Anda di halaman 1dari 3

PSIKOLOGI EMOSI

BAB 5

Post Traumatic Stress Disorder

1. Post traumatic stress disorder

Apakah anda ingat bencana gempa yang pernah terjadi di Yogyakarta ribuan rumah ambruk, jaringan
listrik dan air terputus, Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan 5,9 SR. beberapa saat kemudian
terdengar suara gaduh dan hiruk pikuk, warga Yogyakarta menjadi panic dan berhamburan ke jalan-jalan
membuat jalan macet total akibat tsunami. Pada saat itu kejadian tersebut ribuan orang tua, muda, kecil dan
dewasa berlarian tak tak tentu arah. Setelah beberapa waktu, masyarakat menjadi takut untuk kembali ke
dalam rumah, pikiran mereka dipenuhi ketakutan dan kecemasan apakah kejadian tersebut akan terulang
kembali. Fenomena yang telah disebutkan di atas, seperti perasaan takut, cemas, dan teringat kembali
kejadian yang traumatic pada dasarnya termasuk dalam symptom post-traumatic disorder sumber stressor
yang bisa memunculkan gangguan post-traumatic disorder dapat berbentuk seperti ledakan bom teroris,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perampokan, kecelakaan kendaraan, dan pelecehan seksual. Pada
bab 5 ini akan membahas seluruh seluk beluk tentang post-traumatic disorder.

2. Apa itu post-traumatic disorder

Giller (1999) mengatakan bahwa trauma secara psikologis adalah pengalaman individu yang untuk dari
suatu kejadian atau peristiwa atau situasi yang meliputi:

a. Ketidakmampuan, individu untuk mengintegrasukan pengalaman emosionalnya.


b. Pengalaman individu secara subjektif yang mengancam hidup, kebutuhan jamaniah, atau kesehatan
jiwanya.

Kartono dan Gulo (2000) mendefinisikan trauma sebagai luka berat, yaitu penalaman yang
menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis. Jadi, pengalaman individu yang
mengakibatkan difungsi, baik itu secara fisik maupun psikologis dapat dikategorikan sebagai trauma.
Defenisi Kartono dan Gulo ini adalah defenisi trauma secara umum. Ahli lainnya, yaitu Kaplan dan Sadock
[Sinopsis psikiatri Jilid Dua, 1997] memaparkan post-trauma stress disorder sebagai suatu stress emosional
yang besar yang dapat terjadi pada hamper setiap orang yang mengalami kejadian traumatic. Trauma
tersebut termasuk peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius,
seperti kecelakaan mobil dan kebkaran gedung.
National Institute Mental Healt [NIMH, 1999] menyebutkan post-traumatic stress disorder adalah
gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu kejadian yang
mengerikan atau siksaan dengan kejahatan fisik yang gamat, atau kejadian yang mengancam. The sidran
institute, memaparkan hasil dari penelitian mengenai post-traumatic stress disorder, yaitu sebagai berikut:

a. Hamper 70 persen orang dewasa di amerika serikat mempunyai pengalami traumatik, paling tidak
sekali dalam hidupnya dan lebih dari 20 persen dari mereka akan mengalami post-traumatic stress
disorder.
b. Hamper lima persen penduduk amerika atau lebih dari 13 juta orang setelah mengalami post-
traumatic stress disorder selama beberapa tahun.
c. Kira-kira delapan persen dari semua orang dewasa di amerika, atau satu dari 13 orang mempunyai
potensi mengalami post-traumatic stress disorder salami hidupnya.
d. Lebih kurang satu dari sepuluh orang perempuan akan terkena post-traumatic stress disorder dalam
hidupnya, dan perempuan mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar dari laki-laki untuk terkena
post-traumatic stress disorder (www.sidran.com).

Individu yang mempunyai kecendrungan post-traumatic stress disorder adalah individu yang
mempunyai sebuah pengalaman terhadap peristiwa atau kejadian traumatic sehingga pengalaman traumatic
tersebut. Menimbulksn stress dalam dirinya. Stress yang berkelanjutan inilah yang dikenal dengan post-
traumatic stress disorder.

3. Apa saja faktor yang memengaruhi post-traumatic stress disorder

Individu yang mempunyai kecendrungan mengalami post-traumatic stress disorder dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor dalam diri individu yang berpengaruhi dalam
hubungannya dengan post-traumatic stress disorder, sedangkan faktor eksternal adalah faktor di luar diri
individu yang mempunyai peran terhadap kemungkinan individu mengalami post-traumatic stress disorder.

a. Faktor Internal
National Institute of Mental Health (1999), mengemukakan bahwa faktor fisik dan psikologis
merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain dan mengatakan
bahwa sistem limbik.
b. Faktor Eksternal
Menurut Boulware (1999), post-traumatic stress disorder dapat terjadi setelah peristiwa traumatik
yang besar, baik secara emosional maupun fisik. Sehingga faktor eksternal yang memengaruhi
kecendrungan post-traumatic stress disorder adalah tingkat keseriusan stressor.

4. Apa saja gejala post-traumatic stress disorder

Menurut Diagnosis and statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV,1994), terdapat tiga
kelompok symptom post-traumatic stress disorder yaitu sebagai berikut:

a. Instrusive Re-experiencing, yaitu selalu kembalinya peristiwa traumatik dalam ingatan.


b. Avoidance yaitu selalu menghindari sesuatu yang berhubungan dengan trauma dan perasaan
terpecah.
c. Apousal, yaitu kesadaran secara berlebih.

Untuk mengukur seberapa jauh anda merasakan trauma, maka skala untuk mengungkapkan PTSD
dibawah ini akan dapat membantu anda ikuti petunjuk cara menerjakannya agar hasil yang didapatkan
benar-benar objektif.

5. Skala PTSD

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, lalu bubuhkan angka (1) apabila anda merasa sesuai
dengan pertanyaan tersebut, dan angka (2) apabila anda merasa tidak sesuai dengan pertanyaan tersebut.
Pahamilah bahwa jawaban anda merupakan kenyataan sesungguhnya yang anda alami, bukan
merupakan rekayasa sendiri. Jawaban dengan jujur sehingga hasil yang anda dapatkan merupakan
gambaran diri anda yang sebenarnya.

Contoh:

(1) Saya merasakan mimpi setiap hari

Anda mungkin juga menyukai