Anda di halaman 1dari 4

Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan rba

Sili untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas
atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih.
Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain:

*Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Niobakola) dan pola
bunga kapas (Niobowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk
menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
*Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Niohulayo/ niogna)
sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan
kapabilitas para prajurit.
*Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi
kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
*Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)
menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.Pakaian, perhiasan dan
senjata di Nias sangat beraneka ragam serta diberi warna dan hiasan (ukiran) yang
bermacam-macam pula. Dalam upacara adat atau upacara kebesaran, pakaian dan
perhiasan yang berwarna keemasan atau kekuning-kuningan sangat digemari selain
kombinasi beberapa warna lain seperti hitam, merah dan putih. Warna kuning yang
dipadukan dengan corak persegi empat (Niobakola) dan pola bunga kapas
(Niobowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan
kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran. Warna merah yang
dipadukan dengan corak segi-tiga (Niohulayo/ niogna) sering dikenakan oleh
prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.
Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi
kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan. Warna putih yang sering dikenakan oleh
para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian, kemurnian dan
kedamaian.
Rumah adat Nias atau lebih dikenal dengan sebutan Omohada saat ini memang
sudah jarang ditemui. Karena akibat perkembangan zaman serta teknologi telah
membuat jumlah Omohada yang bersejarah di Nias semakin sedikit. Seperti halnya
kampung Bawamataluo di Nias Selatan. Kampung Bawamataluo adalah sebuah
kampung yang memiliki banyak rumah adat Nias Selatan yang masih asli. Karena
perkembangan zaman saat ini rumah adat yang ada di sana sudah termodernisasi.
Sangat disayangkan memang jika dilihat kampung tersebut sebenarnya bisa
dijadikan sebagai warisan budaya dunia jika tetap mempertahankan keaslian rumah

Rumah adat di Nias dibuat dengan ukuran lebih kecil dari rumah-rumah adat
aslinya, adalah mewakili rumah adat dari Nias Selatan. Rumah yang berbentuk
empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk perahu.
Begitu pula pola perkampungan, hiasan-hiasan bahkan peti matinya pun berbentuk
perahu. Dengan bentuk rumah seperti perahu ini diharapkan bila terjadi banjir
maka rumah dapat berfungsi sebagai perahu. Untuk memasuki rumah adat ini
terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga yang selalu ganjil 5 7 buah,
kemudian memasuki pintu rumah yang ada dua macam yaitu seperti pintu rumah
biasa dan pintu horizontal yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu
membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini mempunyai maksud untuk menghormati
pemilik rumah juga agar musuh sukar menyerang ke dalam rumah bila terjadi
peperangan.

Anda mungkin juga menyukai