesankan. Doybebrin

dikelilingi oleh pemandangan yang menakjubkan. Di sekitar desa ini

terdapat hamparan hutan tropis yang hijau dan pegunungan yang

memukau. Wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang

memikat dengan berjalan-jalan di sepanjang jalan setapak yang indah,

menikmati udara segar, dan mendengarkan suara burung-burung yang

berkicau di sekitar mereka. Selain keindahan alamnya, Doybebrin

juga menawarkan pengalaman budaya yang tak terlupakan. Desa ini

merupakan rumah bagi suku asli Papua yang masih mempertahankan

tradisi dan adat istiadat mereka. Wisatawan dapat berinteraksi dengan

penduduk setempat, belajar tentang kehidupan sehari-hari mereka,

5
dan mengenal kebudayaan Papua secara lebih mendalam. Acara-acara

budaya seperti tarian tradisional, upacara adat, dan pertunjukan musik

tradisional sering kali diadakan di desa ini, memungkinkan wisatawan

untuk merasakan keindahan dan keunikan budaya Papua.

Desa wisata Doybebrin juga menawarkan berbagai kegiatan yang

menarik bagi para pengunjung. Wisatawan dapat melakukan trekking

atau hiking di sekitar desa untuk menjelajahi keindahan alamnya. Ada

juga pilihan untuk menyusuri sungai dengan perahu tradisional atau

melakukan snorkeling dan menyelam di perairan sekitar desa untuk

menikmati keindahan bawah laut Papua yang menakjubkan. Bagi para

wisatawan yang mencari pengalaman liburan yang berbeda dan ingin

menjelajahi keindahan alam serta budaya yang kaya.

Gambar 1.3 Peta Desa Wisata Doybebrin

6
1.2 Manfaat Kajian

Adapun manfaat dari kajian mengenai desa adat Asei ini bertujuan

untuk menggambarkan destinasi wisata melalui pengamatan

menggunakan pendekatan antropologi serta menambah wawasan

mengenai destinasi dan dapat dijadikan referensi dalam memilih destinasi

wisata di Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Biak. Selain itu daya tarik

wisata ini memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga diharapkan

dapat menjadikan sebagai bahan pertimbangan dan saran dalam

pengembangan Kampung Asei dan Desa Wisata Doybebrin sebagai

destinasi yang dapat diminati dan dapat menjadi destinasi wisata yang

lebih dikenal lagi.

Dengan adanya tradisi unik di sebuah desa wisata adat Asei dan Desa

Wisata Doybebrin yang menghasilkan produk yang bernilai seni tinggi,.

Serta dikarenakan penulis pernah berkunjung kesana dan melihat secara

langsung bagaimana desa adat ini dikelola. Adapun manfaat dari kajian

ini ialah sebagai pengetahuan baru bagi khalayak dikarenakan minim nya

informasi mengenai kampung besar Asei yang terletak di Papua ini dan

Desa Wisata Doybebrin yang terletak di Biak.

2. PEMBAHASAN

2.1 Komponen Produk Pariwisata di Kampung Asei

7
Kampung Asei saat ini menjadi pionir untuk tetap terjaganya tradisi

kesenian di Jayapura, Papua yang telah diwariskan oleh para leluhur

sebelumnya. Daya tarik wisata menurut Cooper (1993) mengemukakan

bahwa untuk memenuhi segala kebutuhan dan pelayanan, suatu daerah

tujuan wisata harus didukung oleh empat komponen utama dalam

pariwisata atau biasanya dikenal dengan istilah “4A” yang harus dimiliki

oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu attraction, accessibility, amenities

dan ancilliary.

2.1.1 Attraction di Kampung Asei

Atraksi wisata atau potensi yang terdapat kampung Asei

adanya pameran lukisan yang dibuat secara tradisional oleh

masyarakat setempat yang memilki sejarah panjang yang unik.

Kampung Asei adalah tempat dimana seluruh masyarakatnya ialah

pengrajin. Wisatawan dapat melihat langsung sentra para perajin

menghasilkan produk- produk kriya kulit kayu di Bumi

Cendrawasih yaitu di Kampung Asei

Mereka menjajakan produk-produk keseniannya untuk bisa

menjadi pilihan oleh-oleh bagi para pelancong serta ikut dalam

beberapa event besar tahunan yang diadakan di Papua seperti saat

PON, festival tahunan danau sentani, dll. Tidak hanya lukisan kulit

8
kayu terdapat banyak produk lainya yang dibuat dari kulit kayu

seperti ikat kepala, tas kulit kayu, pakaian tradisional, alat musik

tradisional, sentaja tradisional dan souvernir buatan tangan lainya.

Yang menarik ialah para wisatawan bisa ikut mengambil andil

dalam pembuatan kulit kayu secara tradisional sampai melukis

bersama orang lokal serta banyak kegiatan menarik lainya yang

bertujuan membangun tali persaudaraan bersama orang lokal yang

tentu saja menjadi tujuan para wisatawan berkunjung ke kampung

Asei

Gambar 2.1.1 Souvernir Khas Kampung Asei

Sumber; Goggle images

Keindahan alam di kampung Asei juga menjadi daya tarik

yang diminati oleh para wisatawan dikarenakan lokasi kampung

Asei berada di tengah danau sentani dan dikelingi oleh perairan

9
danau yang bersih, bahkan ada hal yang menarik juga mengenai

histori bagaimana danau sentani terbentuk yang kisah nya sangat

erat dengan kepercayaan masyarakat setempat. Serta pemandangan

perbukitan hjjau yang melingkari kampung Asei yang asri dan

sejuk menjadikan salah satu atraksi di Kampung Asei,

pemandangan nya yang indah dan enak dipandang itu banyak

diabadikan oleh wisatawan.

2.1.2 Accesbility di Kampung Asei

Aksesibilitas ialah kemudahan dalam memeroleh akses

disebuah destinasi wisata, tidak hanya kemudahan aksesibilitas

secara harfiah seperti sarana dan infrastruktur untuk menuju

destinasi tetapi juga kemudahan dalam segi informasi itu sendiri,

bagaimana sebuah informasi mengenai destinasi ini mudah untuk

ditemukan dan disebarluaskan. Berkaitan dengan sarana

transportasi, obyek wisata ini sangat mudah dijangkau. Kampung

Asei tak jauh dari Stadion Utama Papua Bangkit (Lukas Enembe),

Melalui dermaga khalhote tempat dimana festival danau sentani

diadakan wisatawan dapat langsung menyewa speedboat atau

perahu selama 15 menit menuju Pulai Asei, tempat dimana

Kampung Asei berada.

10
Gambar 2.1.2 Aksesibilitas Pulau Asei

Sumber; Google Images

Sedangkan untuk aksesibilitas dalam kemudahan memperloleh

aspek informasi di Kampung Asei mungkin sedikit kurang

dikarenakan sedikitnya publikasi terkait pelaku maupun pengelola

destinasi wisata.Tetapi informasi mengenai Kampung Asei

mungkin ada walau tidak banyak tersebarluas di internet dapat

diperoleh lagsung dari Dinas Pariwisata atau forum resmi

kepemerintahan kepariwisataan Papua.

2.1.3 Amenities di Kampung Asei

Dalam amenities atau sarana terdapat dua bagian yaitu

infrastructure dan superstructure. Infrastructure ialah bangunan

atau sarana/fasilitas umum yang wajib ada dalam sebuah destinasi

11
seperti toilet, penyediaan tempat sampah dan lahan parkir.

Sedangkan superstructure ialah sarana/fasilitas yang dibangun

khusus untuk Pariwisata.

Gambar 2.1.3 para-para untuk sharing session

Sumber; Dokumentasi Pribadi

Sarana arana wisata yang disediakan di Kampung Asei

Ialah beberapa bangunan khusus yang dibangun untuk keperluan

wisatawan seperti para-para tempat dimana wisatawan bisa

tempati untuk beristirahat maupun berinteraksi dengan masyarakat

lokal serta belajar banyak hal tentang tradisi yang ada di kampung

Asei, atau tempat dimana pameran lukisan yang dibuat oleh

masyarakat lokal berada. Disediakanya tempat alat dan bahan yang

12
diperlukan wisatawan untuk ikut andil dalam pembuatan kerajinan

atau lukisan dari kulit kayu dari nol. Sarana wisata yang

disediakan termaksud dermaga perahu, speedboat, dan transportasi

laut lainya yang dipakai untuk menyembrangi danau sentani. Di

sekitar destinasi terdapat toko cinderamata atau toko makanan &

minuman yang dapat dikunjungi wisatawan.

2.1.4 Ancillary Service di Kampung Asei

Ancillary services atau pengelola yang terapat di Kampung

Asei untuk mengelola kampung Asei sebagai Desa Wisata Adat

ialah kepala Kampung Asei Besar yang berkerja sama dengan

masyarakat lokal distrik Sentani timur, kab Jayapura yang

terbentuk menjadi beberapa kelompok yang diberi tanggung jawab

memelihara SDA yang ada di Kampung Asei. Kepala kampung

sebagai ondofolo banyak meminta pertimbangan bersama para

tertua-tua kampung untuk mengambil keputusan-kepusan terkait

Kampung Asei yang menjadi destinasi wisata, serta turut andilnya

kepemerintahan (pemerintah distrik) sebagai garis koordinasi

pemerintahan terkecil di Kampung Asei.

13
2.2 Komponen produk pariwisata di desa wisata Doybebrin

2.2.1 Attraction di Desa Wisata Doydebrin

Desa Wisata Doyebirin di Biak, Papua merupakan sebuah

destinasi wisata yang menawarkan pengalaman unik dan

menarik bagi para pengunjungnya. Desa ini terletak di tengah-

tengah keindahan alam Papua yang memukau, dengan latar

belakang pegunungan yang hijau dan pantai yang indah. Desa

Wisata Doyebirin memiliki beragam atraksi wisata yang

memikat hati wisatawan. Salah satu atraksi utama di Desa

Wisata Doyebirin adalah eksplorasi alam. Desa ini dikelilingi

oleh hutan yang lebat dan air terjun yang menakjubkan. Para

pengunjung dapat melakukan trekking melalui jalur-jalur yang

telah disediakan, mengikuti panduan lokal yang

berpengalaman. Selama perjalanan, wisatawan akan disuguhi

dengan pemandangan alam yang spektakuler, termasuk

pemandangan pegunungan, sungai yang jernih, dan flora dan

fauna yang khas Papua. Selain itu, Desa Wisata Doyebirin juga

menawarkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

memancing di sungai-sungai yang melintasi desa, yang

pastinya akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

14
Selain keindahan alamnya, Desa Wisata Doyebirin juga

memiliki keunikan budaya yang kaya. Desa ini dihuni oleh

suku-suku asli Papua yang menjaga tradisi dan adat istiadat

mereka dengan erat. Wisatawan dapat mengunjungi rumah-

rumah tradisional suku tersebut dan berinteraksi langsung

dengan penduduk setempat. Mereka dapat mempelajari seni

dan kerajinan tradisional, seperti membuat kain tenun atau

ukiran kayu, serta mengenal lebih dekat tentang sistem

kepercayaan dan kehidupan sehari-hari suku-suku tersebut.

Pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan tari dan

musik tradisional yang memukau yang diadakan secara rutin di

desa ini.

Gambar 2.2.1 Pemandangan Desa Wisata Doybebrin

Sumber: Goggle images

15
Selain itu, Desa Wisata Doyebirin juga menawarkan wisata

kuliner yang menggoda selera. Wisatawan dapat mencicipi

masakan tradisional Papua yang autentik, seperti ikan bakar

dengan bumbu khas Papua, sagu bakar, atau hidangan sayuran

segar yang dipetik langsung dari kebun. Makanan-makanan ini

tidak hanya lezat, tetapi juga menggambarkan keanekaragaman

bahan makanan alami yang dimiliki oleh Papua. Bagi

wisatawan yang ingin menginap, Desa Wisata Doyebirin

menyediakan berbagai pilihan akomodasi yang ramah

lingkungan, mulai dari penginapan sederhana hingga

penginapan yang lebih mewah. Wisatawan dapat memilih

untuk menginap di rumah tradisional yang didesain dengan

gaya Papua, atau memilih tenda kemah yang ditempatkan di

tengah-tengah keindahan alam. Pengalaman menginap di desa

ini akan memberikan kedamaian dan ketenangan yang tak

terlupakan. Dengan keindahan alamnya, kekayaan budayanya,

dan kelezatan kuliner yang ditawarkannya,

2.2.2 Accessibilitty di Desa Wisata Doybebrin

Accessibility (Aksesibilitas) merupakan segala kemudahan

untuk mencapai sebuah tujuan destinasi wisata. Access tidak

hanya mencakup transportasi tetapi juga informasi, transportasi

16
mencakup transportasi lokal destinasi dan juga transportasi

yang digunakan baik menuju destinasi maupun meninggalkan

destinasi. Didalam komponen access ini juga tersedia

kemudahan akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi,

dan rambu- rambu penunjuk arah. Adapun akses jalan menuju

desa wisata Doybebrin:

Gambar 2.2.2 Peta Lokasi jalan desa wisata Doybebrin

Sumber : google maps

Desa wisata Doybebrin dapat diakses dengan kendaraan

pribadi ataupun transportasi umum, desa wisata Doybebrin

terletak dibagian barat kota Biak. Kondisi jalan menuju desa

17
wisata Doybebrin sangat baik dapat dilewati oleh kendaraan

beroda empat maupun dua dengan lebar jalan kurang lebih 6-7

meter. Bagi wisatawan yang memilih menggunakan

transportasi umum maka wisatawan dapat menggunakan

transportasi umum seperti angkutan kota yang memiliki rute ke

desa wisata Doybebrin dengan tarif 10.000- 30.000 atau bisa

juga dengan menggunakan ojek lokal dengan tarif 30.000-

50.000. Bagi wisatawan yang hendak berpergian menggunakan

kendaraan pribadi dapat dengan mudah mengakses daya tarik

wisata ini melalui rambu-rambu penunjuk arah dan juga bisa

melalui google maps. Dan Bagi para wisatawan/pengunjung

yang belum sama sekali berkunjung ke desa wisata Doybebrin

bisa mengakses terlebih dahulu untuk mengumpulkan berbagai

informasi desa wisata tersebut dengan mengunjugi web

jadesta.kemenparekraf.go.id untuk melihat informasi seputar

desa wisata Doybebrin. Dan juga dapat mengakses lokasi lewat

google maps.

2.2.3 Amenities di desa wisata Doybebrin

Desa Wisata Doybebrin di Biak menawarkan berbagai

fasilitas yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan dan

18
kenyamanan para pengunjung. Penginapan tersedia dalam

bentuk homestay atau cottage yang memberikan pengalaman

menginap yang autentik dan dekat dengan kehidupan

masyarakat lokal. Selain itu, terdapat restoran dan warung

makan yang menyajikan hidangan khas Biak untuk

memanjakan lidah para wisatawan. Desa Wisata Doybebrin

juga menawarkan berbagai aktivitas wisata alam, seperti

trekking, snorkeling, dan menyelam di perairan yang indah di

sekitarnya. Pengunjung dapat mengeksplorasi pantai-pantai

cantik, pulau-pulau kecil, dan hutan tropis yang mengelilingi

desa. Selain itu, fasilitas bersejarah seperti museum atau pusat

informasi mungkin juga tersedia untuk memberikan wawasan

tentang budaya dan sejarah Biak. Tidak ketinggalan,

pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan budaya yang

menampilkan tarian tradisional dan musik lokal yang memikat.

Dengan fasilitas-fasilitas yang komprehensif ini, Desa Wisata

Doybebrin siap menyambut pengunjung yang ingin merasakan

keindahan alam dan kebudayaan Biak secara mendalam.

2.2.4 Ancillary Service di Desa Wisata Doybebrin

19
Ancillary atau pengelola berkaitan dengan ketersediaan

sebuah organisasi atau orang-orang yang membantu dalam

mengelola suatu daya tarik wisata. Ancillary memiliki peran

dalam mengatur dan mengelola perkembangan suatu daya tarik

wisata. Hal yang bisa dilakukan dapat berupa penambahan

fasilitas wisatawan, penambahan atraksi wisata ataupun

aksesibilitas dalam

bentuk rambu-rambu iklan ataupun website. Organisasi

yang dibentuk mengelola sebuah daya tarik wisata guna

memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti

pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan

para stakeholder lainnya. Desa wisata Doybebrin dikelola oleh

sekelompok masyarakat lokal yang tergabung dalam kelompol

sadar wisata Doybebrin (Pokdarwis). Untuk memasuki area

desa wisata Doybebrin ini para pengelola masih menyediakan

tarif secara sukarela.

2.3 Aktivitas Wisawatan (4S) di Kampung Asei

Terdapat berbagai macam aktivitas wisatawan yang dimuat dalam

konsep aktifitas wisatawan yang disebut sebagai 4S yaitu something to see

20
(sesuatu yang dapat dilihat di destinasi) something to do (sesuatu yang

dapat dilakukan) something to buy (sesuatu yang dapat dibeli) dan

something to share/learn (sesuatu yang dapay di bagikan/pelajari dari

berkunjung ke destinasi tersebut). Adapun uraian 4S dalam Kampung Asei

adalah sebagai berikut;

2.3.1 Something to see Di Kampung Asei

Pemandangan yang ditawarkan oleh kampung Asei cukup

memanjakan mata wisatawan untuk mengunjungi Pulau Asei

yang berada di tengah danau Sentani dengan pemandangan

berbentuk landscape serta pemandangan perbukitan hijau yang

mengelilingi pulau Asei sangat kontraks dengan air danau

pulau sentani menjadikanya salah satu atraksi alam yang

banyak diminati dan diabadikan oleh wisatawan.

Wisatawan juga bisa mengamati pemrosessan pembuatan

lukisan dari pembuatan kulit kayu sampai teknik melukis yang

masih tradisional, terdapat pameran lukisan juga yang diadakan

ketika ada event besar seperti di festival tahunan danau sentani,

wisatawan juga dapat mengamati kegiatan masyarakat

tradisional lainya seperti cara bertani, berternak atau bahkan

menjadi pengrajin lukisan kulit kayu. Ada juga sambutan tarian

21
khas suku Sentani yang disebut tarian Ohey yang mengisahkan

perjalanan sejarah suku Sentani yang mendiami Pulau Asei

dari awal mula terbentuknya Kampung sampai masa kini.

Gambar 2.2.1 Tarian Ohey

Sumber; Google images

Adapun peninggalan dari perang dunia ke ll dari jenderal

Douglas Mac Arthur (pemimpin pasukan amerika yang

menakukan pasukan jepang) yang sempat bermarkas di Papua

tepatnya yang kini disebut sebagai “Tugu MacArthur”, sempat

menjadikan Pulau Asei dimasa lalu nya sebagai salah satu

22
barak dalam Perang Dunia ke ll dengan adanya sisa-sisa tank

dari PD ll dan benda Perang lainya yang tertinggal.

Dalam Festival Tahunan Danau Sentani yang sangat amat

lekat dengan Pulau Asei akan ditampilkan beberapa atraksi

yang bertepatan persis di danau. Beberapa perahu dari tiap

perwakilan pulau, seperti yang kita ketahui Pulau Asei juga

bertetanggan dengan Pulau Wayo dan beberapa pulau lainya

yang akan ikut memeriahkan Festival Danau Sentani dengan

menampilkan ciri khas dari masing-masing Pulau dengan

membawa sebuah Perahu memainkan alat musik tifa menrikan

tarian khas masing-masing dan melakukan atraksi lainya

sembari mengelilingi danau Sentani.

2.3.2 Something to do Di Kampung Asei

Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan wistawan ialah ikut

andil dalam pembuatan kulit kayu sampai bisa diprosess dan

dijadikan kerajinan tangan oleh masyarakat selain lukisan

seperti menjadikan nya sebagai souvernir dalam bentuk

berbagai macam souvernir. Wisatawan juga bisa melukis

lukisan nya sendiri sebagai kenangan berharga dari Kampung

Asei.

23
Gambar 2.2.2 Lukisan Dari Kampung Asei

Sumber; Dokumentasi Pribadi

Tidak hanya itu, wisatawan bisa menaiki

perahu/speedboat dalam perjalananya menyebrangi danau

Sentani. Wisatawan juga dapat ikut andil dalam beberapa

kegiatan masyarakat lokal seperti cara menangkap ikan,

berenang, bertani, berternak, mengendarai perahu/speedboat,

mengelilingi dan mengamati sembari menjalin silahturahmi

dan melakukan interaksi dengan masyarakat lokal yang ramah

tamah dan selalu terbuka dengan wisatawan.

Festival Danau Sentani ialah hal populer dan wajib diikuti

oleh wisatawan dikarenakan banyak aktifitas yang bisa

dilakukan saat hari-hari diadakanya Festival Tahunan itu. Para

24
wisatawan juga dapat pergi ke gereja tertua yang dibangun

pada tahun 1950 yang berada di puncak tertinggi di Kampung

Asei

2.3.3 Something to buy Di Kampung Asei

Wisatawan juga dapat membeli beberapa cinderamata

ataupun souvernir asli yang dibuat oleh masyarakat sebagai

oleh-oleh pernah berkunjung ke Kampung Asei. Dikenal

sebagai sentra lukisan di kulit kayu Kampung Asei sangat

populer dikalangan wisatawan lukisan kulit kayu dapat dibuat

jadi banyak sekali jenis produk souvenir yang dibuat langsung

oleh masyarakat lokal seperti ikat kepala, tas kulit kayu,

pakaian tradisional, alat musik tradisional, sentaja tradisional

dan souvernir buatan tangan lainya dan beberapa pengalaman

lainya yang bisa dilakukan seperti menyewa perahu atau

speedboat untuk melakukan seatour di danau sentani

2.3.4 Something to learn/share Di Kampung Asei

Something to learn/share atau sesuatu yang dipelajari

maupun dibagikan ialah Something to learn merupakan

kegiatan yang dapat kita pelajari di saya tarik wisata tersebut

25
yang nantinya menjadi produk wisata.Para wisatawan tentu

saja tidak akan pulang dengan tangan kosong tetapi para

wisatawan akan mendapat banyak pengetahuan yang dari tidak

tahu menjadi tahu terkait berbagai hal yang telah dilakukan di

Kampung Asei serta dapat belajar banyak tentang budaya

masyarakat yang tinggal di Pulau Asei dimulai dari sistem

Pengelolaan SDA yang masih tradisional dan tetap

dipertahankan sampai masa kini, beberapa kesenian dan

teknik-teknik melukis khas suku Sentani dan banyak hal lainya

mengenai Asei yang menarik untuk dipelajari dan dibagikan

kepada sesama wisatawan ke wisatawan lainya.

2.4 Aktivitas Wisawatan (4S) di Desa Wisata Doybebrin

2.4.1 Something to see

Salah satu daya tarik yang menarik di Desa Wisata

Doybebrin di Biak adalah keindahan Pantai Pasir Putih yang

menakjubkan. Pengunjung dapat menikmati panorama

pemandangan laut yang memukau, bersantai di pantai yang

berpasir putih, dan berenang di air jernih yang menyejukkan.

Selain itu, pulau-pulau kecil di sekitar desa juga menjadi daya

tarik tersendiri dengan pantai yang indah, terumbu karang yang

26
memikat, dan kehidupan bawah laut yang kaya. Dengan

menikmati keindahan alam ini, pengunjung dapat merasakan

kedamaian dan ketenangan yang ditawarkan oleh Desa Wisata

Doybebrin di Biak.

Gambar 2.4.1 Pemandangan di Desa Wisata Doybebrin

Sumber : Goggle images

2.4.2 Something to do di Desa Wisata Doybebrin

Desa Wisata Doybebrin di Biak menawarkan beragam

aktivitas wisata yang memukau. Wisatawan dapat menikmati

keindahan alam dengan menjelajahi hutan tropis yang masih

alami, melakukan trekking menyusuri jalur-jalur yang

mempesona, atau melihat keanekaragaman hayati di taman

nasional sekitarnya. Selain itu, pengunjung juga dapat

27
berinteraksi dengan penduduk setempat yang ramah dan

mengenal kebudayaan mereka melalui kunjungan ke desa-desa

tradisional. Aktivitas lain yang menarik termasuk snorkeling

atau menyelam untuk menikmati keindahan bawah laut yang

memukau serta menjelajahi pantai-pantai yang indah di sekitar

desa. Desa Wisata Doybebrin adalah destinasi yang sempurna

untuk para wisatawan yang mencari petualangan alam yang

otentik dan pengalaman budaya yang berkesan.

2.4.3 Something to buy di Desa Wisata Doybebrin

Di Desa Wisata Doybebrin Biak, pengunjung dapat

menemukan beragam barang unik dan khas yang bisa dibeli

sebagai oleh-oleh. Salah satu barang yang populer adalah

kerajinan tangan tradisional seperti ukiran kayu, anyaman

tikar, dan patung-patung suku Biak yang menawan. Selain itu,

wisatawan juga dapat membeli hasil pertanian lokal seperti

buah-buahan segar, kopi Biak yang terkenal, dan rempah-

rempah khas daerah. Ada pula kerajinan dari bahan alam

seperti tas rajut dari daun pandan atau souvenir lainnya yang

menggambarkan keindahan alam dan budaya Biak. Membeli

barang-barang ini bukan hanya merupakan cara untuk

membawa pulang kenangan, tetapi juga mendukung

28
perekonomian lokal dan melestarikan warisan budaya desa

wisata Doybebrin.

2.4.4 Something to learn di Desa Wisata Doybebrin

Di Desa Wisata Doybebrin Biak, pengunjung memiliki

kesempatan unik untuk belajar tentang budaya, tradisi, dan

kehidupan sehari-hari masyarakat Biak. Mereka dapat

mempelajari berbagai kegiatan seperti membuat anyaman tikar

tradisional, mengikuti proses pengolahan kopi Biak dari awal

hingga akhir, atau belajar memainkan alat musik tradisional

Biak seperti tifa atau ukulele. Selain itu, pengunjung juga dapat

mengenal sistem pertanian lokal, berpartisipasi dalam kegiatan

perikanan tradisional, atau belajar tentang kearifan lokal dalam

menjaga lingkungan alam sekitar. Pelajaran ini tidak hanya

memberikan wawasan baru, tetapi juga memberikan

pengalaman yang mendalam tentang kehidupan dan budaya

yang kaya di Desa Wisata Doybebrin Biak.

2.5 Uraian 7(Tujuh) unsur Kebudayaan di Kampung Asei

Menurut Koentjaraningrat terdapat 7 unsur kebudayaan universal. 7

unsur kebudayaan universal yang dimaksud yaitu bahasa, sistem

pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem

29
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem

religi dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut berkaitan dengan

keberadaan suatu daya tarik wisata. Hal ini dapat diidentifikasikan dengan

komponen produk wisata di suatu daya tarik wisata. Dalam hal ini, penulis

akan menguraikan ketujuh unsur kebudayaan yang ada di Kampung Asei

2.5.1 Bahasa dan Komunikasi Di Kampung Asei

Bahasa adalah sistem komunikasi yang mengandalkan

kode verbal atau non-verbal untuk mentransfer informasi.

Sementara komunikasi adalah cara bertukar pesan atau

informasi antara dua orang atau lebih, dengan fokus pada

pesan. Bahasa adalah alat komunikasi; dan komunikasi adalah

proses mentransfer pesan. Adapun unsur bahasa yang dapat di

indentifikasikan terhadap masayarakat di Kampung Asei ialah

penggunakan bahasa daerah suku Sentani yang sudah

digunakan sejak dari dahulu, adapun penggunaan bahasa

modern papua dan bahasa Indonesia tetapi banyak yang tidak

terlalu fasih.

2.5.2 Ilmu pengetahuan Di Kampung Asei

30
Menurut penjelasan ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan

atau sains adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah

dalam pengembangan dan penataan pengetahuan yang

dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang teruji sebagai

pemahaman manusia tentang alam semesta dan dunianya. Segi-

segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.

Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang alam

sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat dan

tingkah laku sesama manusia dan tubuh manusia. Pengetahuan

budaya yang diformulasikan dengan beragam ungkapan

tradisional itu sekaligus juga merupakan gambaran dari nilai-

nilai budaya yang mereka hayati.

Masyarakat Kampung Asei mendapatkan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan gaya hidup dan

pengelolaan sumber daya alam serta kesenian dan budaya

secara tidak langsung diperoleh dari generasi ke generasi

secara turun temurun dari nenek moyang mereka yang terus

diterapkan sehingga menjadi “ilmu pengetahuan” bagi suku

Sentani.

2.5.3 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Di Kampung Asei

31
Yang dimaksud sistem peralatan dan teknologi

adalah semua alat-alat yang digunakan manusia dalam kegiatan

sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal

ini termasuk alat-alat yang digunakan dalam kegiatan bercocok

tanam, berburu, menangkap ikan, alat-alat rumah tangga, dan

alat- alat angkutan dan pakaian yang berupa benda material.

Serta adapun keseluruhan teknik bertahan hidup dalam suatu

masyarakat yang meliputi cara bertindak, menyelesaikan

masalah menggunakan peralatan dan lain-lain.

Dengan contoh alat kapak yang dibuat dari batu dan

batang kayu sebagai pegangan nya lalu diikat menggunakan

serat kayu pohon yang berasal dari pohon khombow agar tidak

mudah lepas yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Masyarakat di Pulau Asei juga sedari dulu menggunakan

sampan untuk transportasi umum dikarenakan lokasi dari Pulau

Asei memang satu pulau diatas perairan, dahulu masyarakat

masih menggunakan perahu sederhana dengan tenaga manual,

namun setelah memasuki zaman modern masyarakat setempat

mulai menggunakan perahu yang di sudah memakai tenaga

mesin seperti speedboat. Adapun alat lain bernama “jubi” yang

dibuat dari batang kayu kombouw yang diruncingkan dan

32
menyerupai bentuk tombak atau menggunakan batu yang

diasah tajam sebagai mata tombak, tetapi untuk masa sekarang

penggunaan jaring juga lebih banyak dipakai dan lebih mudah

oleh masyarakat setempat untuk menangkap ikan.

Gambar 2.3.3 Sampan sebagai Transportasi

Sumber; Goggle images

2.5.4 Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial Di

Kampung Asei

Organisasi sosial adalah sekumpulan orang-orang atau

masyarakat yang terstruktur dan mempunyai suatu tujuan yang

sama sehingga bisa membentuk lembaga sosial/ organisasi

dengan tidak melanggar peraturan-peraturan yang ada di

negara tersebut, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum, sekelompok masyarakat yang anggotanya

33
merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau

organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan

perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup dan

perkumpulan.

Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial di Pulau Asei

dipimpin oleh Ondofolo yang setingkat dengan kepala Kampung.

Masyarakat Kampung Asei sendiri di huni oleh beberapa Marga

(Nama pertanda dari keluarga mana berasal, dahulu marga dipakai

untuk membedakan tingkat dan seberapa pengaruhnya keluarga itu

dimata masyarakat) Kepala kampung sebagai ondofolo banyak

meminta pertimbangan bersama para kepala keluarga untuk untuk

mengambil keputusan-kepusan terkait Kampung Asei. Setiap

perwakilan keluarga akan berdiskusi mengenai suatu permasalahan

dan disinilah peran Ondofolo untuk memutuskan dengan bijak

sebagai penengahnya. Ondofolo tidak hanya memutuskan sendiri

tetapi tetap berkoordinasi dengan kepemerintahan (pemerintah

distrik).

2.5.5 Sistem Mata Pencaharian Hidup atau Ekonomi Di

Kampung Asei

34
Dalam sistem ini manusia memenuhi kebutuhan mulai dari

produksi, distribusi dan konsumsi. Mata pencaharian adalah

suatu usaha yang dilakukan seseorang atau segolongan besar

anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

dalam rangka keberlangsungan hidup individu ataupun suatu

kelompok.

Masyarakat Asei sebagian pelaku pariwisata berkontribusi

dalam dunia pariwisata sebagai destinasi wisata yang sering

dikunjungi wisatawan dikarenakan keunikan nya. Tetapi warga

setempat masih mengandalkan berternak terutama ternak babi,

memancing/berburu hasil danau, menjual kerajinan dari kulit

kayu seperti lukisan, cendera mata/souvernir, mengekspor hasil

kerajinan keluar kota atau bahkan keluar negri. Sebagai

destinasi wisata.

Gambar 2.3.5 Ternak Babi oleh Masyarakat Lokal

Sumber; Google Images

35
Biasanya terdapat beberapa perwakilan kampung yang

akan ditugaskan untuk memandu para wisatawan dan hasilnya

akan disisihkan sebagian untuk kas Kampung itu sendiri, kas

kampung dipakai untuk keperluan kampung dalam

mengadakan acara adat dan lain-lain.

2.5.6 Sistem Religi Di Kampung Asei

Menurut koentjaraningrat religi adalah suatu sistem

berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang

keramat, artinya terpisah dan pantang, keyakinan- keyakinan

dan upacara yang berorientasi kepada suatu komunitas moral

yang disebut umat.

Untuk masyarakay lokal yang hidup di Kampung Asei

terdahulu menganut sistem religi aninisme dan dinanisme yaitu

kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan patung-patung

buatan terdahulu yang sekarang telah terpanjang di museum,

namun pada tahun 1928 bulan juli Agama kristen mulai

dikenal oleh warga sekitar dikarenakan pengaruh budaya,

bersamaan dengan dibangun nya tugu dan pembangunan gereja

tertua yang awalnya dibangun di kaki bukit secara sederhana

36
memakai pelepah sagu dengan atap rumbia tetapi sempat

hancur dikarenakan Kampung menjadi barak Perang Dunia ke

ll yang berasal dari sekutu Amerika unruk mengalahkan

pasukan dari Jepang.

Gambar 2.3.6 Gereja Tertua

Sumber; Google Images

Lalu mulailah pembangunan ulang gereja di tempat

tertinggi di puncak kampung Asei oleh Bapak Wolfram

Wodong menggunakan gaya arsitektur Jerman dan diresmikan

pada Januari 1950, namun pada tahun 2000an karna dianggap

sudah terlalu tua, masyarakat ingin merenovasi ulang gereja

tersebut tetapi dinas setempat sudah mencegahnya yang lalu

pada akhirnya pemerintah menjadikan gereja itu sebagai salah

37
satu situs gereja tua yang ada di Papua dan masih aktif

menerima kunjungan sampai hari ini.

2.5.7 Kesenian Di Kampung Asei

Seni meliputi banyak kegiatan manusia dalam

menciptakan karya visual, audio, atau pertunjukan yang

mengungkapkan imajinasi, gagasan, atau keprigelan teknik

pembuatnya, untuk dihargai keindahannya atau kekuatan

emosinya. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

yang dikagumi karena keunikan dan keindahannya, hasil karya

seni manusia yang mengungkapkan keindahan serta merupakan

ekpresi jiwa dan budaya penciptanya menciptakan sesuatu

yang bernilai tinggi dan sesuatu yang suatu yang hidup sejalan

dengan mekarnya rasa keindahan yang tumbuh dalam sanubari

manusia dari masa ke masa, dan hanya dapat dinilai dengan

ukuran rasa. Adapun kesenian yang terdapat di Kampung Asei

ialah;

Warga Asei memiliki sebuah kesenian yang sudah

diwariskan antar generasi dan kini menjadi sebuah hasil seni

yang begitu terkenal luas di seluruh penjuru Indonesia dan

dunia. Lukisan Kulit Kayu adalah kesenian asli Asei yang

38
sudah diakui sebagai kesenian khas Papua dan sangat disukai

oleh para wisatawan. Seperti hal nya pulau Asei Besar yang

indah, lukisan ini pun menyimpan keindahan yang tidak

terbantahkan. Motifnya biasanya bercerita tentang kehidupan

dan penggambaran hewan-hewan di dalam keseharian mereka.

Lukisan yang mempunyai ciri khas kulit kayu sebagai media

kanvasnya ini terkenal sangat alami, bahkan punya warna yang

berasal dari bahan-bahan alami. Lukisan Kulit Kayu khas Asei

adalah kebanggan warga Asei dan merupakan produk seni

unggulan dari wilayah Danau Sentani. Tidak hanya kesenian

dalam aspek lukisan tentu saja terdapat tarian sambutan tarian

khas suku Sentani yang disebut tarian Ohey yang mengisahkan

perjalanan sejarah suku Sentani yang mendiami Pulau Asei

dari awal mula terbentuknya Kampung sampai masa kini.

Gambar 2.3.7 Festival Danau Sentani

Sumber; Google Images

39
Festival tahunan yang diselenggarakan di danau Sentani

ini dimeriahkan dengan kesenian yang begitu kental karena

menonjolkan tradisi dan adat istiadat suatu daerah yang terbuka

untuk wisatawan agar bisa mengenal lebih banyak mengenai

kesenian dari suku Sentani yang mendiami Pulau Asei sebagai

Kampung Asei Besar dan Desa Wisata Adat di Distrik Sentani

timur, Kabupaten Jayapura, Papua

2.6 Uraian 7(Tujuh) unsur Kebudayaan di Desa Wisata Doybebrin

2.6.1 Bahasa dan Komunikasi di Desa Wisata Doybebrin

Dalam unsur kebudayaan, bahasa adalah suatu pengucapan

yang indah dalam suatu elemen kebudayaan dan sekaligus

menjadi alat perantara utama bagi manusia untuk dapat

meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Bentuk bahasa

dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakat lokal di

desa wisata Doybebrin ialah bahasa Indonesia dan juga bahasa

tradisional Biak. Bahasa indonesia digunakan sebagai

penghubung antar masyarakat lokal dan pengunjung dan juga

kepada para stakeholders agar mudah memahami apa yang

40
disampaikan kepada mereka, sedangkan untuk bahasa

tradisional Biak merupakan bahasa tradisional suku Biak yang

diwariskan turun temurun, biasa digunakan ketika para orang

tua di desa wisata Doybebrin berkumpul untuk rapat maupun

ketika melaksanakan acara adat suku Biak.

2.6.2 Sistem Pengentahuan di Desa Wisata Doybebrin

Ilmu pengetahuan atau sistem pengetahuan berkisar pada

pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-sifat

peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang

pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu,

ruang dan bilangan, sifat dan tingkah laku sesama manusia dan

tubuh manusia. Sistem pengetahuan yang terdapat di desa

wisata Doybebrin ialah mereka mempunyai beberapa tambak

ikan untuk memelihara ikan-ikan tersebut yang juga dijadikan

sebagai suatu hal menarik yang dapat dijual/dipromosikan

kepada para pengunjung.

2.6.3 Organisasi Sosial di Desa Wisata Doybebrin

Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang

anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem

kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi :

kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan. Beberapa organisasi

41
sosial yang terdapat di desa Doybebrin ialah kelompok sadar

wisata, organisasi adat, dan kantor desa.

2.6.4 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi di Desa Wisata

Doybebrin

Peralatan hidup dan teknologi yang dimaksud adalah

jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota

suatu masyarkat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan

berbebuat dalam hubungannya dengan pengumpulan bahan-

bahan mentah, pemrosesan bahan tersebut yang dibuat menjadi

alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi

dan kebutuhan lainnya yang beruapa benda material. Adapun

sistem peralatan hidup dan teknologi di desa wisata Doybebrin

ialah masyarakat lokal didesa wisata tersebut mempunyai

teknik dalam membangun suatu rumah, yaitu rumah batu

maupun rumah dari kayu/rumah panggung dipinggiran pantai.

Mereka juga terbiasa mengelola kayu-kayu atau daun tersebut

untuk dijadikan sebagai pakaian adat, ukiran-ukiran seni,

terdapat juga boneka-boneka khas orang Biak yang menjadi

kerajinan tangan dengan mengandalkan mesin-mesin dan bakat

yang mereka punya.

2.6.5 Sistem Mata Pencaharian di Desa Wisata Doybebrin

42
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha

manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan.

Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang

meliputi yaitu berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok

tanam, peternakan, perikanan dan perdagangan.

Letak desa wisata Doybebrin yang berada dipinggiran pantai

membuat rata-rata mata pencaharian masyarakat lokal di desa

wisata Doybebrin ialah nelayan, petani, pedagang, pengusaha,

maupun yang merantau ke kota untuk bekerja.

2.6.6 Sistem Religi di Desa Wisata Doybebrin

Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang

terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang

berhubungan dengan hal-hal suci dan tidak terjangkau oleh

akal. Sistem religi yang meliputi sistem kepercayaan, sistem

nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan dan

upacara keagamaan. Masyarakat lokal desa wisata Doybebrin

menganut kepercayaan agama Kristen Protestan, adat istiadat

masyarakat lokal juga masih tetap terjaga. Terdapat satu

bangunan gereja yang dibangun untuk beribadah. Gereja

tersebut merupakan tempat untuk masyarakat lokal desa

Doybebrin atau masyarakat lokal kampung Urfu untuk

43
beribadah, juga biasanya dipakai sebagai tempat pertemuan

beribadah dari berbagai persekutuan baik masyarakat lokal

yang berada di kampung Urfu maupun dari luar kampung Urfu.

2.6.7 Kesenian di Desa Wisata Doybebrin

Kesenian diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap

keindahan, bentuk keindahan yang beraneka ragam tersebut

timbul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat

memberikan kepuasan batin bagi manusia. Secara garis besar,

bentuk-bentuk kesenian antara lain seni rupa, seni suara dan

seni tari. Adapun kesenian di desa wisata Doybebrin ialah

terdapat sanggar seni yang menjagak anak-anak muda di desa

wisata Doybebrin sebagai tempat atau wadah dalam

mempelajari dan mengembangkan tari-tarian tradisional suku

Biak dan juga mengajarkan cara melukis atau mengukir garis-

garis abstrak atau ukiran tradisional di tubuh manusia maupun

juga di kayu, papan, dan dinding.

44
3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa

Kampung Asei merupakan sebuah obyek wisata budaya yang terletak di

Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua Sebagai sebuah produk

wisata yang dikembangkan berdasarkan konsep pariwisata budaya

(cultural tourism) dan Sentra lukisan dari kulit kayu, Kampung Asei

memiliki nilai historis, filosofis dan estetika yang tinggi. Dengan

dikembangkannya Desa Adat ini secara tepat dan terpadu, maka

komodifikasi Destinasi wisata Kampung Asei ini bermakna simbiosis-

mutalistis bagi Kampung Asei, Pariwisata, Masyarakat, Kebudayaan, dan

Kepemerintahan.

Sama halnya dengan Desa Wisata Doybebrin yang memiliki konsep

normatif aturan budaya diharapkan dapat mempunyai potensi dalam

memberikan identitas operasional yang diharapkan dapat menjadi daya

tarik wisatawan. Konsep pariwisata budaya diharapkan antara budaya dan

ekonomi pariwisata dapat saling mengisi dan menikmati keuntungan.

Industri pariwisata tidak hanya diartikan dari sisi ekonomi saja, namun

memiliki implikasi yang lebih luas dan mencakup keuntungan sosial

budaya yang harus dilestarikan.

45
Dalam perbandingan antara Desa Wisata Adat Asei dan Desa Wisata

Doybebrin, keduanya adalah destinasi wisata budaya yang menawarkan

pengalaman yang unik di Indonesia. Desa Wisata Adat Asei yang terletak

di Jayapura yang terkenal dengan kekayaan budayanya dan keindahan

alamnya, sedangkan Desa Wisata Doybebrin yang terletak di Biak, yang

memiliki tradisi yang kuat. Dengan demikian, bagi mereka yang mencari

pengalaman budaya yang hidup, kedua desa wisata ini dapat menjadi

pilihan yang tepat.

3.2 Saran

3.2.1 Saran untuk Kampung Asei

Kampung Asei telah dianggap memiliki

fungsi sosial yakni sebagai tempat

wisata dimana orang bisa menikmati keindahan

maupun untuk dimanfaatkan sebagai tempat

bereisata dan pelestarian budaya dengan

keterbukaan Kampung Asei terhadap wisatawan,

beberapa jenis-jenis komoditas yang ada di

Kampung Asei ini harus tetap dipertahankan

sebagai pusat Budaya dan Kesenian. Untuk

46
aksesibilitas dalam aspek kemudahan informasi

juga perlu diperhatikan mungkin bisa

dikembangkan melalui pembuatan website resmi

dari Kampung Asei sendiri. Keberlanjutan dan

keaslian Desa Wisata Adat Asei perlu dijaga

dengan sungguh-sungguh. Desa ini memiliki nilai

budaya dan tradisi yang sangat berharga,

sehingga perlu ada upaya berkelanjutan untuk

melestarikannya. Pengelola dapat bekerja sama

dengan komunitas lokal dalam menjaga

kelestarian budaya dan warisan sejarah desa.

Melibatkan aktif penduduk desa dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan

destinasi wisata akan memperkuat rasa memiliki

dan meningkatkan ikatan emosional mereka

terhadap desa. Selanjutnya, perlu diperhatikan

infrastruktur dan fasilitas yang dibutuhkan oleh

pengunjung. Meskipun mempertahankan keaslian

desa adalah hal utama, tetapi penting juga untuk

47
menyediakan fasilitas dasar yang memadai,

seperti area parkir, toilet umum, dan tempat

istirahat. Menjamin aksesibilitas yang memadai

dan memberikan informasi yang jelas tentang

tempat wisata, kegiatan, dan atraksi yang tersedia

akan membantu meningkatkan pengalaman

pengunjung. Pada akhirnya, penting untuk

memberikan perhatian pada pendidikan dan

kesadaran budaya bagi pengunjung. Edukasi

tentang aturan dan kebiasaan yang berlaku di

desa perlu disosialisasikan kepada pengunjung

agar mereka dapat menghormati budaya dan

tradisi setempat. Pengenalan mengenai sejarah,

kegiatan tradisional, dan keahlian kerajinan lokal

juga bisa diadakan melalui tur atau lokakarya,

sehingga pengunjung dapat memahami nilai-nilai

budaya yang ada.

3.2.2 Saran untuk Desa Wisata Doybebrin

48
Pertama, tingkatkan keunikan dan daya tarik Desa

Wisata Doybebrin. Identifikasi elemen khas yang

membedakan desa ini dari destinasi wisata lain di

sekitarnya. Fokus pada aspek budaya, alam, atau

warisan sejarah yang membuat Desa Wisata ini menjadi

istimewa.Misalnya, mempromosikan keahlian kerajinan

tangan lokal atau kegiatan tradisional yang menarik

minat wisatawan. Memperkuat daya tarik yang unik ini

akan membantu meningkatkan jumlah pengunjung dan

memberikan pengalaman yang berbeda. Kedua,

perhatikan dan perbaiki fasilitas serta infrastruktur di

Desa Wisata Doybebrin. Pastikan tersedianya fasilitas

dasar seperti tempat parkir yang memadai, toilet umum

yang bersih, dan tempat istirahat yang nyaman bagi

pengunjung. Selain itu, pertimbangkan juga

pengembangan fasilitas pendukung seperti pusat

informasi wisata, tempat makan atau kafe yang

menyajikan makanan lokal, dan tempat pembelian oleh-

oleh. Fasilitas yang baik akan meningkatkan

kenyamanan pengunjung dan memberikan pengalaman

yang lebih positif. Terakhir, lakukan promosi yang luas

49
untuk Desa Wisata Baha. Gunakan media sosial, situs

web, brosur, serta kerja sama dengan pemerintah

daerah atau operator wisata untuk memperluas cakupan

promosi. Tampilkan keindahan alam, kebudayaan,

kegiatan khas, dan keunikan Desa Wisata dengan

konten menarik dan informatif. Jalin kerja sama dengan

agen perjalanan lokal atau operator wisata untuk

memasarkan desa sebagai destinasi wisata yang

menarik.

50
DAFTAR PUSTAKA

Picard, Michel. 2006. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata.

terjemahan Jean Couteau dan Warih Wisatsana. Jakarta: Gramedia.

Cooper, Fketcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (1995).

Tourism, Principles and Prantice. London: Logman.

https://papua.bps.go.id/

https://d6.kemenparekraf.go.id/d6/?p=5983

https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/asei_besar

Economic Impacts and Development Strategies for Lake Sentani Tourism in

Jayapura Regency 2019 (Ditha Mangiri, Hermanto Siregar & Ernan

Rustiadi)

Chirstophel Paino: 2019 dalam sebuah buku berjudul ufuk timur sebuah

perjalanan dan perjumpaan di tanah papua

51
52

Anda mungkin juga menyukai