Anda di halaman 1dari 21

Nama : Jesica Panjaitan

Nim : 19106006
Mata kuliah : Pembelajaran Budaya Sulut

BUDAYA SUMATERA UTARA

Sebagai ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, Medan
merupakan campuran yang sempurna dari beberapa suku dan budaya, karena di kota ini terdapat
beberapa suku seperti Aceh, suku Padang, suku Melayu,Nias, dan suku Batak. Demikian pula
keturunan cina banyak berdiam di kota ini sejak zaman Belanda, dan keturunan Hindia .menyebabkan
kota ini semakin kaya dengan budayanya. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai
dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah
masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Medan,
Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya disana, tetapi itu tidak membuat perbedaan
antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk
kebersamaan yang baik.

A. Masyarakat dan Budaya


Medan memiliki penduduk yang padat dan merupakan tempat yang eksotis untuk dikunjungi
khususnya jika anda menyukai alam flora dan fauna. Pada zaman Belanda, Medan masih merupakan
daerah kekuasaan Sultan Deli. Suku Melayu yang ada di Indonesia berasal dari kota Medan dan
daerah sekitarnya. Suku ini banyak memiliki kesamaan budaya dengan bangsa Melayu di tanah
Malaysia sekarang , karena berasal dari rumpun yang sama. Di Medan juga banyak suku etnis dari
seluruh Indonesia yang datan untuk berbisnis. Kota ini juga rumah bagi warga keturunan Cina dan
India yang cukup mendominasi.
Daerah yang sangat indah di Sumatera Utara adalah sekitar Danau Toba, di sini hidup masyarakat
Batak yang dibagi menjadi enam budaya, masing-masing memiliki bahasa, upacara, dan tradisi yang
berbeda. Meskipun terisolasi secara geografis tetapi orang Batak memiliki riwayat hubungan dengan
dunia luar. Hubungan perdagangan antara dataran tinggi dan daerah lain pun berjalan baik yaitu
pertukaran barang seperti garam, kain, dan besi, lalu yang diimpor ke wilayah ini seperti emas, beras
dan cassia (jenis kayu manis). Orang-orang Eropa yang pertama berdagang ke wilayah Batak adalah
misionaris, mereka menjelajahi daerah pedalaman terpencil pada akhir abad ke-18. Misionaris tersebut
mengabarkan bahwa masyarakat lokal wilayah ini kanibalisme. Sebelumnya awal abad ke-9, sebuah
teks Arab menyebutkan bahwa penduduk Sumatera itu memakan daging manusia. Namun, saat ini
para antropologi percaya bahwa hal ini adalah bentuk hukuman yang langka dan mungkin nampak
biasa saja bagi orang Batak. Banyak orang Batak yang menyimpan tulang nenek moyang mereka yang
disalah artikan oleh orang luar sebagai kanibalisme mengerikan.

B. Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli
mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia.
Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung
Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan
ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut
bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan
bahasa Jawa.
Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia.
Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-
Humbang-Toba).

C. Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian
sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang
merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Yang termasuk
jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti
yang disebut Tunggal Panaluan.Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan
pada pesta gembira.
Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk
pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok,
patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.
Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula
tarian Melayu seperti Serampang XII.
D. Seni dan Budaya
A. Musik
Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan,
tetapi lebih dominan dengan genderangnya.
B. Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan
dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam
berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak
melambangkan "kerbau berdiri tegak". Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri
kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih
tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah
dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek".
Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah
tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang
Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh dan
lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora
Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih
megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh
di halaman Gedung Nasional Sibolga.

C. Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain
ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara
perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas
atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu.
Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

D. Kuliner
Makanan Sumatra terkenal dengan rasanya yang pedas begitu juga Medan, Sumatra Utara. Bila
Anda berada di kota ini, cobalah masakan lokal seperti Nasi Ayam, Kweetiaow medan, Bika Ambon
dan lain-lain. Sebagian besar hidangan di sini dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan India.
Masakan khas masyarakat Batak yang patut anda cicipi adalah, Arsik, ikau rata (daun singkong muda
dimasak dengan campuran santan dan ikan teri) dan naniura (ikan mas mentah dengan campuran
bumbu khusus dan perasan jeruk nipis). Sedangkan di Berastagi, pastikan Anda mengunjungi pasar
tradisional dan tersedia buah-buah eksotis. Segelas sirup markisa khas daerah ini akan melepaskan
dahaga Anda dan dapat dikonsumsi panas atau dingin. Ini juga dapat menjadi oleh-oleh yang
sempurna untuk orang yang Anda cintai.
Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas.
PASITUAK NATONGGI atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana,
menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.

E. Pariwisata
Sumatera Utara, sebuah provinsi yang ramai dikunjungi orang bukan hanya karena ibukotanya,
Medan, adalah salah satu dari lima kota terbesar di Indonesia, namun juga karena kekentalan adat dan
budaya penduduk aslinya. Provinsi yang dihuni oleh berbagai etnis ini tentu saja menarik minat
khalayak ramai untuk mengenal adat, budaya, sejarah serta panorama yang terbentang di sana.
Berikut ini adalah beberapa tempat wisata yang layak untuk dikunjungi.

 Istana Maimun
Ikon kota Medan ini dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun
1888. Didesain oleh arsitek berkebangsaan Italia, Istana Maimun memiliki desain interior yang unik dan
mencerminkan perpaduan warisan budaya khas Melayu, Eropa dan Islam. Dengan luas sekitar 2.772
m2, istana bernuansa serba kuning ini memiliki 30 ruangan di dalamnya. Di dalam balairung seluas
412m2 terdapat singgasana yang juga didominasi warna kuning. Dahulu ruangan ini kerap digunakan
untuk upacara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya.

 Brastagi

Kurang lebih 60 kilometer dari kota Medan terdapat Brastagi, sebuah obyek wisata di dataran tinggi
Karo. Berada di sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut serta diapit oleh gunung Sibayak dan gunung
Sinabung, Brastagi menyuguhkan panorama indah berupa lahan pertanian nan luas dan hijau. Brastagi
merupakan penghasil sayur mayur dan buah-buahan terbesar di provinsi Sumatera Utara, selain juga
menghasilkan berbagai jenis bunga.Tidak jauh dari gunung Sibayak terdapat pemandian air panas.
Sementara di kaki gunung Sinabung terdapat danau Lau Kawar. Kota berudara sejuk ini juga dikenal
dengan julukan kota “Markisa dan Jeruk Manis”
 Danau Toba

Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara, dengan luas sekitar 1.700 m2 dan kedalaman
sekitar 450 meter. Sejarah mencatat bahwa danau ini merupakan hasil dari letusan gunung berapi
kurang lebih 75.000 tahun yang lalu. Di tengahnya terdapat pulau Samosir, yang juga memiliki danau di
dalamnya.
Bukit-bukit hijau yang mengelilingi danau yang mirip lautan ini, suasana damai, serta udara nan
sejuk sudah tentu membuat Danau Toba menarik banyak wisatawan domestik mau pun manca negara
setiap tahunnya. Danau Toba dapat dicapai dalam waktu sekitar 4 jam dari kota Medan.

 Desa Tomok

Di pesisir Timur pulau Samosir terdapat sebuah desa kecil bernama desa Tomok. Penduduk aslinya
mencari nafkah dengan bertani, berdagang dan juga memanfaatkan obyek-obyek wisata di sana.
Selain rumah adat Batak, di sana juga terdapat kompleks makam Raja Sidabutar dan benda-benda
peninggalan jaman megatilik. Museum, gereja-gereja sederhana, berbagai patung dan sebuah resor
juga menambah pesona Desa Tomok. Tidak mengherankan bila banyak wisatawan tertarik untuk
mengunjungi situs ini untuk memperkaya pengetahuan, khususnya mengenai sejarah budaya Batak.
Tidaklah sulit untuk mencapai desa ini karena lokasinya yang sangat dekat dengan dermaga
penghubung ke Parapat, yaitu hanya sekitar 1 jam menggunakan feri.
Dari pembahasan diatas merupakan pembahasan secara singkat tentang budaya di Sumatera utara,
di SUMUT memiliki beberapa suku yaitu Suku Batak,Melayu,Nias,dan lain-lain. Disini saya akan
memperkenalkan budaya suku saya yaitu Suku Batak dengan sub batak Toba.

SUKU BATAK
A. SEJARAH SUKU BATAK
Sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung
Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah
Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus
atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII
salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya
bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang
dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun
1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang
TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane,
Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba,
Tanah Karo dan sebagian Aceh. Suku Batak terbagi atas sub-sub suku batak antaralain :
 Suku Batak Toba
 Suku Batak Karo
 Suku Batak Simalungun
 Suku Batak Pakpak
 Suku Batak Angkola
 Suku Batak Mandailing

B. ADAT BATAK TOBA


Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari suatu bangsa atau suku
bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang akan menjadi perhatian, atau dengan kata
lain bahwa adat lah yang menonjol didalam mempelajari atau mengetahui kebudayaan satu suku
bangsa, meskipun aspek lain tidak kalah penting nya seperti kepercayaan, keseniaan, kesusasteraan
dan lain-lain .
Orang Batak mengenal 3 (tiga) tingkatan adat yaitu:
 Adat Inti,adalah seluruh kehidupan yang terjadi (in illo tempore) pada permulaan penciptaan
dunia oleh Dewata Mulajadi Na Bolon. Sifat adat ini konservatif (tidak berubah).
 Adat Na taradat,adat yang secara nyata dimiliki oleh kelompok desa, negeri, persekutuan
agama, maupun masyarakat. Ciri adat ini adalah praktis dan flexibel, setia pada adat inti atau
tradisi nenek moyang. Adat ini juga selalu akomodatif dan lugas menerima unsur dari luar,
setelah disesuaikan dengan tuntunan adat yang asalnya dari Dewata.
 Adat Na niadathon, yaitu segala adat yang sama sekalibaru dan menolak adat inti dan adat na
taradat, adat na diadatkan ini merupakan adat yang menolak kepercayaan hubungan adat
dengan Tuhan, bahkan merupakan konsep agama baru (Kristen, Islam dll)yang dipandang
sebagai adat, yang justru bertentangan dengan agama asli Batak atau tradisi nenek moyang.
(Sinaga 1983).
Berdasarkan ketiga tingkatan adat tersebut diatas. Adat yang sekarang dilakoni orang Batak adalah
Adat tingkat kedua. Namun dibeberapa bagaian kelompok Batak sudah mendekati tyingkat ketiga.
Meskipun ini terjadi sadar atau tidak sadar dilakukan
1. Pernikahan Adat Batak
Pernikahan adat yang dilaksanakan dengan adat Batak adalah pernikahan yang sering
menjadi dibicarakan karena prosesnya yang cukup panjang. Sudah bukan menjadi rahasia
umum lagi kalau pernikahannya akan melaksanakan banyak ritual.
Proses Pernikahan adat Batak antara lain :

 Mangaririt
Persiapan pernikahan dalam tahap ini adalah tahap memilih gadis yang akan dijadikan istri yang
sesuai dengan kriteria laki-laki atau keluarganya. Biasanya ritual ini dilakukan kalau calon mempelai
laki-laki adalah seseorang yang sering merantau, sehingga calon laki-laki nggak sempat untuk mencari
pasangannya sendiri.

 Mangalehon Tanda
Mangalehon tanda maknanya memberi tanda apabila laki-laki telah menemukan perempuan
sebagai calon istrinya, kemudian keduanya saling memberikan tanda. Laki-laki biasanya
memberikan uang kepada perempuan sedangkan perempuan menyerahkan kain sarung kepada
laki-laki, setelah itu maka laki-laki dan perempuan tersebut telah terikat satu sama lain. Laki-laki
lalu memberitahukan hal tersebut kepada orangtuanya, lalu orangtua laki-laki akan menyuruh
perantara atau domu-domu yang telah mengikat janji dengan putrinya.

 Marhusip
Marhusip dapat diartikan sebagai berbisik, artinya adalah sebuah pembicaraan yang bersifat
rahasia atau disebut juga sebagai perundingan antara utusan calon pengantin laki-laki dengan
wakil dari calon pengantin perempuan. Biasanya didiskusikan tentang mas kawin yang tidak boleh
diketahui secara umum karena dikhawatirkan akan terjadi kegagalan dari acara ini.

 Martumpol
Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan tetapi secara
harfiah martumpol merupakan acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat
dalam janji untuk melangsungkan pernikahan. Upacara adat ini diikuti oleh orangtua kedua calon
pengantin dan keluarga mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja,
karena yang mengadakan acara martumpol ini kebanyakan adalah masyarakat Batak Toba yang
beragama Kristen.

 Marhata Sinamot
Marhata sinamot adalah pembicaraan tentang sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang akan
disembelih, berapa banyak jumlah ulos, jumlah undangan, dan di mana upacara perkawinan akan
dilaksanakan. Acara ini disebut juga sebagai acara perkenalan resmi kedua belah pihak keluarga.

 Martonggo Raja
Tata cara pernikahan adat Batak selanjutnya adalah tahap ini. Martonggo raja adalah acara untuk
mengumpulkan semua anggota keluarga karena pada adat Batak acara pernikahan adalah urusan
semua keluarga sehingga harus dikumpulkan semua keluarga untuk upacara.

 Manjalo Pasu-pasu Parbagason


Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di gereja oleh pendeta. Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua pengantin telah sah menjadi suami istri menurut
gereja. Setelah pemberkatan dari gereja selesai, lalu kedua belah pihak pulang ke rumah untuk
mengadakan upacara adat Batak di mana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-
laki dan perempuan.
 Marunjuk / Alaon Unjuk
Tak hanya pemberkatan dari gereja, kedua mempelai harus memperoleh pemberkatan dari seluruh
keluarga terutama orangtua. Disampaikan doa-doa sembari ditandakan dengan pemberian ulos.
Kemudian ada pula pembagian jambar. Jambar dibagikan ke pihak perempuan adalah daging
(jambar juhut) dan uang (tuhor ni boru), sementara pihak laki-laki menerima ikan masa arsik
(dengke) dan ulos. Setelah pesta unjuk selesai, pengantin perempuan dibawa ke kediaman
paranak.

 Dialap Jual
Dialap jual artinya jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin perempuan,
maka dilaksanakanlah acara membawa pengantin perempuan ke tempat mempelai laki-laki.

 Ditaruhon Jual
Jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin laki-laki, maka pengantin perempuan
dibolehkan pulang ke tempat orangtuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namboru-nya.
Dalam hal ini paranak wajib mengasih upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual
upah manaru tidak diberlakukan.

 Paulak Une
Pada acara ini disebut juga sebagai acara untuk saling berkunjung antara kedua belah pihak
keluarga. Kunjungan ini berselang beberapa hari setelah upacara perkawinan dilaksanakan.
Biasanya pihak pengantin akan mengunjungi rumah keluarga laki-laki terlebih dahulu kemudian
mengunjungi keluarga lain dari pihak perempuan.

 Manjae
Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah tangga (kalau
laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan di-pajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal)
dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi rumah orangtuanya.

 Maningkir Tangga
Setelah acara kunjungan ke rumah pihak laki-laki, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi
pengantin di rumah laki-laki yang disebut juga dengan acara maningkir tangga.

2. Upacara Kematian Adat Batak Toba


Pada masyarakat Batak, kematian identik dengan pesta dan suka cita. Ini sangatlah unik dan
sangat khas. Ya, adat budaya kematian suku Batak memang beda dari kebanyakan suku yang ada di
Indonesia.

Dalam tradisi Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah
upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasarkan usia dan status
orang yang meninggal dunia. Untuk yang meninggal ketika masih dalam kandungan (mate di bortian)
belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati ketika masih
bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan
mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat
perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum
dikuburkan. Ulospenutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk
mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang yang meninggal.

Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati:
1) Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu),
2) Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate
mangkar),
3) Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum
bercucu (mate hatungganeon),
4) Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan
5) Telah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).

Masyarakat Batak biasanya mengadakan acara seperti acara pernikahan, dengan menampilkan alat
musik berupa organ untuk bernyanyi, makan makan seperti menyembelih hewan, minum minuman
tradisional seperti tuak. Alat musik organ digunakan di daerah perantauan umumnya, namun di daerah
aslinya, Sumatera Utara, gondang sebagai alat musik khas Bataklah yang digunakan. Ini semata-mata
karena alat musik gondag yang sulit ditemukan di daerah perantauan. Untuk peyembelihan hewan,
juga ada kekhasannya. Masyarakat Batak secara tersirat seperti punya simbol tentang hewan yang
disembelih pada upacara adat orang yang meninggal dalam status saur matua ini. Biasanya, kerbau
atau sapi akan disembelih oleh keluarga Batak (terkhusus Batak Toba) yang anak-anak dari yang
meninggal terbilang sukses hidupnya (orang mampu). Namun, jika kerbau yang disembelih, maka
anggapan orang terhadap keluarga yang ditinggalkan akan lebih positif, yang berarti anak-anak yang
ditinggalkan sudah sangat sukses di perantauan sana.
Ketika seseorang masyarakat Batak mati saur matua, maka sewajarnya pihak-pihak kerabat
sesegera mungkin mengadakan musyawarah keluarga (martonggo raja), membahas persiapan
pengadaan upacara saur matua. Pihak-pihak kerabat terdiri dari unsur-unsurdalihan natolu. Dalihan
natolu adalah sistem hubungan sosial masyarakat Batak, terdiri dari tiga kelompok unsur kekerabatan,
yaitu : pihak hula-hula (kelompok orang keluarga marga pihak istri), pihak dongan tubu (kelompok
orang-orang yaitu : teman atau saudara semarga), dan pihak boru (kelompok orang-orang dari pihak
marga suami dari masing-masing saudara perempuan kita, keluarga perempuan pihak ayah).
Martonggo raja dilaksanakan oleh seluruh pihak di halaman luar rumah duka, pada sore hari sampai
selesai. Pihak masyarakat setempat (dongan sahuta) turut hadir sebagai pendengar dalam rapat
(biasanya akan turut membantu dalam penyelenggaraan upacara). Rapat membahas penentuan waktu
pelaksanaan upacara, lokasi pemakaman, acara adat sesudah penguburan, dan keperluan teknis
upacara dengan pembagian tugas masing-masing. Keperluan teknis menyangkut penyediaan
peralatan upacara seperti: pengadaan peti mati, penyewaan alat musik beserta pemain musik, alat-alat
makan beserta hidangan buat yang menghadiri upacara, dsb.

C. UNSUR BUDAYA BATAK


 Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat:
 Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo;
 Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak;
 Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun;
 Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.

Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta
atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula
kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta.
Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan
kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya
sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya
melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak
didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan,
(c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

 Mata Pencaharian orang Batak Toba


Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat
dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh
menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi,
kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada
kaitanya dengan pariwisata.

 Kepercayaan
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen
masuk sekitar tahun 1863 yang disiarkan oleh para Missionaris dari Jerman yang bernama Nomensen
dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah
pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi penduduk batak. Orang batak mempunyai
konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan
bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya
. Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na
Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak
mengenal tiga konsep, yaitu:
A. Tondi : jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi
nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka
diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
B. Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi
tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang
dimiliki para raja atau hula-hula.
C. Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Namun sekarang kepercayaan terbesar di sumatera utara adalah agama islam,kristen
protestan,katolik,hindu,konghucu dan lain-lain.
Islam 64,53% Kristen 26,10% - Protestan 20,99% - Katolik 5,11% Buddha 8,28% Hindu 1,04%
Konghucu 0,06% dan Suku terbesar di Sumatera Utara adalah suku Batak

D. Kesenian
 Seni Tarian
Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual
keagamaan. Menari juga dilakukan dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang
waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang membunyikan gondang
sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa
dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Contohnya seni Tari Tor-tor (bersifat magis).
Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.
Orang Batak mempergunakan alat musik/ Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari
4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan
dan dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan Hesek. Kemudian
Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu
dibawah.
Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat menghadapi keluarga atau
orang tua yang meninggal, tariannnya akan berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana
hubungan batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh
kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering taruian ini dilakukan pada
saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunaka sebagai sarana penyampaian batin
baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan
dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
 Pakaian Adat Batak Toba

- Pakaian adat umumnya menjadi salah satu syarat dalam melaksanakan upacara adat. Indonesia
kental dengan beragam budaya di mana memiliki banyak pakaian adat untuk masing-masing etnisnya.
Salah satu pakaian adat dan kain yang terkenal dan memiliki makna mendalam yaitu ulos.

Ulos merupakan kain yang digunakan untuk pakaian adat etnis Batak Toba. Etnis ini tinggal dan
menyebar di provinsi Sumatra Utara.

Ulos adalah kain yang ditenun dan berbentuk selendang. Pada mulanya ulos berfungsi sebagai
pakaian penghangat dan dipakai sehari-hari. Namun seiring waktu, pakaian ini menjadi makna simbolik
untuk pelaksanaan upacara adat serta menghormati orang-orang yang hadir di dalamnya. mendalam
bagi kehidupan mereka. Dalam pandangan suku kaum Batak ada tiga unsur yang mendasarkan dalam
kehidupan manusia, yaitu darah, napas, dan panas.

Dua unsur pertama dimaknai sebagai pemberian Tuhan, sedangkan unsur ketiga tidak termasuk di
dalamnya. Panas matahari tidak bertahan hingga malam hari guna menangis dingin di pegunungan di
mana suku bangsa Batak tinggal pada zaman dahulu.

Menurut pandangan suku bangsa batak, ada tiga sumber yang memberi panas kepada manusia,
yaitu matahari, api dan Ulos.

Di kalangan suku Batak kerap didengar istilah mengulosi, yang artinya memberi ulos, yaitu lambang
pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Ulos memiliki beragam makna
bergantung di acara mana ulos tersebut digunakan. Makna ulos yaitu sebagai tanda kasih sayang dari
orang tua kepada anaknya, yaitu sebagai salah satu bentuk penyampaian berkat Hula-hula. Ulos juga
menjadi sebuah simbol status kejandaan atau duda bagi masyakat Batak Toba yang ditinggalkan oleh
pasangan hidupnya.

Berikut dari fungsi masing-masing ulos


Fungsi ulos pada adat Pernikahan :
1) . Ulos Panssamot atau Ragidup adalah Ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin
perempuan kepada orang tua pengantin laki-laki (hela).
2) Ulos Pengantin atau disebut juga Ragihotang adalah ulos yang diberikan oleh Orang Tua
pengantin perempuan kepada kedua pengantin.
3) Ulos Holong adalah Ulos yang diterima atau diberikan oleh semua undangan yang hadir pada
upacara perkawinan. Ulos ini dapat diterima dari para undangan sampai ratusan.
4) Ulos Sadum adalah ulos yang akan diberikan kepada Namboru (adik perempuan dari ayah)
dari kedua mempelai yang akan diuloskan oleh Hula-hula (adik atau abang laki-laki dari ibu.
5) Ulos Ragihotang adalah ulos yang digunakan atau dipakai oleh semua laki-laki yang akan
menghadiri pesta perkawinan termasuk orang tua laki-laki dari kedua pengantin.

Sedangkan ulos yang digunakan untuk acara kematian yaitu:


1) . Ulos Sibolang merupakan ulos yang akan diberikan kepada orang yang sedang berduka atau
yang ditinggalkan oleh suaminya (meninggal) dan biasanya warna ulos yang digunakan warna
hitam.
2) Ulos Tujung atau Ulos Saput merupakan salah satu ulos yang akan diberikan atau yang akan
digunakan dalam upacara adat kematian pada masyarakat Batak Toba.

Ulos yang digunakan dalam acara tujuh bulanan pada masyarakat Batak Toba adalah sebagai berikut
 Ulos Bintang Maratur adalah Ulos yang digunakan untuk parompa sibayi (gendongan).
 Ulos Sadum adalah Ulos yang digunakan untuk mengulosi ayah dan ibu si calon bayi.

Ulos yang digunakan untuk memasuki Rumah Baru pada masyarakat Batak Toba adalah sebagai
berikut :

 Ulos Sampetua adalah Ulos yang digunakan masyarakat Batak Toba untuk upacara
memasuki Rumah Baru.
 Lagu Daerah Batak Toba
 Pulau Samosir
 Boru Panggoaran
 Sik Sik Sibatumanikam
 Sinanggar Tullo
 Anakku Naburju
 Tangiang Ni Dainang
 Sai Anju Ma Au dan lainnya

 Seni arsitektur
Rumah tradisional Batak Toba disebut Rumah Bolon, bentuknya persegi panjang dan dapat dihuni
oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk masuk ke rumah kita harus menaiki tangga yang terletak di tengah
rumah, dengan berbagai anak tangga ganjil. Jika orang ingin masuk ke rumah Batak Toba, harus
menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok melintang. Ini berarti pengunjung harus
menghormati pemilik rumah.

 Senjata Tradisional Batak Toba


Senjata Tradisional Sumatera Utara Ada banyak peninggalan senjata tradisional Sumatera Utara
yang berasal dari kebudayaan Suku Batak. Beberapa di antaranya seperti piso gaja dompak, tongkat
tunggal panaluan, piso karo, hujur siringis, piso gading, piso sanalenggam, dan piso toba.

 NILAI BUDAYA
 Tarombo
Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka
yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak
khusunya kaum Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan
marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak
kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
 Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu,
dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling
menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-
hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
 Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
 Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.

 .Uhum dan ugari


Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari
terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
 Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga
unsur Dalihan Na Tolu.
 Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

 Makanan Khas Batak Toba


1. Naniura

Naniura adalah ikan yang tidak dimasak dengan cara konvensional, namun baik untuk dimakan.
Makanan khas Batak Tapanuli Utara ini bisa kamu temukan di Danau Toba, Medan, dan
Pematangsiantar. Ikan mas mentah dibersihkan dari lendir dan duri, kemudian direndam dengan air
asam dari jeruk purut agar matang. Setelah daging ikan sudah kenyal dan mudah untuk disobek, ikan
akan disiram dengan bumbu kuning dan naniura sudah siap untuk disantap.

2. Arsik
Makanan khas Batak yang umum ditemukan di acara adat ini berbahan dasar ikan air tawar seperti
ikan nila, mas, nila, dan mujair. Ikan akan dimasak dengan bumbu andaliman yang terkenal dengan
rasa pedas dengan sensasi hangat di lidah saat disantap. Makanan yang satu ini bisa disajikan kering
maupun berkuah, tergantung dengan selera.

3. Mie Gomak

Kuliner mie khas Batak ini memiliki nama Mie Gomak, karena proses pembuatannya dikenal dengan
cara di-gomak atau dalam bahasa Indonesianya, digenggam. Mie nya memang terlihat tebal seperti
pasta, diolah dengan bumbu khas Batak seperti campuran irisan bawang goreng, santan, termasuk
rempah andaliman. Rasa dari Mie Gomak merupakan perpaduan rasa gurih, asin, pedas, namun
tetap sedap. Makanan khas Batak ini bisa kamu nikmati dengan digoreng maupun berkuah. Topping-
nya bervariasi, untuk mie gomak goreng biasanya disajikan bersama dengan timun, tomat, atau
potongan labu siam. Sedangkan untuk mie gomak berkuah, ada yang ditambah dengan bihun.

4. Manuk Napinadar
Manuk Napinadar adalah ayam bakar khas Batak. Tapi bukan ayam bakar biasa, setelah dibakar,
ayam dibumbui dengan bumbu andaliman dan dicampurkan dengan darah segar ayam. Rasanya gurih
dan pedas, nikmat jika disantap dengan nasi putih hangat.

5. Ombus-ombus

Jajanan yang satu ini berasal dari kota Siborong-borong, Tapanuli Utara. Ombus-ombus adalah salah
satu jajanan wajib dalam acara adat Batak. Namanya memiliki arti hembus-hembus, seperti hembusan
nafas karena makanan ini disajikan panas. Bahan dasar kuliner khas Batak ini adalah tepung beras,
gula aren, dan parutan kelapa. Gula merah dan gula aren diletakkan hanya dibagian tengahnya,
kemudian ditutup dengan adonan parutan kelapa serta tepung beras. Adonan ini lalu dibungkus
dengan daun pisang dan dikukus hingga matang. Rasanya gurih dan berpadu dengan manis dari gula.

6. Saksang

Makanan khas Batak selanjutnya ini adalah makanan wajib di pesta adat Batak. Saksang adalah
olahan daging babi yang diambil dari bagian paling terbaik tanpa ada lemak atau jeroan. Daging ini
dicincang, lalu dimasak dengan santan, rempah, dan juga gota atau darah babi untuk menambah rasa
gurih. Biasanya, daging ini juga diberi campuran andaliman sehingga memiliki rasa pedas nan sedap.

Anda mungkin juga menyukai