Anda di halaman 1dari 22

Perang Dunia I

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Perang Dunia I

Searah jarum jam dari atas: Parit di Front Barat; tank


Mark IV Britania Raya melintasi parit; kapal perang
Angkatan Laut Kerajaan HMS Irresistible tenggelam
setelah menabrak ranjau pada Pertempuran Dardanelles;
awak senjata mesin Vickers mengenakan masker gas, dan
pesawat dua sayap Albatros D.III Jerman

Tanggal

28 Juli 1914 11 November 1918


(Gencatan senjata)
Traktat Versailles ditandatangani
28 Juni 1919
(4 tahun dan 11 bulan0 hari)
Traktat Saint-Germain-en-Laye
ditandatangani 10 September
1919
Traktat Neuilly-sur-Seine
ditandatangani 27 November
1919
Traktat Trianon ditandatangani 4
Juni 1920
Traktat Svres ditandatangani 10
Agustus 1920

Eropa, Afrika, Timur Tengah,


Kepulauan Pasifik, Cina, dan
lepas pantai Amerika Selatan dan
Utara
Kemenangan Sekutu

Lokasi

Berakhirnya kekaisaran
Jerman, Rusia,
Utsmaniyah, dan AustriaHongaria

Terbentuknya negaranegara baru di Eropa dan


Timur Tengah

Penyerahan koloni Jerman


dan wilayah bekas
Kesultanan Utsmaniyah ke
negara-negara lain

Pendirian Liga BangsaBangsa. (lainnya...)

Hasil

Casus belli

Pembunuhan Adipati Agung


Franz Ferdinand (28 Juni) diikuti
pernyataan perang oleh AustriaHongaria terhadap Kerajaan
Serbia (28 Juli) dan mobilisasi
Rusia terhadap Austria-Hongaria
(29 Juli)
Pihak yang terlibat

Blok Sekutu (Entente)

Blok Sentral

Perancis
Imperium Britania
Raya

Kekaisaran Jerman
Austria-Hongaria
Kesultanan
Utsmaniyah
Bulgaria (191518)

Australia

Kanada

India

Pihak yang juga terlibat


Jabal Shammar

Newfoundlan

...dan lainnya

Selandia
Baru

Afrika
Selatan

Rhodesia
Selatan

Kekaisaran Rusia
(191417)

Italia (191518)
Amerika Serikat (1917
18)

Rumania (191618)
Kekaisaran Jepang
Serbia
Belgia
Yunani (191718)
Kerajaan Hijaz
Emirat Nejd dan Hasa
dan lain-lain

Komandan
Pemimpin dan
komandan

Pemimpin dan
komandan

Raymond Poincar
Georges Clemenceau
Wilhelm II
Ferdinand Foch
Paul von Hindenburg
H. H. Asquith
Erich Ludendorff
David Lloyd George
Franz Joseph I
Douglas Haig
Karl I
Winston Churchill
Conrad von
Nicholas II
Htzendorf
Nicholas Nikolaevich
Mehmed V
Victor Emanuel III
Enver Pasha
Antonio Salandra
Mustafa Kemal
Vittorio Orlando
Atatrk
Luigi Cadorna
Ferdinand I
Woodrow Wilson
Nikola Zhekov
John J. Pershing
dan lainnya
Peter I, Raja Serbia
dan lainnya

Kekuatan
Entente

[1]

Blok Sentral[1]

12.000.000
8.841.541[2][3]
8.660.000[4]
5.615.140

13.250.000

4.743.826

7.800.000

1.234.000

2.998.321

800.000

1.200.000

707.343

Total: 25.248.321

380.000
250.000
Total: 42.959.850

Korban
Militer gugur:
5.525.000
Militer terluka:
12.831.500
Militer hilang:
4.121.000
Total:
22.477.500 KIA, WIA,
atau MIA ...lebih rinci.

Militer gugur:
4.386.000
Militer terluka:
8.388.000
Militer hilang:
3.629.000
Total:
16.403.000 KIA, WIA,
atau MIA ...lebih rinci.

Teater Perang Dunia I


Eropa

Balkan

Front Barat

Front Timur

Front Italia

Timur Tengah

Kaukasus

Persia

Gallipoli

Mesopotamia

Sinai dan Palestina

Arabia Selatan

Afrika

Afrika Barat Daya

Afrika Barat

Afrika Timur

Afrika Utara

Asia dan Pasifik


Teater lain

Amerika

Samudra Atlantik

Mediterania

Perang Dunia I (PDI) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal
28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang
Besar sejak terjadi sampai dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939, dan Perang Dunia

Pertama atau Perang Dunia I setelah itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia,[5]
yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang
terdiri dari Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang
terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia; namun saat Austria-Hongaria melakukan
serangan sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).[6] Kedua aliansi
ini melakukan reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak
negara ikut serta dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa,
dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah.[7][8] Lebih dari 9 juta prajurit gugur,
terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata
tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik
paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai
perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang terlibat.[9]
Penyebab jangka panjang perang ini mencakup kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar
Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah,
Kekaisaran Rusia, Imperium Britania, Republik Perancis, dan Italia. Pembunuhan tanggal 28
Juni 1914 terhadap Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria, pewaris tahta Austria-Hongaria,
oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina adalah pencetus perang
ini. Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia.[10][11]
Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga
dalam hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang; melalui koloni mereka,
konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Pada tanggal 28 Juli, konflik ini dibuka dengan invasi ke Serbia oleh Austria-Hongaria,[12][13]
diikuti invasi Jerman ke Belgia, Luksemburg, dan Perancis; dan serangan Rusia ke Jerman.
Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front Barat melakukan pertempuran atrisi statis dengan
jalur parit yang mengubah sedikit suasana sampai tahun 1917. Di Timur, angkatan darat Rusia
berhasil mengalahkan pasukan Kesultanan Utsmaniyah, namun dipaksa mundur dari Prusia
Timur dan Polandia oleh angkatan darat Jerman. Front lainnya dibuka setelah Kesultanan
Utsmaniyah ikut serta dalam perang tahun 1914, Italia dan Bulgaria tahun 1915, dan Rumania
tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh bulan Maret 1917, dan Rusia menarik diri dari perang
setelah Revolusi Oktober pada akhir tahun itu. Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat
tahun 1918, Sekutu memaksa pasukan Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses
dan pasukan Amerika Serikat mulai memasuki parit. Jerman, yang bermasalah dengan revolusi
pada saat itu, setuju melakukan gencatan senjata pada tanggal 11 November 1918 yang kelak
dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata. Perang ini berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu.
Peristiwa di front Britania sama rusuhnya seperti front depan, karena para pihak terlibat berusaha
memobilisasi tenaga manusia dan sumber daya ekonomi mereka untuk melakukan perang total.
Pada akhir perang, empat kekuatan imperial besarKekaisaran Jerman, Rusia, AustriaHongaria, dan Utsmaniyahbubar. Negara pengganti dua kekaisaran yang disebutkan pertama
tadi kehilangan banyak sekali wilayah, sementara dua terakhir bubar sepenuhnya. Eropa Tengah
terpecah menjadi beberapa negara kecil.[14] Liga Bangsa-Bangsa dibentuk dengan harapan
mencegah konflik seperti ini selanjutnya. Nasionalisme Eropa yang muncul akibat perang dan
pembubaran kekaisaran, dampak kekalahan Jerman dan masalah dengan Traktat Versailles
diyakini menjadi faktor penyebab pecahnya Perang Dunia II.[15]

Daftar isi

1 Nama

2 Latar belakang

3 Teater konflik
o 3.1 Serangan pembuka

3.1.1 Kebingungan Blok Sentral

3.1.2 Kampanye Afrika

3.1.3 Kampanye Serbia

3.1.4 Pasukan Jerman di Belgia dan Perancis

3.1.5 Asia dan Pasifik

o 3.2 Front Barat

3.2.1 Awal peperangan parit (19141915)

3.2.2 Kelanjutan peperangan parit (19161917)

o 3.3 Perang laut


o 3.4 Teater Selatan

3.4.1 Perang di Balkan

3.4.2 Kesultanan Utsmaniyah

3.4.3 Partisipasi Italia

3.4.4 Partisipasi Rumania

3.4.5 Peran India

o 3.5 Front Timur

3.5.1 Tindakan awal

3.5.2 Revolusi Rusia

o 3.6 Rencana Blok Sentral untuk negosiasi damai


o 3.7 19171918

3.7.1 Perkembangan tahun 1917

3.7.2 Konflik Kesultanan Utsmaniyah 1917

3.7.3 Keikutsertaan Amerika Serikat

3.7.3.1 Non-intervensi

3.7.3.2 Pernyataan perang A.S. terhadap Jerman

3.7.3.3 Partisipasi aktif A.S. pertama

3.7.4 Tawaran perdamaian terpisah Austria

3.7.5 Serangan Musim Semi Jerman 1918

3.7.6 Konflik Kesultanan Utsmaniyah 1918

3.7.7 Negara-negara baru di zona perang

3.7.8 Kemenangan Sekutu: Musim panas dan gugur 1918

3.7.9 Gencatan senjata dan penyerahan diri

3.7.9.1 Superioritas Sekutu dan legenda pengkhianatan, November


1918

o 3.8 Perjanjian Versailles, Juni 1919

4 Teknologi
o 4.1 Penerbangan
o 4.2 Pemutakhiran teknologi laut
o 4.3 Pemutakhiran teknologi peperangan darat
o 4.4 Penyembur api dan angkutan subterania

5 Kejahatan perang
o 5.1 Genosida dan pembersihan etnis

5.1.1 Kekaisaran Rusia

o 5.2 "Pemerkosaan Belgia"

6 Pengalaman tentara
o 6.1 Tawanan perang
o 6.2 Atase militer dan koresponden perang

7 Dukungan dan penentangan perang


o 7.1 Dukungan
o 7.2 Penentangan

7.2.1 Wajib militer

8 Dampak
o 8.1 Dampak kesehatan dan ekonomi
o 8.2 Perjanjian damai dan batas negara

9 Warisan
o 9.1 Tugu peringatan
o 9.2 Ingatan budaya
o 9.3 Trauma sosial
o 9.4 Ketidakpuasan di Jerman
o 9.5 Pandangan di Amerika Serikat
o 9.6 Identitas nasional baru
o 9.7 Dampak ekonomi

10 Lihat pula
o 10.1 Media

11 Catatan kaki

12 Referensi

13 Pranala luar
o 13.1 Peta animasi

Nama
Di Kanada, Maclean's Magazine pada bulan Oktober 1914 menuliskan, "Sejumlah perang
memberi namanya sendiri. Perang ini namanya Perang Besar."[16] Sejarah asal usul dan bulanbulan pertama perang diterbitkan di New York pada akhir 1914 dengan judul The World War
(Perang Dunia).[17] Selama periode antarperang, perang ini lebih sering disebut Perang Dunia
dan Perang Besar di negara-negara berbahasa Inggris.
Setelah pecahnya Perang Dunia Kedua tahun 1939, istilah Perang Dunia I atau Perang Dunia
Pertama menjadi standar, dengan sejarawan Britania dan Kanada yang lebih suka Perang Dunia
Pertama, dan Amerika Perang Dunia I. Kedua istilah ini juga dipakai selama periode
antarperang. Frasa "Perang Dunia Pertama" pertama dipakai bulan September 1914 oleh filsuf
Jerman Ernest Haeckel, yang mengklaim bahwa "tidak ada keraguan bahwa alur dan tokoh
'Perang Eropa' yang dikhawatirkan ... akan menjadi perang dunia pertama dalam arti
sepenuhnya."[18] The First World War (Perang Dunia Pertama) juga merupakan judul buku
sejarah tahun 1920 karya perwira dan jurnalis Charles Court Repington.

Latar belakang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penyebab Perang Dunia I

Peta peserta Perang Dunia I: Blok Sekutu berwarna hijau, Blok Sentral berwarna oranye, dan
negara netral berwarna abu-abu

Pada abad ke-19, kekuatan-kekuatan besar Eropa berupaya keras mempertahankan


keseimbangan kekuatan di seluruh Eropa, sehingga pada tahun 1900 memunculkan jaringan
aliansi politik dan militer yang kompleks di benua ini.[6] Berawal tahun 1815 dengan Aliansi Suci
antara Prusia, Rusia, dan Austria. Kemudian, pada Oktober 1873, Kanselir Jerman Otto von
Bismarck menegosiasikan Liga Tiga Kaisar (Jerman: Dreikaiserbund) antara monarki AustriaHongaria, Rusia, dan Jerman. Perjanjian ini gagal karena Austria-Hongaria dan Rusia tidak
sepakat mengenai kebijakan Balkan, sehingga meninggalkan Jerman dan Austria-Hongaria
dalam satu aliansi yang dibentuk tahun 1879 bernama Aliansi Dua. Hal ini dipandang sebagai
metode melawan pengaruh Rusia di Balkan saat Kesultanan Utsmaniyah terus melemah.[6] Pada
tahun 1882, aliansi ini meluas hingga Italia dan menjadi Aliansi Tiga.[19]
Setelah 1870, konflik Eropa terhindar melalui jaringan perjanjian yang direncanakan secara hatihati antara Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropa yang dirancang oleh Bismarck. Ia berupaya
menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dua front dengan Perancis
dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik tahta sebagai Kaisar Jerman (Kaiser), Bismarck terpaksa
pensiun dan sistem aliansinya perlahan dihapus. Misalnya, Kaiser menolak memperbarui
Perjanjian Reasuransi dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian, Aliansi PerancisRusia ditandatangani untuk melawan kekuatan Aliansi Tiga. Pada tahun 1904, Britania Raya
menandatangani serangkaian perjanjian dengan Perancis, Entente Cordiale, dan pada 1907,
Britania Raya dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Meski perjanjian ini secara
formal tidak menyekutukan Britania Raya dengan Perancis atau Rusia, mereka memungkinkan
Britania masuk konflik manapun yang kelak melibatkan Perancis dan Rusia, dan sistem
penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga.[6]

HMS Dreadnought. Perlombaan senjata laut terjadi antara Britania Raya dan Jerman.
Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan dan pendirian
Kekaisaran pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an sampai seterusnya, pemerintahan
Wilhelm II memakai basis industri ini untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam jumlah
besar untuk membangun Kaiserliche Marine (Angkatan Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk
oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya
untuk supremasi laut dunia.[20] Hasilnya, setiap negara berusaha mengalahkan negara lain dalam
hal kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Imperium Britania
memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman.[20] Perlombaan senjata antara Britania
dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan
basis industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan untuk

konflik pan-Eropa.[21] Antara 1908 dan 1913, belanja militer kekuatan-kekuatan Eropa meningkat
sebesar 50 persen.[22]

Gavrilo Princip, seorang pelajar Serbia Bosnia, ditahan sesaat setelah membunuh Adipati Agung
Franz Ferdinand dari Austria
Austria-Hongaria mengawali krisis Bosnia 19081909 dengan menganeksasi secara resmi bekas
teritori Utsmaniyah di Bosnia dan Herzegovina, yang telah diduduki sejak 1878. Peristiwa ini
membuat Kerajaan Serbia dan pelindungnya, Kekaisaran Rusia yang Pan-Slavik dan Ortodoks
berang.[23] Manuver politik Rusia di kawasan ini mendestabilisasi perjanjian damai yang sudah
memecah belah apa yang disebut sebagai "tong mesiu Eropa".[23]
Tahun 1912 dan 1913, Perang Balkan Pertama pecah antara Liga Balkan dan Kesultanan
Utsmaniyah yang sedang retak. Perjanjian London setelah itu mengurangi luas Kesultanan
Utsmaniyah dan menciptakan negara merdeka Albania, tetapi memperbesar teritori Bulgaria,
Serbia, Montenegro, dan Yunani. Ketika Bulgaria menyerbu Serbia dan Yunani pada tanggal 16
Juni 1913, negara ini kehilangan sebagian besar Makedonia ke Serbia dan Yunani dan Dobruja
Selatan ke Rumania dalam Perang Balkan Kedua selama 33 hari, sehingga destabilisasi di
wilayah ini semakin menjadi-jadi.[24]

Peta etnolinguistik Austria-Hongaria, 1910


Pada tanggal 28 Juni 1914, Gavrilo Princip, seorang pelajar Serbia Bosnia dan anggota Pemuda
Bosnia, membunuh pewaris tahta Austria-Hongaria, Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria
di Sarajevo, Bosnia.[25] Peristiwa ini memulai satu bulan manuver diplomatik di antara Austria-

Hongaria, Jerman, Rusia, Perancis, dan Britania, yang disebut Krisis Juli. Ingin mengakhiri
intervensi Serbia di Bosnia, Austria-Hongaria mengirimkan Ultimatum Juli ke Serbia, yaitu
sepuluh permintaan yang sengaja dibuat tidak masuk akal dengan tujuan memulai perang dengan
Serbia.[26] Ketika Serbia hanya menyetujui delapan dari sepuluh permintaan, Austria-Hongaria
menyatakan perang pada tanggal 28 Juli 1914. Strachan berpendapat, "Tanggapan ragu dan awal
oleh Serbia yang mampu membuat perubahan terhadap perilaku Austria-Hongaria bisa
diragukan. Franz Ferdinand bukan sosok yang gila popularitas, dan kematiannya tidak membuat
kekaisaran ini berduka sedalam-dalamnya".[27]
Kekaisaran Rusia, tidak ingin Austria-Hongaria menghapus pengaruhnya di Balkan dan
mendukung protg lamanya Serbia, memerintahkan mobilisasi parsial sehari kemudian.[19]
Kekaisaran Jerman melakukan mobilisasi tanggal 30 Juli 1914, siap menerapkan "Rencana
Shlieffen" berupa invasi ke Perancis secara cepat dan massal untuk mengalahkan Angkatan Darat
Perancis, kemudian pindah ke timur untuk melawan Rusia. Kabinet Perancis bergeming terhadap
tekanan militer mengenai mobilisasi cepat, dan memerintahkan tentaranya mundur 10 km dari
perbatasan untuk menghindari insiden apapun. Perancis baru melakukan mobilisasi pada malam
tanggal 2 Agustus, ketika Jerman menyerbu Belgia dan menyerang tentara Perancis. Jerman
menyatakan perang terhadap Rusia pada hari itu juga.[28] Britania Raya menyatakan perang
terhadap Jerman tanggal 4 Agustus 1914, setelah "balasan tidak memuaskan" terhadap ultimatum
Britania bahwa Belgia harus dibiarkan netral.[29]

Teater konflik
Serangan pembuka
Kebingungan Blok Sentral
Strategi Blok Sentral mengalami miskomunikasi. Jerman telah berjanji mendukung invasi
Austria-Hongaria ke Serbia, namun penafsiran maksudnya berbeda. Rencana penempatan
pasukan yang sebelumnya diuji telah diganti pada awal 1914, namun penggantian tersebut tidak
pernah diuji dalam latihan. Para pemimpin Austria-Hongaria yakin Jerman akan melindungi
perbatasan utaranya dari serbuan Rusia.[30] Meski begitu, Jerman mengharapkan AustriaHongaria mengarahkan sebagian besar tentaranya ke Rusia, sementara Jerman menangani
Perancis. Kebingungan ini mendorong Angkatan Darat Austria-Hongaria membagi pasukannya
antara front Rusia dan Serbia.
Pada tanggal 9 September 1914, Septemberprogramm, sebuah rencana memungkinkan yang
menyebutkan tujuan perang tertentu Jerman dan persyaratan yang dipaksakan Jerman terhadap
Blok Sekutu, dibuat oleh Kanselir Jerman Theobald von Bethmann-Hollweg. Rencana ini tidak
pernah dilaksanakan secara resmi.
Kampanye Afrika

Lettow menyerahkan pasukannya ke Britania di Abercorn


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teater Afrika di Perang Dunia I
Sejumlah pertempuran pertama dalam perang melibatkan kekuatan kolonial Britania, Perancis,
dan Jerman di Afrika. Tanggal 7 Agustus, tentara Perancis dan Britania menyerbu protektorat
Togoland Jerman. Tanggal 10 Agustus, pasukan Jerman di Afrika Barat Daya menyerang Afrika
Selatan; pertempuran sporadis dan sengit berlanjut sampai akhir perang. Pasukan kolonial
Jerman di Afrika Timur Jerman, dipimpin Kolonel Paul Emil von Lettow-Vorbeck, melakukan
kampanye peperangan gerilya selama Perang Dunia I dan baru menyerah dua minggu setelah
gencatan senjata diberlakukan di Eropa.[31]
Kampanye Serbia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kampanye Serbia (Perang Dunia I)

Posisi artileri tentara Serbia pada Pertempuran Kolubara.


Austria menyerbu dan memerangi pasukan Serbia pada Pertempuran Cer dan Pertempuran
Kolubara yang dimulai tanggal 12 Agustus. Sampai dua minggu berikutnya, serangan Austria
dipatahkan dengan kerugian besar, yang menandakan kemenangan besar pertama Sekutu dalam
perang ini dan memupuskan harapan Austria-Hongaria akan kemenangan mulus. Akibatnya,
Austria harus menempatkan pasukan yang memadai di front Serbia, sehingga melemahkan
upayanya membuka perang dengan Rusia.[32] Kekalahan Serbia dalam invasi Austria-Hongaria
tahun 1914 tergolong sebagai kemenangan terbalik besar dalam abad terakhir.[33]
Pasukan Jerman di Belgia dan Perancis
Tentara Jerman di gerbong kereta menuju garis depan pada tahun 1914. Pesan di gerbong
bertuliskan "Perjalanan ke Paris"; pada awal perang, semua sisi berharap konflik ini cepat
selesai.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Front Barat (Perang Dunia I)
Pada awal pecahnya Perang Dunia Pertama, angkatan darat Jerman (di sebelah barat terdiri dari
tujuh pasukan lapangan) melaksanakan versi modifikasi Rencana Schlieffen, yang dirancang
untuk menyerang Perancis secara cepat melalui Belgia yang netral sebelum berbelok ke selatan
untuk mengepung pasukan Perancis di perbatasan Jerman.[10]. Karena Perancis telah menyatakan
bahwa mereka akan "bertindak sebebasnya andai terjadi perang antara Jerman dan Rusia",
Jerman memperkirakan kemungkinan serangan di dua front. Jika terjadi hal seperti itu, Rencana
Schlieffen menyatakan bahwa Jerman harus mencoba mengalahkan Perancis secara cepat
(seperti yang terjadi pada Perang Perancis-Prusia 1870-71). Rencana ini menyarankan bahwa
untuk mengulangi kemenangan cepat di barat, Jerman tidak usah menyerang melalui AlsaceLorraine (yang memiliki perbatasan langsung di sebelah barat sungai Rhine), tetapi mencoba
memutuskan Paris secara cepat dari Selat Inggris (terputus dengan Britania Raya). Kemudian
pasukan Jerman dipindahkan ke timur untuk menyerbu Rusia. Rusia diyakini membutuhkan
persiapan lama sebelum bisa menjadi ancaman besar bagi Blok Sentral.
Jerman ingin bergerak bebas melintasi Belgia (dan Belanda juga, meski ditolak Kaiser Wilhelm
II) untuk bertemu Perancis di perbatasannya. Jawaban dari Belgia netral tentu saja "tidak".
Jerman kemudian merasa perlu menyerbu Belgia, karena inilah rencana satu-satunya yang ada
andai terjadi perang dua front di Jerman. Perancis juga ingin menggerakkan tentara mereka
melintasi Belgia, tetapi Belgia menolak untuk menghindari pecahnya perang apapun di tanah
Belgia. Pada akhirnya, setelah serbuan Jerman, Belgia mencoba menggabungkan pasukan
mereka dengan Perancis (namun sebagian besar pasukan Belgia mundur ke Antwerpen tempat
mereka dipaksa menyerah ketika semua harapan bantuan pupus).
Rencana ini meminta agar sisi kanan Jerman bergerak ke Paris, dan awalnya Jerman berhasil,
terutama pada Pertempuran Frontiers (1424 Agustus). Pada 12 September, Perancis, dengan
bantuan dari pasukan Britania, menghambat pergerakan Jerman ke timur Paris pada Pertempuran
Marne Pertama (512 September) dan mendorong pasukan Jerman 50 km ke belakang. Hari-hari
terakhir pertempuran ini menandakan akhir dari peperangan bergerak di barat.[10] Serangan
Perancis ke Alsace Selatan, dimulai tanggal 20 Agustus dengan Pertempuran Mulhouse,
mengalami sedikit kesuksesan.
Di sebelah timur, hanya satu pasukan lapangan, yaitu pasukan ke-8, yang bergerak cepat melalui
kereta api melintasi Kekaisaran Jerman. Pasukan yang dulunya cadangan di barat ini dipimpin
oleh Jenderal Paul von Hindenburg untuk mempertahankan Prusia Timur, setelah berhasil
melakukan serbuan awal ke Rusia dengan dua unit pasukan. Jerman mengalahkan Rusia dalam
serangkaian pertempuran yang secara kolektif disebut Pertempuran Tannenberg Pertama (17
Agustus 2 September). Akan tetapi, invasi Rusia yang gagal lebih disebabkan oleh berhentinya
serangan Jerman di barat dan kekalahan taktis oleh Angkatan Darat Perancis di Marne. Pasukan
Jerman semakin lelah dan pasukan cadangannya dipindahkan untuk menangani invasi ke Rusia.
Staf Jenderal Jerman di bawah Jenderal Helmuth von Moltke yang Muda juga telah
memperhitungkan bahwa pemanfaatan transportasi tentara cepat melalui kereta api tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan di luar Kekaisaran Jerman. Blok Sentral gagal mendapatkan
kemenangan cepat di Perancis dan terpaksa berperang di dua front. Pasukan Jerman mengambil
posisi defensif yang baik di dalam Perancis dan berhasil melumpuhkan mobilisasi 230.000

tentara Perancis dan Britania secara permanen. Meski begitu, masalah komunikasi dan keputusan
komando yang bisa dipertanyakan menggagalkan impian kemenangan awal Jerman.[34]
Asia dan Pasifik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teater Asia dan Pasifik pada Perang Dunia I

Pria di Melbourne mengambil brosur perekrutan, 1914.


Selandia Baru menduduki Samoa Jerman (kemudian Samoa Barat) pada tanggal 30 Agustus
1914. Tanggal 11 September, Pasukan Ekspedisi Laut dan Militer Australia mendarat di pulau
Neu Pommern (kemudian Britania Baru), yang merupakan wilayah Nugini Jerman. Tanggal 28
Oktober, kapal jelajah SMS Emden menenggelamkan kapal jelajah Jerman Zhemchug pada
Pertempuran Penang. Jepang merebt koloni Mikronesia Jerman dan, setelah Pengepungan
Tsingtao, pelabuhan batu bara Jerman di Qingdao di semenanjung Shandong, Cina. Dalam
beberapa bulan, pasukan Sekutu telah merebut semua teritori Jerman di Pasifik; hanya pos
dagang terisolasi dan sedikit wilayah di Nugini yang bertahan.[35][36]

Front Barat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Front Barat (Perang Dunia I)
Awal peperangan parit (19141915)

Sir Winston Churchill bersama Royal Scots Fusiliers, 1916


Taktik militer sebelum Perang Dunia I gagal menyamai kemajuan teknologi. Kemajuan ini
memungkinkan terciptanya sistem pertahanan canggih yang tidak mampu disamai taktik militer
lama sepanjang perang. Kawat berduri merupakan penghalang efektif terhadap pergerakan
infanteri massal. Artileri, jauh lebih mematikan daripada tahun 1870-an, ditambah senjata mesin,
menjadikan pergerakan di daratan terbuka sangat sulit dilakukan.[37] Jerman memperkenalkan gas
beracun; teknik ini kelak dipakai oleh kedua pihak, meski tidak pernah terbukti menentukan
dalam memenangkan suatu pertempuran. Dampaknya sangat sadis, menyebabkan kematian yang
lama dan menyakitkan, dan gas beracun menjadi salah satu hal terburuk yang paling ditakuti dan
diingat dalam perang ini.[38] Komandan di kedua sisi gagal mengembangkan taktik mematahkan
posisi parit dengan tanpa kerugian besar. Sementara itu, teknologi mulai menciptakan senjatasenjata ofensif baru, seperti tank.[39]
Setelah Pertempuran Marne Pertama (512 September 1914), baik pasukan Entente dan Jerman
mengawali serangkaian manuver mengepung dalam peristiwa yang disebut "Perlombaan ke
Laut". Britania dan Perancis kelak menyadari bahwa mereka menghadapi pasukan parit Jerman
dari Lorraine sampai pesisir Belgia.[10] Britania dan Perancis berupaya melakukan serangan,
sementara Jerman mempertahankan teritori yang diduduki. Akibatnya, parit-parit Jerman lebih
kukuh ketimbang milik musuhnya, parit Inggris-Perancis hanya bersifat "sementara" sebelum
pasukan mereka mematahkan pertahanan Jerman.[40]

Di dalam parit: Pasukan Bedil Kerajaan Irlandia di parit komunikasi pada hari pertama di
Somme, 1 Juli 1916.
Kedua sisi mencoba memecah kebuntuan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada tanggal 22 April 1915 pada Pertempuran Ypres Kedua, Jerman (melanggar
Konvensi Den Haag) memakai gas klorin untuk pertama kalinya di Front Barat. Tentara Aljazair
mundur ketika digas sehingga terbentuk celah sepanjang enam kilometer (empat mil) terbuka di
lini Sekutu yang segera dimanfaatkan Jerman, mengadakan Pertempuran Kitchener's Wood,
sebelum ditutup oleh tentara Kanada.[41] Tank pertama dipakai dalam pertempuran oleh Britania
pada Pertempuran Flers-Courcelette (bagian dari serangan Somme yang lebih besar) pada
tanggal 15 September 1916 dengan sedikit keberhasilan; Perancis memperkenalkan meriam putar
Renault FT pada akhir 1917; Jerman memanfaatkan tank-tank Sekutu yang ditangkap dan
sejumlah kecil tank mereka sendiri.
Kelanjutan peperangan parit (19161917)

Kedua sisi tidak mampu memberi pukulan menentukan selama dua tahun berikutnya. Sekitar 1,1
sampai 1,2 juta tentara pasukan Britania dan jajahannya berada di Front Barat pada satu waktu.
[42]
Seribu batalion, menempati sektor lini dari Laut Utara sampai Sungai Orne, melakukan sistem
rotasi empat tahap selama satu bulan, kecuali sebuah serangan sedang terjadi. Front ini memiliki
parit sepanjang 9,600 kilometre (5,965 mil). Setiap batalion menduduki sektornya selama
seminggu sebelum kembali ke lini pendukung dan terus ke lini cadangan sebelum seminggu di
luar lini, biasanya di wilayah Poperinge atau Amiens.

Tentara Kanada bergerak di belakang tank Mark II Britania pada Pertempuran Vimy Ridge.

Seorang tentara Perancis menyerang posisi Jerman, Champagne, Perancis, 1917.

Perwira dan tamtama senior dari Kontingen Bermuda Artileri Milisi Bermuda, Artileri Garnisun
Kerajaan, di Eropa.
Sepanjang 191517, Imperium Britania dan Perancis mengalami lebih banyak korban daripada
Jerman, karena sikap strategi dan taktik yang dipilih oleh sisinya. Secara strategis, saat Jerman
hanya melakukan satu serangan tunggal di Verdun, Sekutu melakukan banyak upaya untuk
mematahkan lini Jerman.

Armada Besar Britania Raya berlayar ke Scapa Flow, 1914


Pada tanggal 1 Juli 1916, Angkatan Darat Britania Raya mengalami hari paling mematikan
dalam sejarahnya, dengan korban 57.470 jiwa, termasuk 19.240 gugur, pada hari pertama
Pertempuran Somme. Kebanyakan korban jatuh pada satu jam pertama serangan. Seluruh
serangan Somme melibatkan setengah juta prajurit Angkatan Darat Britania.[43]

Skadron kapal perang Hochseeflotte di laut


Serangan Jerman yang terus-menerus di Verdun sepanjang 1916,[44] ditambah Somme (Juli dan
Agustus 1916), membawa pasukan Perancis yang lelah di ambang perpecahan. Upaya sia-sia
dalam serangan frontal memakan banyak korban bagi Britania dan poilu Perancis dan
mendorong terjadinya mutini besar-besaran tahun 1917, setelah Serangan Nivelle (April dan Mei
1917) yang gagal.[45]
Secara taktis, doktrin komandan Jerman Erich Ludendorff berupa "pertahanan elastis" cocok
dipakai untuk peperangan parit. Pertahanan ini terdiri dari posisi depan yang minim pertahanan
dan posisi utama jauh di belakang jangkauan artileri yang lebih kuat, yang dari situlah serangan
balasan cepat dan kuat bisa dilancarkan.[46][47]
Ludendorff menulis tentang pertempuran tahun 1917,
25 Agustus mengakhiri fase kedua pertempuran Flandria. Peristiwa ini memakan banyak korban
dari pihak kami ... Pertempuran Agustus mematikan di Flandria dan Verdun membawa tekanan
berat bagi tentara Barat. Meski di bawah perlindungan beton, semua tampak kurang kuat
menghadapi artileri musuh yang luar biasa. Pada beberapa saat, mereka tidak lagi memiliki
ketegasan yang saya, bersama para komandan setempat, harapkan. Musuh berupaya
mengadaptasikan diri mereka dengan metode kakmi dalam melakukan serangan balasan ... Saya
sendiri mengalami tekanan luar biasa. Suasana di Barat tampak mencegah dilakukannya rencanarencana kami di manapun. Jumlah korban begitu banyak sehingga kami tidak sempat
menguburkan mereka secara layak, dan melebihi semua harapan kami.[48]
Pada pertempuran Menin Road Ridge, Ludendorff menulis,

Serangan besar lain dilancarkan terhadap lini kami pada tanggal 20 September ... Serangan
musuh terhadap pasukan ke-20 berhasil, yang membuktikan superioritas serangan terhadap
pertahanan. Kekuatan mereka tidak melibatkan tank; kami melihat mereka begitu tidak nyaman,
tetapi terus mengerahkan semuanya. Kekuatan serangan terletak di artileri, dan faktanya artileri
kami tidak mampu memberi dampak yang cukup untuk memecah infanteri saat mereka terus
bersatu pada saat itu juga.[49]
Pada Pertempuran Arras 1917, satu-satunya keberhasilan besar militer Britania adalah
penaklukan Vimy Ridge oleh Korps Kanada di bawah pimpinan Sir Arthur Currie dan Julian
Byng. Tentara yang menyerang, untuk pertama kalinya, mampu mengalahkan, bersatu dengan
cepat, dan mempertahankan pegunungan yang membatasi dataran Douai yang kaya akan
kandungan batu bara.[50][51]

Perang laut
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Peperangan laut pada Perang Dunia I
Pada awal perang, Kekaisaran Jerman memiliki kapal jelajah yang tersebar di seluruh dunia,
beberapa di antaranya dipakai untuk menyerang kapal dagang Sekutu. Angkatan Laut Kerajaan
Britania Raya secara sistematis memburu mereka, meski menanggun malu akibat
ketidakmampuannya melindungi kapal Sekutu. Misalnya, kapal jelajah ringan Jerman SMS
Emden, bagian dari skadron Asia Timur yang berpusat di Tsingtao, menangkap atau
menghancurkan 15 kapal dagang, serta menenggelamkan sebuah kapal jelajah Rusia dan kapal
penghancur Perancis. Namun sebagian besar Skadron Asia Timur Jermanterdiri dari kapal
jelajah lapis baja Scharnhorst dan Gneisenau, kapal jelajah ringan Nrnberg dan Leipzig dan dua
kapal angkuttidak diberi perintah mencegat jalur perkapalan dan malah diperintahkan kembali
ke Jerman ketika bertemu kapal perang Britania. Armada Jerman dan Dresden menenggelamkan
dua kapal jelajah lapis baja pada Pertempuran Coronel, namun hampir hancur pada Pertempuran
Kepulauan Falkland bulan Desember 1914, dengan Dresden dan beberapa kapal pembantu
berhasil kabur, tetapi pada Pertempuran Ms a Tierra kapal-kapal tadi akhirnya hancur atau
ditangkap.[52]
Sesaat setelah pecahnya pertempuran, Britania memulai blokade laut Jerman. Strategi ini terbukti
efektif, memutuskan suplai militer dan sipil, meski blokade ini melanggar hukum internasional
yang diatur oleh beberapa perjanjian internasional selama dua abad terakhir.[53] Britania
membuang ranjau di perairan internasional untuk mencegah kapal apapun memasuki seluruh
wilayah samudra, sehingga membahayakan kapal yang netral sekalipun.[54] Karena ada sedikit
tanggapan terhadap taktik ni, Jerman mengharapkan taktik yang sama terhadap peperangan kapal
selamnya yang tidak terhambat.[55]
Pertempuran Jutland (Jerman: Skagerrakschlacht, atau "Pertempuran Skagerrak") 1916 berubah
menjadi pertempuran laut terbesar dalam perang ini, satu-satunya pertempuran kapal perang
berskala besar dalam Perang Dunia I, dan salah satu yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 31 Mei 1 Juni 1916 di Laut Utara lepas pantai Jutland. Armada Laut
Lepas Kaiserliche Marine, dipimpin Wakil Laksamana Reinhard Scheer, berperang melawan
Armada Besar Angkatan Laut Kerajaan, dipimpin Laksamana Sir John Jellicoe. Pertempuran ini

buntu, karena Jerman, yang kalah jumlah dengan armada Britania, berhasil kabur dan
mengakibatkan kerusakan lebih banyak bagi armada Britania daripada yang mereka terima.
Secara strategis, Britania menguasai lautan, dan sebagian besar armada permukaan Jerman masih
tertahan di pelabuhan selama perang berlangsung.[56]
Kapal-U Jerman berusaha memotong jalur suplai antara Amerika Utara dan Britania.[57] Sifat
peperangan kapal selam berarti bawha serangan bisa datang tanpa peringatan, sehingga memberi
kemungkinan selamat yang kecil bagi awak kapal dagang.[57][58] Amerika Serikat mengeluarkan
protes, dan Jerman mengganti aturan pertempuran. Setelah penenggelaman kapal penumpang
RMS Lusitania tahun 1915, Jerman berjanji tidak lagi menyerang kapal penumpang, sementara
Britania mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dan menempatkan mereka di luar perlindungan
"aturan kapal jelajah" yang meminta peringatan dan penempatan awak di "tempat aman" (standar
yang tidak dimiliki sekoci).[59] Akhirnya, pada awal 1917, Jerman menerapkan kebijakan
peperangan kapal selam tak terbatas, menyadari bahwa Amerika Serikat akan ikut berperang.[57]
[60]
Jerman berupaya menghambat jalur laut Sekutu sebelum Amerika Serikat dapat memindahkan
pasukan dalam jumlah besar ke luar negeri, tetapi hanya mampu mengerahkan lima kapal-U
jarak jauh dengan dampak yang sedikit.[57]

U-155 dipamerkan dekat Tower Bridge di London setelah Perang Dunia Pertama.
Ancaman kapal-U berkurang pada tahun 1917, ketika kapal-kapal dagang mulai berlayar dalam
bentuk konvoi dan dikawal kapal penghancur. Taktik ini terbukti sulit bagi kapal-U untuk
mencari target, sehingga mengurangi kerugian; setelah hidrofon dan ranjau bawah air
diperkenalkan, kapal penghancur pengawal bisa menyerang kapal selam dengan kemungkinan
berhasil. Konvoi memperlambat aliran suplai, karena kapal harus menunggu saat konvoi
dibentuk. Solusi terhadap penundaan ini adalah program pembangunan kapal angkut baru secara
besar-besaran. Kapal tentara terlalu cepat untuk dikejar kapal selam dan tidak berlayar di
Atlantik Utara dalam konvoi.[61] Kapal-U telah menenggelamkan lebih dari 5.000 kapal Sekutu
dengan kerugian sebanyak 199 kapal selam.[62]
Perang Dunia I juga menjadi peristiwa ketika kapal angkut pesawat pertama kali dipakai dalam
pertempuran, dengan HMS Furious meluncurkan pesawat Sopwith Camels dalam serangan
sukses terhadap hangar Zeppelin di Tondern pada bulan Juli 1918, serta blimp untuk patroli
antikapal selam.[63]

Teater Selatan

Anda mungkin juga menyukai