Anda di halaman 1dari 14

PAKAIAN ADAT

SUMATERA UTARA
KEKAYAAN BUDAYA
INDONESIA

PRESENTED BY: group 4


SEJARAH
sejarah pakaian adat sumatera utara

Pakaian adat Sumatera Utara


berasal dari berbagai suku yang
tinggal di daerah ini, seperti suku
Batak, Nias, Karo, Mandailing, dan
Angkola. - Pakaian adat ini telah ada sejak zaman nenek moyang dan melewati
generasi demi generasi, mewakili warisan budaya yang kaya dan
mendalam.
Pakaian adat Batak pada umumnya terbuat dari kain ulos, sebuah tenunan khas Batak
yang sarat makna simbolis. Ulos menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial dan
upacara adat masyarakat Batak. Setiap motif dan warna ulos memiliki arti dan tujuan
tertentu, seperti pernikahan, kelahiran, kematian, atau simbol status sosial tertentu.

INTRODUCTION
PAKAIAN
ADAT
BATAK
TOBA
ULOS
Menurut sejarahnya, ulos secara artinya selimut. Sesuai dengan nenek moyang suku Batak yang
dulunya adalah orang gunung. Sehingga mereka memerlukan ulos sebagai penghangat tubuh yang
nyaman dan mudah digunakan.
Terdapat pula tiga simbol yang diyakini nenek moyang orang Batak yang mengandung makna
kehidupan seorang manusia, yakni darah, nafas dan kehangatan. Sehingga kehangatan termasuk
salah satunya.
Maka asal kehangatan pada simbol tersebut adalah Matahari, Api dan Ulos. Diantara pilihan
tersebut, ulos menjadi pilihan penghangat yang paling praktis karena bisa dipakai dimanapun dan
kapanpun.
Ulos memiliki nilai budaya yang tinggi di tengah masyarakat Batak, terbukti dari ulos yang selalu
hadir di kegiatan adat Batak seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita. Bahkan muncul
istilah dalam penggunaan ulos yakni mangulosi.
Tradisi mangulosi adalah kegiatan adat Batak, dimana terjadi proses mengalungkan kain ulos ke
pundak orang lain. Merunut sejarahnya, mangulosi mengandung makna yang memberi perlindungan
dari segala gangguan.
BATAK TOBA

Pakaian adat pria bagian atas disebut ampe-ampe dan


bagian bawah disebut singkot.
Sementara untuk perempuan, bagian atas berupa hoba-
hoba dan bagian bawah adalah haen.
Mengenakan busana ini juga dilengkapi dengan aksesoris
berupa penutup kepala pada laki-laki yang disebut bulang-
bulang dan pengikat kepala atau tali-tali pada perempuan,
serta memakai selendang ulos.

PAKAIAN
ADAT SUKU
NIAS
NIAS
Baru Oholu dan Õröba Si'öli
Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk
pakaian laki-laki dan Õröba Si'öli untuk pakaian
perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna
emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain
seperti hitam, merah, dan putih.
NIAS
filosofi dari warna itu sendiri antara lain:
Warna kuning yang dipadukan
dengan corak persegi empat
(Ni’obakola) dan pola bunga kapas
(Ni’obowo gafasi) sering dipakai
oleh para bangsawan untuk
menggambarkan kejayaan
kekuasaan, kekayaan, kemakmuran
dan kebesaran.
Warna merah yang dipadukan
dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/
ni’ogöna) sering dikenakan oleh
prajurit untuk menggambarkan
darah, keberanian dan kapabilitas
para prajurit.
Warna hitam yang sering dikenakan
oleh rakyat tani menggambarkan
situasi kesedihan, ketabahan dan
kewaspadaan.
Warna putih yang sering dikenakan
oleh para pemuka agama kuno (Ere)
menggambarkan kesucian,
Baru Oholu dan Õröba Si'öl kemurnian dan kedamaian.
PAKAIAN
ADAT SUKU
KARO
KARO
ulos ragidup dan sarung uis
Ulos ragi hidup (atau pola hidup) adalah jenis ulos yang hanya dikenakan oleh laki-laki. Khusus dalam
upacara-upacara tertentu, seorang janda juga biasanya mengenakan ulos jenis ini. Ulos ragi hidup punya
motif yang unik, yakni dua strip bidang pada bagian atas dan bawah dan hadir dalam warna-warna yang
indah.

Sarung Uis adalah salah satu pakaian adat pria Karo yang diikatkan di pinggang.Uis Gara adalah pakaian
adat tradisional suku Karo yang memiliki nilai status sosial. Harga dari kain ini pula ditentukan dari bahan
dan juga proses pembuatannya.
Kata Uis Gara sendiri berasal dari Bahasa Karo, yaitu Uis yang berarti kain dan Gara yang berarti merah.
Menjadi "kain merah" karena pada uis gara warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih.

Biasanya dihiasi pula dengan berbagai ragam tenunan dari benang emas dan perak. Uniknya Secara
umum uis gara dibuat dari bahan kapas yang ditenun secara manual dan diwarnai menggunakan zat
pewarna alami.

Pakaian adat suku Karo menunjukkan keindahan dan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi.
PAKAIAN
ADAT SUKU
MANDAILING
DAN
ANGKOLA
MANDAILING
DAN ANGKOLA
ulos, bulos dan ampu
Ciri khas dari pakaian adat Suku Mandailing ini nampak
pada penggunaan ulos serta aksesori bulang di kening
para wanita. Bahan pembuat bulang merupakan emas,
tetapi dalam era sekarang, bahannya terkadang
digantikan oleh logam. Konon, terdapat simbol
kemuliaan pada bulang tersebut.
Lalu, untuk para pria juga mempunyai ciri khas dalam
pemakaian tutup kepalanya yang disebut dengan ampu.
Dulunya, ampu merupakan penutup kepala yang khusus
dipakai raja. Sehingga, bisa dibilang jika penggunaan
ampu memberikan nilai kebesaran bagi yang
memakainya.
KESIMPULAN
Pakaian adat Sumatera Utara mencerminkan keanekaragaman budaya
dan kekayaan tradisi di Indonesia.

- Pakaian-pakaian ini tidak hanya indah secara visual tetapi juga sarat
makna simbolis dan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya.

Dengan memahami pakaian adat ini, kita dapat lebih menghargai dan
melestarikan kekayaan budaya Indonesia.
TIME FOR
QUESTIONS!

Anda mungkin juga menyukai