Anda di halaman 1dari 6

Perang Dunia I

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Perang Dunia I

Searah jarum jam dari atas: Parit di Front Barat; tank Mark IV Inggris melintasi parit;
kapal perang Inggris HMS Irresistible tenggelam setelah terkena ranjau laut; kru senapan
mesin Vickers yang menggunakan masker gas; dan pesawat dua sayap Sopwith Camel.
Tanggal 28 Juli 1914 – 11 November 1918

Lokasi Eropa, Afrika, dan Timur Tengah (secara singkat di Cina dan Kepulauan Pasifik)

Hasil Kemenangan sekutu. Akhir dari Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Rusia, Kekaisaran
Utsmaniyah, dan Austria-Hongaria. Terbentuknya negara-negara baru di Eropa Timur.

Casus belli
Pembunuhan Franz Ferdinand (28 Juni) yang diikuti dengan deklarasi perang Austria
terhadap Serbia (28 Juli), dan mobilisasi Rusia terhadap Austria-Hongaria (29 Juli).

Pihak yang terlibat


Sekutu:
Rusia
Perancis
Britania Raya
Kanada
Italia
Amerika Serikat
lainnya
Blok Sentral:
Austria-Hungaria
Jerman
Kekaisaran Ottoman
Bulgaria

Komandan
Nicholas II
Aleksei Brusilov
Georges Clemenceau
Joseph Joffre
Ferdinand Foch
Herbert Henry Asquith
Douglas Haig
John Jellicoe
Sir Arthur Currie
Julian Byng
Victor Emmanuel III
Luigi Cadorna
Armando Diaz
Woodrow Wilson
John Pershing
Franz Josef I
Conrad von Hötzendorf
Wilhelm II
Erich von Falkenhayn
Paul von Hindenburg
Reinhard Scheer
Mehmed V
İsmail Enver
Ferdinand I

Jumlah korban
Tewas:
5.520.000
Terluka: 12.831.000
Hilang: 4.121.000[1]
Tewas:
4.386.000
Terluka: 8.388.000
Hilang: 3.629.000[1]

Foto bewarna prajurit Perancis yang diabadikan dengan film bewarna yang dipatenkan
oleh Lumière bersaudara.
Perang Dunia I (disingkat PDI atau PD1; juga dinamakan Perang Dunia Pertama, Perang
Besar, Perang Negara-Negara, dan Perang untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah
sebuah konflik dunia yang berlangsung dari 1914 hingga 1918. [2] Lebih dari 40 juta
orang tewas, termasuk sekitar 20 juta kematian militer dan sipil.[3][4][5]
Perang ini dimulai setelah Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria (sekarang
Austria) dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo. Tidak
pernah terjadi sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan
dan dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama
kalinya, pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari
pembunuhan massal berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang ini. Empat
dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai akar
kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.
Perang Dunia I menjadi saat pecahnya orde dunia lama, menandai berakhirnya monarki
absolutisme di Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi
revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis
bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kekalahan Jerman dalam
perang ini dan kegagalan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih
menggantung yang telah menjadi sebab terjadinya Perang Dunia I akan menjadi dasar
kebangkitan Nazi, dan dengan itu pecahnya Perang Dunia II pada 1939. Ia juga menjadi
dasar bagi peperangan bentuk baru yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan
melibatkan non-militer dalam perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perang Dunia menjadi terkenal dengan peperangan parit perlindungannya, di mana
sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan hanya bisa
bergerak sedikit karena pertahanan yang ketat. Ini terjadi khususnya terhadap Front
Barat. Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang, dan hampir sebanyak itu juga
jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan
massal, dan terlibat secara tak sengaja dalam suatu pertempuran.
Front
[sunting] Front Timur
Front Timur adalah Front di mana Jerman berhadapan dengan Russia. Pada awalnya
Jerman dapat mengalahkan Russia, meskipun Russia melancarkan Mobilisasi yang
menyebabkan ekonomi Russia terbengkalai dan nantinya mencetus Revolusi Russia. Tapi
karena musim dingin di Russia, dan tentara Jerman tidak dilengkapi pakaian musim
dingin, akhirnya Russia menang
Sekutu: 6.345.600
• Belgia: 13.700
• Kekaisaran Britania: 908.000
o Australia: 60.000
o Kanada: 55.000
o India: 25.000
o Selandia Baru: 16.000
o Afrika Selatan: 7.000
o Inggris: 715.000
• Perancis: 1.354.000
• Yunani: 5.000
• Italia: 650.000
• Jepang: 300
• Rumania: 336.000
• Rusia: 1.700.000
• Serbia: 450.000
• Amerika Serikat: 50.600
[sunting] Kekuatan As/Poros: 3.382.500
• Austria-Hungaria: 1.200.000
• Bulgaria: 87.500
• Jerman: 1.770.000
• Kerajaan Ottoman: 325.000
[sunting] Warga sipil: 6.493.000
• Austria: 300.000
• Belgia: 30.000
• Inggris: 31.000
• Bulgaria: 275.000
• Perancis: 40.000
• Jerman: 760.000
• Yunani: 132.000
• Rumania: 275.000
• Rusia: 3.000.000
• Serbia: 655.000
• Kerajaan Ottoman: 1.005.000

Perang Dunia I
Di Eropa abad ke-19, penjajahan tersebar luas. Kekuatan bangsa Eropa seperti Inggris
dan Prancis telah membangun kekuasaan penjajahan di keempat penjuru dunia. Jerman,
yang telah membangun kesatuan politiknya lebih lama daripada negara-negara lain,
bekerja keras untuk menjadi pelopor dalam perlombaan ini.
Pada awal abad ke-20, hubungan yang didasarkan pada kepentingan telah membagi
Eropa menjadi dua kutub yang berlawanan. Inggris, Prancis, dan Rusia berada di satu
pihak, dan Jerman beserta Kekaisaran Austria-Hungaria yang diperintah oleh keluarga
Hapsburg asal Jerman berada di pihak lainnya.

Franz Ferdinand, istri dan anaknya


Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin hari semakin meningkat, hingga
akhirnya suatu pembunuhan pada tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz
Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis
Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan.
Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh
benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan
perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang
terhadap Austria-Hungaria.
Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki peperangan. Sumbu sudah
dinyalakan.
Bahkan sebelum perang dimulai, Dewan Jenderal Jerman telah membuat rencana dan
memutuskan untuk menguasai Prancis melalui serangan mendadak. Untuk mencapai
tujuan ini, orang-orang Jerman memasuki Belgia dan kemudian melintasi perbatasan
memasuki Prancis. Menanggapi dengan cepat, pasukan Prancis menghentikan pasukan
Jerman di tepi Sungai Marne dan memulai suatu serangan balik.
Walaupun kedua pasukan menderita kerugian parah, tidak ada kemajuan di garis depan
pertempuran. Baik serdadu Prancis maupun Jerman bersembunyi di parit untuk
melindungi diri. Akibat serangkaian serangan yang berlarut-larut hingga beberapa bulan,
sekitar 400.000 serdadu Prancis terbunuh. Korban meninggal dari serdadu Jerman
mencapai 350.000.

Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun
berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana
benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka
tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka
yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di
samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur.
Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang
mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana.
Dalam beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis
barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu.

Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya
beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan sebagai
upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih banyak.
Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat.
Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap
sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan
perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak Tentara Prancis sehingga
melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn memperkirakan bahwa
setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang serdadu Prancis.
Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan
serdadunya untuk "keluar dari parit mereka," namun tiap serdadu yang melakukannya
justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan
berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun.
Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan
pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang
mati demi selusin kilometer.

Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-


pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam.
Rencana Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan
pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan
infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja dan
kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu minggu.
Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan
Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira Inggris
memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama pengeboman
tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman parit persembunyian
mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu
Inggris bergerak melintasi garis depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka
dengan senapan mesinnya. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa
jam pertama perang tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis
pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang
mencoba merangkak mundur.
Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral
Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para
jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju
kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan
telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11
kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.
Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan
setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia saja,
berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di pertempuran ketiga saja.
Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya untuk maju beberapa
kilometer.
Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya alasan kuat, menelan nyawa orang tak
bersalah yang tak terhitung banyaknya. Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus
meninggalkan rumahnya.
Penyebab utama di balik malapetaka masyarakat ini adalah ambisi politik dan
kepentingan kalangan dengan paham tertentu. Membuat kerusakan, yang disebabkan oleh
cita-cita duniawi orang yang mengingkari Allah, dilarang di dalam Al Quran. Allah
melarang manusia menyebabkan kerusakan di muka bumi:

Anda mungkin juga menyukai