Anda di halaman 1dari 3

THE GERMAN VICTORIES, 1917-1918

Pada 1916, kekuatan Blok Sentral mulai melemah sebagai akibat dari Perang Verdun dan
Somme yang menyebabkan Jerman kehilangan wilayah, prajurit Angkatan Darat dan banyak
persediaan senjata. Sadar akan adanya kemungkinan yang besar bagi Jerman untuk kalah,
Ludendorff, wakil marsekal Jerman, segera mengambil langkah tanggap dengan merubah strategi
perang offensive Jerman menjadi lebih defensive atau yang dikenal dengan istilah Operasi
Alberich. Akhirnya, pada 9 Februari 1917, Jerman mulai melakukan pemunduran menuju garis
pertahanan barunya yang membentang dari Arras sampai Vally-sur-Aisne. Dalam stategi
barunya, sambil menunggu pihak sekutu menyerang, Jerman memanfaatkan waktu yang ada
untuk memulihkan kekuatan militernya dengan melakukan perekrutan prajurit, produksi senjata
dan pelatihan perang bagi para prajuritnya.

Pada 1917, Sekutu melakukan penyerangan gabungan terhadap Blok Sentral sesuai
dengan apa yang telah mereka rencanakan dalam Konferensi Chantilly 1916. Serangan
diantaranya dilakukan Prancis di bawah pimpinan Robert Nivelle, namun kekuatan Jerman yang
telah pulih mampu menumpulkan serangan Prancis dalam waktu 4 hari. Serangan besar lain dari
pihak Sekutu dilancarkan oleh Italia—yang semula bagian dari Blok Sentral—terhadap Austria-
Hungaria untuk merebut wilayah penutur Italia di perbatas Kekaisaran Habsburg tersebut.
Jerman yang sudah tidak sepenuhnya bertahan, mengirimkan pasukan bantuan ke perbatasan
Italia dibawah pimpinan Jenderal Otto von Below. Akhirnya, pada 24 Oktober, 33 divisi
gabungan German dan Italia berhasil menembus garis batas Italia.

THE WAR IN THE AIR

Akhir abad ke-19 menjadi saksi bagi berkembangnya industri dan teknologi, mulai dari
mobil, bahan kimia hingga dynamo dan dinamit. Hal tersebut kemudian mendorong timbulnya
era penerbangan yang dipelopori penemuan balon udara oleh Prancis pada 1884 dan penemuan
pesawat terbang di Amerika Serikat pada 1903. Dalam suasana Perang Dunia, penemuan-
penemuan tersebut mendorong penggunaan pesawat terbang sebagai senjata perang, sehingga
pengembangan terus dilakukan baik oleh Sekutu maupun Blok Sentral.
Pemanfaatan teknologi penerbangan dalam PD I mulai terlihat pada 1914, meskipun
pesawat belum berperan sebagai alat tempur, pesawat terbang telah banyak difungsikan sebagai
alat pengintai dan penyampaian informasi mengenai bagaimana strategi musuh dalam
berlangsungnya perang parit. Barulah pada 1915, pesawat terbang sudah lebih canggih dan telah
difungsikan sebagai alat tempur pengeboman di lokasi musuh yang strategis. Salah satu
penemuan paling terkenal dalam era ini adalah pesawat tempur Fokker di Jerman yang
dilengkapi dengan teknologi interrupter sehingga pesawat dapat secara langsung membidik
musuh. Pada 1918, meningkatnya produksi pesawat terbang menjadi bukti penerbangan
kemudian telah memainkan peranan penting terhadap penentuan hasil perang.

THE ALLIED VICTORIES

Pada awal 1918, kekuatan pihak Sekutu semakin melemah sebagai akibat dari peristiwa-
peristiwa besar yang terjadi sebelumnya; Revolusi Prancis, kekalahan Italia di Caporetto,
pemberontakan Prancis 1917 dan lainnya. Sehingga, dengan kalahnya jumlah prajurit perang atas
Jerman, pihak Inggris dan Prancis memutuskan untuk menggunakan strategi bertahan di Front
Barat dalam menghadapi serangan offensive Jerman sambil menunggu datangnya bantuan dari
American Expenditionary Force (AEF).

Datangnya bantuan pasukan AEF terhadap Sekutu membuat Jerman harus melakukan
penyerangan terus-menerus sepanjang musim semi tahun 1918 yang banyak menggugurkan
perwira-perwira hebat Jerman dan hal ini nantinya ikut merusak moral pasukan Jerman. Keadaan
diperparah saat sejumlah besar orang Jerman tidak mau terus berperang, sehingga pasukan
Jerman benar-benar kehabisan prajurit disaat pihak Sekutu terus memperoleh bantuan dari
pasukan AEF sebesar 250.000 prajurit perbulannya. Secara persenjataan perang, Jerman juga
tidak jauh lebih unggul dari Sekutu baik dalam artileri, persediaan amunisi, tank, pesawat, granat
senapan, senapan mesin, persediaan makanan, jalur kereta api, atau bahkan kuda, Sekutu jauh
lebih unggul.

Dengan segala keunggulan yang ada, pihak Sekutu kemudian berhasil menghancurkan
garis pertahanan akhir Jerman di Hidenburg, dan pada 28 September 1918, Ludendorff
memutuskan untuk menghentikan peperangan untuk menyelamatkan sisa pasukannya. Hal
serupa juga diikuti oleh negara Blok Sentral lainnya seperti Bulgaria, Austria dan Turki.
Kemenangan kemudian berada di tangan pihak Sekutu.

THE PEACE SETTLEMENT

Menceritakan bagaimana Perjanjian Versailles 18 Januari 1919 yang ditujukan untuk


melahirkan perdamaian justru malah menghasilkan benih-benih konflik. Perjanjian ini kemudian
banyak diisi oleh kepentingan-kepentingan khusus pihak Sekutu. Tujuan Prancis adalah ingin
melemahkan ekonomi, politik dan militer Jerman sehingga negara tersebut tidak bisa sewaktu-
waktu menyerang Prancis. Tujuan Inggris adalah untuk mendapatkan reparasi atau ganti rugi dari
Jerman atas semua biaya kerusakan perang. Sedangkan, tujuan Amerika adalah untuk membuat
Liga Bangsa-Bangsa sebagai sebuah organisasi untuk menangani konflik internasional. Dengan
itu, Jerman kemudian dituntut untuk; (1) membayar ganti rugi perang kepada negara-negara
Sekutu, (2) membatasi jumlah pasukan dan senjata militer, serta (3) menyerahkan wilayah
koloninya di Asia dan Afrika kepada Sekutu.

NO END TO WAR

Bab ini membahas bahwa perang besar belum benar-benar berakhir setelah gencatan
senjata 11 November yang mengakhiri Perang Dunia I. Kekerasan dalam skala besar terus
berlanjut dan dunia memasuki sebuah periode baru yang dikenal dengan istilah “inter-war”.
Perang-perang besar yang terjadi kebanyakan timbul sebagai akibat dari runtuhnya Kekaisaran
Habsburg, Romanov dan Ottoman. Runtuhnya kekaisaran besar tersebut mendorong terciptanya
negara-negara baru di dunia dan secara bersamaan juga mendorong terjadinya perebutan batas
wilayah antara negara satu dan lainnya. Selain perang perebutan batas wilayah, perang saudara
juga banyak terjadi diantaranya di Rusia oleh kaum Bolshevik dan anti-Bolshevik, dan perang
saudara di Ukraina antara Kulit Putih dan Kulit Merah.

MEMORY AND THE GREAT WAR

Anda mungkin juga menyukai