Anda di halaman 1dari 23

Studi Kasus Pertempuran Laut Atlantik antara Secret Raider Jerman dengan

Armada Laut Inggris tahun 1940 ditinjau dari aspek operasi PGPLL.

1. Latar Belakang.
a. Umum
Pertempuran Atlantik adalah kampanye militer berkesinambungan yang
paling lama dalam sejarah Perang Dunia II, dimulai pada tahun 1939 sampai
kekalahan Jerman pada tahun 1945. Pada intinya adalah pihak Sekutu melakukan
blokade laut terhadap Jerman, diumumkan sehari setelah pernyataan perang, dan
pihak Jerman kemudian melakukan blokade balasan. Puncaknya terjadi pada
pertengahan tahun 1940 sampai akhir tahun 1943. 1 Pertempuran ini telah disebut
sebagai pertempuran laut yang "terlama, terbesar, dan paling kompleks" dalam
sejarah.2
Pertempuran atlantik mengadu kekuatan antara U-boat dan kapal-kapal
perang lainnya dari Angkatan laut Jerman dan Angkatan Udara Jerman melawan
Angkatan Laut Kanada, Angkatan Laut Inggris Raya, dan kapal-kapal dagang
sekutu. Pertempuran Atlantik adalah faktor dominan selama perang. Tidak pernah
untuk satu momen sekalipun kita bisa melupakan bahwa segala sesuatu yang
terjadi di tempat lain, di darat, di laut, atau di udara, akhirnya tergantung pada
hasilnya.
Jerman pada saat itu dipimpin Jendra; Adolf Hitler mengajak Inggris untuk
berdamai dengan tujuan agar Jerman bebas untuk bertindak di daratan Eropa,
Hitler pun mencoba untuk menawarkan perdamaian kepada Inggris melalu
pidatonya dalam gedung parlemen, namum tidak sampai satu jam kemudian
diplomasi damai Hitler ditolak oleh rakyat Inggris melalu radio Inggris BBC.
Penolakan tersebut membuat Hitler marah dan berpikir untuk menggunakan cara-
cara militer guna menduduki Inggris. Rencana penyerangan ke Inggris diawali oleh
operasi udara untuk melaksanakan pemboman. Jerman juga berupaya untuk
menghancurkan konvoi kapal dagang yang berlayar dari dan menuju ke Inggris
dengan menggunakan kapal U-boat. 3

1
Kampiun. Dinas operasi dan Latihan TNI AL. Edisi VII. 2021.
2
 David Syrett, The defeat of the German U-boats: The Battle of the Atlantic (1994)
3
Subiakto, Ari. U-Boat: The Battle of the Atlantic. Yogyakarta. 2010
1

Inggris merupakan satu-satunya negara besar yang berperang dengan


Jerman, dan sangat bergantung pada penguasaan jalur laut khususnya di Samudra
Atlantik tetapi juga Laut Tengah.4

b. Kronologis Kejadian.

1) Pra Kejadian.
Pasca perang dunia I untuk menghindari terjadinya perang dibuatlah
berbagai perjanjian dalam bentuk traktat yang salah satu isinya adalah
pembatasan kapal selam yang mengikat Amerika, Inggris, Jepang, Italia dan
Perancis, namun Jerman tidak pernah mematuhi kesepakatan tersebut.
Pada masa itu juga, Kekaisaran Jerman dan Inggris Raya sangat
bergantung pada impor untuk memberi makan penduduk mereka dan suplai
industri perang mereka, sehingga keduanya bertujuan untuk blokade satu
sama lain.5
Dua hari setelah Invasi Jerman ke Polandia negara Inggris dan
Perancis menyatakan perang terhadap Jerman Menyadari bahwa Inggris
memiliki kekuatan Angkatan Laut yang kuat, Jerman berupaya untuk
melakukan perdamaian dengan dan berharap Inggris membiarkan Jerman
bebas bertindak didaratan Eropa. Inggris tidak menghendaki Jerman
menjadi kekuatan hegemoni di Eropa. Untuk mencegah meluasnya invasi
Jerman, Inggris kemudian menyatakan perang kepada Jerman. Sebaliknya,
Jerman mengerahkan kapal-kapal perang dan kapal selamnya untuk
menyerang kapal-kapal pemasok logistik ke Inggris Raya. 6
Meletusnya PD II ditandai dengan invasi Jerman ke Eropa Barat
dengan kronologis sebagai berikut: 7
a) Pada tanggal 23 Maret 1939, tantara Jerman menduduki
Memel di perbatasan Prusia Lithuana Timur. Polandia
memperingatkan Jerman bahwa usaha yang sama untuk merebut
Danzig akan mengarah ke peperangan.
b) Pada tanggal 31 Maret 1939, Perancis dan Inggris menjamin
bahwa akan mendukung polandia.

4
Nino Oktorino. Clash of Titans. Kisah-kisah Pertempuran Laut Terbesar dalam Perang Dunia II. Kompas.
2015
5
Aloysius. Nusantara. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol.9 No.1, 2022. Hal. 160-165.
6
Boog, Horst; Rahn, Werner; Stumpf, Reinhard & Wegner, Bernd. 2001. Germany and the Second World
War: Volume 6: The Global War. Oxford: Oxford University Press.
7
Subiakto, Ari. U-Boat: The Battle of the Atlantic. Yogyakarta. 2010
2

c) Pada tanggal 28 April 1939, Hitler membatalkan pakta non-


agresi tahun 1934 dengan Polandia dan menuntut kembalinya
Danzig.
d) Pada tanggal 22 Mei 1939, pakta baja merupakan persetujuan
antara Jerman dan Italia untuk saling mendukung dalam perang.
e) Pada tanggal 1 September 1939, pasukan Jerman menyerbu
Polandia.
f) Pada tanggal 2 September 1939, Inggris dan Perancis
mengeluarkan ultimatum untuk memaksa Jerman mundur dari
Polandia dalam waktu 12 jam.

2) Kejadian
a) Awal mula pecahnya Pertempuran Atlantik terjadi pada 3
September 1939 ketika Gunther Prien yang sedang bergerak di laut
dan segera menenggelamkan dua kapal pengangkut Inggris. Pada
tanggal 14 Oktober 1939, kapal selam Jerman U-47 dibawah
komando Gunther Prien berhasil memasuki Scapa Flow dan
menenggelamkan kapal tempur (battle ship) yang sedang berlabuh.
Hal ini membuat rakyat Inggris gempar, karena selain sebuah kapal
raksasa Royal Oak berukuran hampir 30.000 ton lenyap, lenyap pula
24 perwira serta 809 anak buahnya yang terjadi hanya dalam
beberapa menit dan hanya dengan menggunakan sebuah kapal
kecil.8

Gambar: Scapa Flow9

b) Invasi Jerman dilakukan pada 9 April 1940 kepada Norwegia


yang dipimpin oleh Laksamana Besar Erich Reader dengan

8
P.K Ojong. Perang Eropa. 2003. Jakarta: Kompas.
9
http://www.uboataces.com/battle-scapa-flow6.shtml, diakses tgl 14 Maret 2022. Pukul 11.06 WIB.
3

menggunakan selurun armada permukaannya kecuali kapal tempur


kecil dan kapal penjelajah. Serta ditambah dengan Sebagian besar
U-boat yang di pimpin Laksamana Karl Donitz yang ditarik dari
Atlantik untuk menjalankan misi ini. Operasi ini dipergoki oleh
Kementrian Angkatan Laut Inggris namun melakukan kesalahan amat
parah dengan menganggap bahwa armada Jerman itu turun ke laut
untuk menghalangi pendaratan Inggris ke Norwegia. 10 Dan pada
tanggal 10 April 1940, kapal perusak Inggris diam-diam mengincar
Pelabuhan Narvik dan secara mendadak menyerang Jerman yang
sedang berlabuh. Dari serangan ini, kapal Inggris menenggelamkan
Wilhelm Heidkamp dan Anton Schmitt serta menimbulkan kerusakan
berat terhadap Diether van Roeder serta merusak ringan dua kapal
perusak Jerman dan menenggelamkan enam kapal barang penuh
bijih besi.11
c) Pada bulan Juni s.d Desember 1940, HMS Glorious dengan 2
kapal perusak pengawalnya Ardent dan Acasta, ditenggelamkan oleh
2 kapal penjelajah tempur Jerman yaitu Gneisenau dan Schamhorst
di perairan Norwegia. Jerman pertama kali menggunakan taktik Wolf
Pack pada serangan kepada konvoi berkode HX72 yang terdiri dari
42 kapal dagang diserang secara bergelombang oleh 4 U-boat,
hasilnya 11 kapal tenggelam dan 2 lainnya rusak berat. 7 U-boat
menyerang konvoi SC7 di perairan Karang Rockall di sebelah barat
Skotlandia. SS Trevisa dan SS Aenos serta 12 kapal sekutu berhasil
di tenggelamkan. U-48 menyergap konvoi SC7 yang tersisa di
wilayah perairan Western Approaches dan menenggelamkan 2 kapal
termasuk tanker Languedoc dan merusak kapal SS Carsbreck. U-
boat melakukan serangan kepada konvoi SC7 yang tersisa dan
menenggelamkan SS Creekirk, SS Empire Brigand, SS Fiscus, SS
Assyrian. Dari 35 kapal konvoi SC7 hanya 12 kapal yang berhasil
sampai ke tujuan. 5 u-boat menyerang konvoi kapal HX79. Dari 49
kapal konvoi tersebut, 12 kapal berhasil ditenggelamkan dan 2
lainnya rusak berat. Sebanyak 10 u-boat menyergap konvoi HX90,

10
Nino Oktorino. Clash of Titans. Kisah-kisah Pertempuran Laut Terbesar dalam Perang Dunia II. Kompas.
2015
11
Nino Oktorino. Clash of Titans. Kisah-kisah Pertempuran Laut Terbesar dalam Perang Dunia II. Kompas.
2015
4

hasilnya 10 kapal tenggelam dan 3 rusak berat. U-99


menenggelamkan HMS Forfar.12
d) Pada tahun 1941, pertempuran Atlantik benar-benar
meningkat pesat ketika U-boat mulai memperluas operasinya lebih
jauh. Laksamana Dönitz, komandan U-boat Jerman,
mengembangkan strategi yang dikenal sebagai 'paket serigala', di
mana U-boat akan mendekati musuh di malam hari. Angkatan Laut
Inggris sebelumnya sangat percaya pada Asdic (bentuk awal sonar)
untuk mendeteksi U-boat yang tenggelam, dan dengan cara ini
mereka dapat melawan ancaman permukaan yang mereka tunjukkan,
tetapi Asdic tidak efektif melawan manuver wolfpack.
e) Pada bulan Maret s.d November 1941, Jerman kehilangan U-
47 saat tengah menyerang konvoi kapal dagang OB293. U-100
dihujani bom dan tenggelam di perairan Tenggara Islandia oleh kapal
HMS Walker dan HMS Vanoc, sedangkan U-99 beserta awaknya
menyerah dan ditangkap. U-110 berhasil menenggelamkan 2 kapal
dagang Inggris, akan tetapi U-110 juga diserang dan ditenggelamkan
oleh HMS Aubretia, HMS Bulldog, dan HMS Broadway. Inggris
berhasil mendapatkan mesin pembawa kode rahasia Jerman yang
dikenal dengan ENIGMA. Kapal tempur Bismarck milik Jerman
berhasil menenggelamkan HMS Hood, sebuah kapal penjelajah
tempur Inggris. Kapal tempur Bismarck diserang HMS King George
V, HMS Rodney HMS Dorsetshire, dan HMS Norfolk. U-81
menyerang dan menenggelamkan Kapal Induk HMS Ark Royal di
sebelah Timur Selat Giblartar. U-331 berhasil menenggelamkan HMS
Barham di perairan Alexandria, Mesir.13
f) Pada Juli 1942, negara Sekutu harus kehilangan 143 kapal
dalam satu bulan terkena torpedo dari U-boat. Selama masa perang
sekitar 3500 kapal dagang dan 175 kapal perang tenggelam
diakibatkan aksi U-boat. Sementara Jerman kehilangan 783 U-boat.
Inggris kemudian menarik U-boat yang akan ditenggelamkan di
perairan laut dalam. Kemudian ditembaki sampai tenggelam baik dari
udara maupun menggunakan torperdo. U-3514 menjadi kapal terakhir

12
Subiakto, Ari. U-Boat: The Battle of the Atlantic. Yogyakarta. 2010
13
Subiakto, Ari. U-Boat: The Battle of the Atlantic. Yogyakarta. 2010
5

yang ditarik. HMS Loch Arkaig, kapal perang kelas fregat ditugaskan
untuk menenggelamkannya.14

Gambar: Battle of Atlantic15

3) Pasca Kejadian
Krisis sebenarnya datang pada awal 1943. Inggris kehabisan bahan
bakar dan jumlah U-boat yang beroperasi meningkat dari 47 menjadi 200.
Senjata terbesar Sekutu menjadi intelijen radio dan kemampuan untuk
mencegat kode Enigma Jerman sehingga manuver U-Boat bisa diantisipasi.
Intelijen menyelamatkan situasi, bersama dengan taktik anti-kapal selam
yang agresif, persenjataan yang lebih baik dan pengembangan pesawat
jarak jauh yang dilengkapi dengan radar.
Pada April 1943, U-boat kesulitan untuk memenangkan
pertempuran.Penghancuran kapal selam Jerman oleh Sekutu pun mulai
meningkat, 45 unit hancur pada bulan April dan Mei. Pimpinan Jerman
memutuskan untuk menghentikan operasi U-boat pada tanggal 23 Mei
1943.16 Pada tanggal 4 Mei 1945, Laksamana Besar Karl Doenitz atas nama
bangsa Jerman akhirnya memutuskan untuk mengakui kekalahannya dan
menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu.

2. Analisa
a. Landasan Pemikiran
Pertempuran laut antara Angkatan Laut Jerman dan Angkatan Laut Inggris
menerapkan taktik operasi laut dari kedua belah pihak yaitu Angkatan Laut Jerman

14
https://news.detik.com/berita/d-4896969/cara-inggris-mengubur-kapal-kapal-selam-nazi/2, diakses tgl 14
Maret 2022. Pukul 20.49 WIB.
15
https://www.canada.ca/en/navy/services/history/naval-service-1910-2010/battle-atlantic-1939-1945.html,
diakses tgl 14 Maret 2022. Pukul 22.14 WIB.
16
https://www.bbc.co.uk/history/ww2peopleswar/timeline/factfiles/nonflash/a1151821.shtml, diakses pada 13
Maret 2021 pukul 09.20 WIB.
6

menggunakan Taktik Operasi Penggunaan/Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan


(PGPLL), sementara Angkatan Laut Inggris menggunakan Taktik Operasi Perlindungan
Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri/kawan (PGPLS), Landasan pemikiran
Pertempuran Laut Atlantik antara Angkatan Laut Jerman dengan Angkatan Laut Inggris
tahun 1940 antara lain:
1) Teori Pengendalian Laut oleh Laksamana Muda Henry E. Eccles,
yang dalam teorinya mengenai pengendalian laut menyatakan bahwa: 17
a) Pengendalian mutlak (absolute control) dimana pihak yang
menguasai laut memiliki kebebasan sepenuhnya untuk menggunakan
laut bagi kepentingan tanpa gangguan pihak lain.
b) Menggunakan pengendalian (exercising control) dimana dalam
kondisi pihak yang mengendalikan laut memiliki kemampuan untuk
menggunakan Sebagian laut tertentu dengan derajat kebebasan yang
tinggi. Pihak lain/lawan juga dapat menggunakan perairan yang sama
tetapi dengan resiko yang besar.
c) Persaingan Pengendalian (disputing control) dimana dalam
kondisi ini kedua pihak yang bermusuhan dapat menggunakan laut
yang sama namun menanggung resiko yang sama besarnya pula.

2) Doktrin TNI Tentang Operasi Laut Gabungan.

Operasi-operasi dalam rangka pengendalian laut dilaksanakan oleh Sistem


Senjata Armada Terpadu TNI AL yang telah diorganisasikan, dilatih untuk
melaksanakan tempur laut secara cepat dan terus. 18

3) Teori Pengelabuan Sun Tzu.


Sun Tzu dalam The Art of War menyatakan bahwa Perang adalah
kepentingan vital bagi negara yang menentukan hidup matinya suatu
bangsa dan mempengaruhi keruntuhan atau kehidupan negara. Dalam
karyanya tersebut, Sun Tzu menyampaikan 13 buah pokok-pokok pikirannya
tentang strategi perang. Di antara ajarannya tersebut, Sun Tzu
mengungkapkan strategi penyerangan dengan “metode langsung”, yakni
untuk memperoleh kemenangan telak dalam pertempuran atau decissive
battle; dan “metode tidak langsung”, di mana kemenangan dapat diperoleh

17
Eccles, Henry. E. Logistic in the National Defense. Harrisburg, Pennsylvania. The Stackpole Company.
1959. 12
18
Doktrin Operasi Laut Gabungan, Kep Panglima TNI Kep/260/IV/2013 tanggal 5 April 2013 tentang Doktrin
TNI Operasi Laut Gabungan
7

dengan melakukan penipuan/penyesatan atau dengan pendadakan. Strategi


penipuan/ penyesatan19. dari seni berperang yang disampaikan Sun Tzu ini
akan digunakan dalam membahas strategi Angkatan Laut Jerman dalam
Penggunaan/Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan (PGPLL) Inggris
dan Angkatan Laut Inggris dalam Perlindungan Pertahanan Garis
Perhubungan Laut Sendiri/kawan (PGPLS).

4) Teori Sea Power.


Teori ini dikemukakan oleh A.T. Mahan yaitu apabila kekuatan-
kekuatan itu diberdayakan, maka akan meningkatkan Kesejahteraan dan
Keamanan Negara. Sebaliknya bila kekuatan-kekuatan itu kurang
diberdayakan, akan berakibat sangat merugikan negara atau meruntuhkan
bangsa tersebut.20

5) Teori Command of the Sea.


Tujuan dari Perang Laut menurut Sir Julian Corbett adalah command
of the sea dalam bentuk pengendalian laut (sea control) dengan metode:
Mengamankan penguasaan laut yang dilakukan manakala kekuatan sendiri
lebih besar atau lebih unggul dibandingkan kekuatan lawan dalam upaya
menjamin kelangsungan penguasaan laut. Mempertikaikan penguasaan laut
yang dilakukan ketika kekuatan sendiri tidak cukup untuk menjamin
dilaksanakannya penguasaan mutlak sehingga dilakukan cara untuk
mengulur waktu dengan jalan mempertentangkan. Menggunakan
penguasaan laut yang dilaksanakan untuk mengendalikan jalur-jalur
perhubungan laut.21

b. Pembahasan
1) Dalam Teori Pengendalian Laut oleh Laksamana Muda Henry E.
Eccles, Jerman dan Inggris berupaya menguasai jalur laut untuk menguasai
alur pelayaran dalam mendistribusikan keperluan logistiknya. Jerman dan
Inggris melaksanakan operasi laut yaitu dengan melaksanakan Operasi
Perlindungan Garis Perhubungan Laut Lawan (PGPLL) dan Operasi
Perlindungan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS). Pentahpan jenis
operasi tersebut adalah sebagai berikut:22
19
Roger T. Ames, Sun Tzu: The Art of Warfare, (Batam: Lucky Publisher, 2002), 109.16
20
A.T.Mahan Then Influence of Sea Power Upon History 1660-1783, Dover Publication INC, New York
1987.Hal 12.
21
Julian S Corbett, Some Principles of Maritime Strategy, (London : Conway Maritime Press, 1972), hal 168
22
Seskoal. Paket Instruksi Dikreg Seskoal MP Sea Power. Jakarta: 2018.
8

a) Tahap Perencanaan
Pada tahun 1935 Hitler mengabaikan Perjanjian Versailles dan
menunjuk Laksamana Karl Doenitz sebagai Panglima Armada Kapal
Selam U-Boat Jerman. Laksamana Doenitz pun Menyusun beberapa
konsep, yaitu:
(1) Memformulasikan teorinya dengan menghitung berapa
banyak “tonase kapal” yang harus ditenggelamkan agar
memberi efek serius bagi perekonomian Inggris.
(2) Merencanakan satu taktik dan strategi baru untuk
mengalahkan system pertahanan kapal yang bergerak dalam
kanvoi yaitu metode “Wolf Pack”.

Sesuai dengan Doktrin Operasi PGPLL dalam tahap


perencanaan operasi, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
(1) Jalur Garis Perhubungan Laut Lawan (GPLL) adalah
jalur yang paling penting dan mudah diganggu. Jerman
melaksanakan penilaian terhadap jalur perhubungan laut
Inggris, dimana Jerman mengamati dimana yang paling sering
digunakan untuk menggeser keperluan logistiknya. Dalam hal
ini Jerman memutuskan untuk memilih Jalur perhubungan laut
Inggris yang melalui laut Atlantik sebagai jalur GPLL yang
paling penting dan mudah diganggu, karena hampir rata-rata
seluruh kebutuhan Inggris menggunakan jalur ini.
(2) Kesatuan-kesatuan pokok Inggris yang melindungi
Angkutan Lautnya. Jerman awalnya melihat Angkutan Laut
Inggris yang beroperasi bergerak secara individual, sehingga
saat itu Hitler tidak terlalu memperhatikan akan pentingnya
membesarkan kekuatan armada kapal selamnya. Hal ini
bertentangan dengan Laksamana Doenitz yang sejak awal
sudah memperhatikan bahwa dengan medan operasi seperti
Atlantik unsur yang paling efektif adalah kapal selam.
(3) Daerah-daerah pengembangan, serta jangka waktu
yang dibutuhkan guna pengembangan kapal serta kesatuan-
kesatuan laut, terutama kapal selam. Pasca kekalahan dalam
Perang Dunia I (PD I) dan pada permulaan Nazi berkuasa,
pembangunan Angkatan laut Jerman dipandang sebekah
9

mata, secara diam-diam Jerman telah membuat kapal selam


mini, U-boat. Proyek rahasia itu dikerjakan di Kawasan
Finlandia, Spanyol. Pada saat awal pertempuran Jerman
hanya memiliki 57 armada U-boat, jauh dari total U-boat yang
diajukan Laksamana Doenitz yaitu 300 U-boat.
(4) Membangun pangkalan bagi kesatuan-kesatuan yang
mempunyai jarak capai (aksi radius) yang pendek. Setelah
membangun pangkalan U-boat di Pelabuhan-pelabuhan
dengan jarak yang dekat, Laksamana Donietz segera
memindahkan pangkalan armada U-boat kesana.

b) Tahap Pelaksanaan
Perang Atlantik merupakan kampanye militer yang berlangsung
dengan periode paling lama dalam sejarah PD II. Perang ini dimulai
pada tahun 1939 sampai kekalahan Jerman pada tahun 1945.
Terdapat tiga fase utama dalam Perang Atlantik yang membawa
kejayaan kepada armada U-boat, yaitu:
(1) Pertempuran 3 September 1939 s.d tahun 1940. Aksi
serangan U-boat pada periode ini meliputi bagian Pantai Barat
hingga menghampiri perairan Inggris. Sejak Juni hingga
Oktober 1940, telah lebih dari 270 kapal Sekutu tenggelam
akibat serangan dari U-boat yang mengembangkan taktik
“Wolf Pack”.
(2) Pertempuran 17 September 1939 di perairan Atlantik
Timur. HMS Courageous tenggelam setelah ditembak U-29
pada pertempuran ini. Akibat tenggelamnya kapal induk HMS
Courageous ini, mendesak pihak Angkatan Laut Inggris untuk
menarik 3 kapal induknya yang masih tersisa di selat Channel.
Sejak itu kapal induk Inggris tidak ada lagi yang berani terlihat
bebas berkeliaran di perairan Laut Atlantik selama 4 tahun.
(3) Pertempuran 14 Oktober 1939 di pangkalan Scapa
Flow. Kapal Selam Jerman U-47 berhasil menenggelamkan
HMS Royal Oak di pangkalan Inggris, Scapa Flow. Jerman
melaksanakan Operasi Penghancuran Kekuatan Armada
Lawan (PKAL) di pangkalan musuh. Sejak inilah pandangan
Hitler terhadap kekuatan armada U-boat berubah seketika.
10

Hitler menyadari bahwasannya kapal selam sangat penting


dalam melaksanakan serangan terhadap kekuatan armada
laut Inggris dengan factor keberhasilan yang tinggi.
(4) Pertempuran Oktober 1939 s.d Maret 1940. Armada U-
boat berhasil mengepung wilayah Kepulauan Inggris dengan
menebar ribuan ranjau di setiap perairan pintu masuk
Pelabuhan penting Inggris. Peranjauan tersebut telah
membuahkan hasil dengan tenggelamnya 115 kapal hanya
kurang dari 6 bulan akibat terkena ranjau. Operasi peranjauan
ini merupakan bagian dari pelakasanaan operasi PGPLL
Jerman terhadap Inggris. Hal ini juga membuktikan bahwa
Jerman telah melaksanakan Sea Denial terhadap kekuatan
Inggris di wilayah kedaulatan musuhnya sendiri.

c) Tahap Pengakhiran
Pertempuran dengan menggunakan kapal selam yang
dirancang oleh Doenitz menjadi semakin mahal bagi pihak Jerman
untuk terus dilanjutkan. Hingga pada tanggal 8 Mei 1945, Jerman
menyerah kepada Inggris maka Laksamana Doenitz memerintahkan
kepada seluruh armada U-boat nya untuk ditarik dan menghentikan
perlawanan serta berlayar menuju Pelabuhan Sekutu.

2) Doktrin Operasi Laut Gabungan. Operasi-operasi dalam rangka


pengendalian laut dilaksanakan oleh Sistem Senjata Armada Terpadu TNI
AL yang telah diorganisasikan, dilatih untuk melaksanakan tempur laut
secara cepat dan terus menerus. Apabila tugas yang dihadapi dalam rangka
pengendalian laut itu tidak dapat dilaksanakan secara mandiri oleh kekuatan
TNI AL melalui sistem senjata armada terpadu, maka diselenggarakan
Operasi Laut secara gabungan yang unsurnya terdiri dari Satuan Laut TNI
AL dan Satuan Tugas Udara (Satgasud), TNI Angkatan Laut memiliki
tanggung jawab menggelar berbagai jenis operasi laut, salah satu
diantaranya adalah Operasi Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan
(PGPLL). Operasi PGPLL dilaksanakan dalam rangka pengendalian laut
guna menjamin penggunaan laut untuk kepentingan sendiri dan mencegah
penggunaan laut oleh lawan atau untuk kepentingan lawan, Dalam Doktrin
Operasi Laut Gabungan yang salah satunya termasuk Operasi Pemutusan
11

Garis Perhubungan Laut Lawan (PGPLL) yang bertujuan memutus segala


aktivitas pelayaran musuh sehingga akan berdampak menurunnya
dukungan logistic musuh secara drastic. Doktrin ini telah diterapkan oleh
pihak Jerman dengan mengerahkan kekuatan U-boat dan pesawat
udaranya secara maksimal guna melaksanakan PGPLL terhadap lintas
pelayaran dari/menuju Inggris yang merupakan negara dari pihak sekutu.

3) Teori Pengelabuan Sun Tzu. Teori ini juga merupakan salah satu
Operasi Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan (PGPLL) yang
bertujuan untuk mengelabui pihak musuh dan masuk ke wilayah Inggris
dengan penyamaran sebagai kapal dagang bersenjata. Dalam perang
Atlantik, Jerman memiliki ”Secret Raider” atau pembajak rahasia. Kapal ini
bertugas sebagai kapal dagang, kapal pengangkut barang yang telah diberi
senjata dan torpedo. Meskipun kapal dagang, secret raider telah berhasil
mengaramkan hamper tiga kali lebih banyak tonase perkapalan dagang
Sekutu. Hal ini sesuai dengan teori pengelabuan Sun Tzu dalam pelaksaan
PGPLL.

4) Teori Sea Power.


Teori ini dikemukakan oleh A.T. Mahan yaitu apabila kekuatan-
kekuatan itu diberdayakan, maka akan meningkatkan Kesejahteraan dan
Keamanan Negara. Sebaliknya bila kekuatan-kekuatan itu kurang
diberdayakan, akan berakibat sangat merugikan negara atau meruntuhkan
bangsa tersebut.23

5) Teori Command Of The Sea oleh Sir Julian Corbett.


Teori tersebut diterapkan dalam bentuk pengendalian laut dengan
metode mengamankan penguasaan, mempertikaikan penguasaan serta
menggunakan penguasaan yang dilaksanakan untuk mengendalikan jalur-
jalur perhubungan laut. 24 Sejalan dengan pengerahan patroli rutin dari
kekuatan laut U-Boat Jerman ke titik-titik strategis di Laut Atlantik serta
patroli pesawat udara Jerman dari pangkalan Jerman di Perancis guna
mempertahankan penguasaan di laut yang sudah diraih.

23
A.T.Mahan Then Influence of Sea Power Upon History 1660-1783, Dover Publication INC, New York 1987.Hal 12.
24
Julian S. Corbett, England In The Seven Years War, Pickle Partner Publishing, England 2011 Chapter 2
12

Pada pertempuran Samudera Atlantik merupakan pertempuran kekuatan


Angkatan Laut Inggris dengan Jerman. Strategi yang digunakan Inggris yaitu
Perlindungan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS). Jerman menggunakan
strategi Operasi Penggangguan/Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan
(PGPLL), dilihat dari asas dan prinsip PGPLL sebagai berikut :

1) Asas-asas
a) Tujuan. Operasi PGPLL dilaksanakan secara terukur,
mengarah pada pencapaian tujuan sesuai pentahapan dan sasaran
yang jelas serta realistis. Jerman, berharap untuk menggagalkan
penggunaan Atlantik oleh Sekutu untuk berperang dengan strategi
PGPLL. Sementara tujuan negara-negara Sekutu yang di dalamnya
termasuk Inggris yaitu untuk blokade kekuatan Poros di Eropa,
keamanan pergerakan laut Sekutu, dan kebebasan untuk
memproyeksikan kekuatan militer di seberang lautan lebih tepatnya
strategi PGPLS.
b) Pemusatan kekuatan. Pemusatan kekuatan dalam
melaksanakan tugas pokok perlu adanya pemusatan kekuatan pada
tempat dan waktu yang menentukan. Penerapan asas ini oleh pihak
Jerman adalah pengerahan kekuatan U-boat Jerman yang
dipusatkan pada jalur pelayaran dari/menuju negara Inggris sehingga
dapat memutus jalur logistic Inggris.
c) Kerja Sama. Operasi PGPLL membutuhkan adanya interaksi
dan koordinasi antarunsur-unsur yang terlibat dalam melaksanakan
kegiatan sehingga tercapai hasil upaya yang optimal. Operasi
dilaksanakan secara terpisah menurut sasaran, tempat dan waktu,
oleh berbagai macam kesatuan. Dengan demikian membutuhkan
interoperabilitas antara kesatuan dalam melaksanakan perencanaan
maupun pelaksanaan kegiatan untuk memperoleh kemenangan.
Kerjasama diterapkan oleh pihak Jerman dengan mengerahkan
pesawat udaranya untuk meng-cover kekuatan laut kapal selam U-
Boat dalam menyerang kekuatan laut Inggris dan Sekutunya.
d) Pendadakan. Tindakan pendadakan dilaksanakan dengan
memper-timbangkan faktor waktu, tempat dan cara-cara yang tidak
diharapkan oleh musuh sehingga dapat mengubah imbangan daya
tempur. Penerapan taktik Wolfpack oleh U-Boat Jerman yang
13

menggunakan pendadakan terhadap kekuatan laut negara Inggris


selama masa peperangan Atlantik menjadi asas yang utama untuk
mendapatkan keunggulan di laut karena pendadakan dapat merubah
perimbangan kalkulasi daya tempur.
e) Ofensif. Keberhasilan tidak dapat dicapai tanpa aksi
ofensif, oleh karena itu ofensif sangat penting untuk mewujudkan
keberhasilan. Penyerangan secara ofensif senantiasa dilakukan oleh
pihak Jerman dengan menggunakan U-boat nya guna
mempertahankan Command of the Sea di Laut Atlantik.
f) Kesatuan Komando. Diperlukan untuk memperoleh
kecepatan, kepastian dan keterpaduan dalam melaksanakan
koordinasi komando.
Operasi laut terikat pada satu tujuan serta pembagian/pemisahan
dalam sasaran, ruang dan waktu sehingga diperlukan pengendalian
terpusat dan desentralisasi pelaksanaan. Pihak Jerman Pada
peperangan Atlantik dipimpin langsung oleh Laksamana Karl Doenitz
yang mengendalikan dari markasnya di Lorient, Perancis sebagai
komando utama peperangan.
g) Keunggulan Moril. Keunggulan moril merupakan faktor
penentu keberhasilan tugas, dilandasi motivasi yang kuat, semangat
juang yang pantang menyerah, hubungan antara atasan dan
bawahan yang kohesif, latihan yang keras, dukungan yang memadai
dan prosedur operasional yang jelas. Moril pasukan Jerman yang
selalu tinggi mendukung keberhasilan serangan U-Boat terhadap
kekuatan laut negara Inggris. Para pemimpin jerman selalu
menggunakan radio dan film sebagai media dalam penyampaian
pesannya untuk menguatkan moril pasukannya.25
h) Ekonomis. Dalam Operasi PGPLL harus dipertimbangkan
penggunaan kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus
diperhitungkan dengan cermat, efektif dan efisien sehingga pada
tempat yang tepat dapat dikerahkan kekuatan secara tepat dan
menentukan. Dalam operasi laut harus dipertimbangkan penggunaan
kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus diperhitungkan
dengan cermat, sehingga pada tempat yang tepat dapat dikerahkan
25
https://www.liputan6.com/news/read/52503/perang-mulut-atas-nama-perang, diakses pada 14 Maret 2022
pukul 19.10 WIB
14

secara tepat guna dan menentukan. Pembagian pengerahan U-Boat


oleh pihak Jerman ke beberapa titik vital secara prioritas merupakan
penerapan dari asas ekonomis ini.
i) Kekenyalan. Tanggap terhadap setiap perkembangan
keadaan dan setiap perubahan, untuk selanjutnya diadakan
penyesuaian yang tepat. Pihak jerman selalu mewaspadai dinamika
dalam peperangan Atlantik, baik terhadap jumlah kekuatan Inggris
yang dihadapi maupun perubahan cuaca di Laut Atlantik yang turut
mendukung keberhasilan operasi.
j) Kerahasiaan. Operasi PGPLL senantiasa mengutamakan
faktor kerahasiaan dalam upaya mencapai sasaran tugas yang
diharapkan. Kerahasiaan merupakan faktor yang sangat penting
dalam setiap pertempuran. Siapa yang dapat menciptakan
kerahasiaan dengan baik, maka akan diperoleh keunggulan dalam
bertindak. Untuk memperoleh kerahasiaan, Jerman menggunakan
taktik Wolfpack yang diterapkan oleh U-Boat Jerman, yaitu bergerak
secara rahasia mendekati konvoi kapal Inggris kemudian secara
sporadis menyerang dengan memaksimalkankemampuan
senjatanya.
k) Informasi. Memonitor setiap perkembangan dan situasi serta
kondisi yang aktual dan melaporkan informasi secara dini,
mempercepat penyesuaian terhadap setiap perubahan. Informasi U-
Boat didapat dari komunikasi radio dengan pengulangan pada
frekuensi yang sangat rendah untuk memastikan penerimaan. Baik
metode "Broadcast" atau "Intercept" digunakan untuk mengirimkan
lalu lintas berita/informasi ke U-boat. Sejumlah besar sirkuit dirancang
untuk melayani semua area di mana U-boat beroperasi, terdiri dari
sirkuit U-boat reguler, sirkuit konvoi, dan sirkuit khusus. Selain sistem
komunikasi antara kontrol dan kapalnya, frekuensi menengah
digunakan untuk kerja sama U-boat satu sama lain, dengan kapal
permukaan, dan dengan pesawat, terutama untuk tujuan hoping
sehingga dapat memperkaya informasi pada setiap kapal, dengan
banyaknya informasi maka akan mudah memperoleh data untuk
menentukan keputusan dalam operasi.
15

l) Administrasi. Administrasi berarti menyediakan segala


kebutuhan logistic dan material diperlukan secara tepat sehingga
satuan tempur dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif. Asas ini
diterapkan dengan baik oleh pihak Jerman, dimana mereka pada
awal peperangan memproduksi kapal selam secara rahasia dan
besar-besaran, guna mempersiapkan menghadapi peperangan di
Laut Atlantik melawan pihak Sekutu, termasuk Inggris di dalamnya.
m) Manfaat. Selama masa damai, kekuatan yang dimiliki
dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas membantu
kelancaran pembangunan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat,
dengan tidak mengorbankan kepentingan dinas. Hal ini sejalan
dengan tujuan dari pihak Jerman untuk melaksanakan invasi di
wilayah Eropa pada masa perang Atlantik. Dimana mereka ingin
mencapai kejayaan bagi bangsanya, yang nantinya akan
melaksanakan pembangunan dan meningkatkan perekonomian bagi
negaranya.

2) Prinsip-prinsip
a) Perencanaan Terpadu. Perencanaan Operasi PGPLL harus
terpadu agar pelaksanaan Operasi PGPLL tidak menyimpang dari
rencana operasi. Laksamana Karl Doenitz menggunakan Taktik Wolf
Pack karena dia tahu bahwa Angkatan Laut Inggris adalah Armada
Laut terkuat di dunia saat itu yang terdiri dari banyak kapal Battleship
dan Cruiser sehingga sangat sulit menghadapi kemampuan Inggris
tersebut jika berhadapan secara terbuka. Oleh karena itu Doenitz
sukses menghancurkan armada kapal dagang Sekutu dengan taktik
kapal selam modern yang dikembangkannya.
b) Fleksibel. Operasi PGPLL harus dapat menyesuaikan
dengan perubahan situasi dan kondisi serta dinamika operasi yang
dihadapi. Armada U-Boat menggunakan taktik berlayar pada malam
hari dengan muncul di permukaan guna menghindari terdeteksi oleh
peralatan Sonar (ASDIC) oleh kapal-kapal Inggris, dikarenakan
kekuatan ASDIC hanya sejauh 1500 yard dan tidak dapat mendeteksi
gema kapal yang berada di permukaan laut. Tindakan tersebut
merupakan fleksibelitas yang efektif untuk menghindari deteksi oleh
sonar kapal perang Inggris perubahan situasi dan kondisi tersebut
16

merupakan dinamika yang harus di siasati untuk mendapatkan


keunggulan bagi U-Boat.
c) Koordinasi Ketat. Koordinasi yang ketat mutlak diperlukan
untuk mendukung perencanaan terpadu, pelaksanaan dan
pengendalian Operasi PGPLL. Koordinasi ketat dilakukang dengan
menggunakan alat komunikasi antara U-Boat dengan pesawat udara
dan kapal atas air guna meningkatkan keterpaduan.
d) Keunggulan Udara. Keunggulan udara mutlak diperlukan
untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan Operasi PGPLL.
Pesawat-pesawat udara Jerman ditempatkan di Bandara udara yang
berada di sepanjang wilayah barat Perancis yang sudah dikuasai
Jerman sehingga memberikan jarak jangkau dan endurance cukup
dibandingkan dengan terbang dari wilayah Jerman. Pesawat udara
sangat membantu U-Boat dalam menghancurkan kapal-kapal dagang
Inggris dan Sekutu, meskipun memiliki keterbatasan wilayah operasi
dan tidak dapat meng-cover seluruh wilayah Atlantik utara.
e) Kehandalan Komunikasi. Komunikasi yang handal sangat
diperlukan dalam menunjang penyelenggaraan Operasi PGPLL.
Perhatian utama dari layanan komunikasi Jerman adalah menjaga
kontak antara Komando dan U-boat tanpa menawarkan kesempatan
yang terlalu baik untuk lalu lintas intersepsi oleh Sekutu. Perhatian
yang tepat untuk disiplin radio terbukti dalam lalu lintas setiap saat.
Selama periode tersebut, pembatasan dan pengawasan penggunaan
radio menjadi lebih ketat. Hal; tersebut dilakukan untuk menjaga
kerahasiaan komunikasi.

3. Hal-hal Positif dan Negatif.


a. Hal-hal Positif
Pertempuran antara Jerman dan Ingris di Samudera Atlantik dapat diambil
manfaatnya berupa hal-hal positif, yaitu sebagai berikut :
1) Jerman
a) Jerman mempunyai kemampuan intelijen yang bagus
sehingga bisa mendapatkan informasi yang akurat tentang letak dan
kelemahan Scapa Flow yang menjadi Pangkalan Angkatan Inggris
yang sangat ketat sehingga kapal selam U-boat Jerman bisa
menyusup masuk dan menembak kapal perang “HMS Royal Oak”.
17

b) Jerman sangat tepat menggunakan taktik dan mengoptimalkan


kekuatan kapal selam U-boat dalam Perang Atlantik ini. U-boat
tersebut sangat efektif dalam melaksanakan serangan-serangan yang
mampu memberikan efek pendadakan dalam operasi penuh
kerahasiaan, sehingga tujuan dari Operasi PGPLL yang dilaksanakan
Jerman pun dapat dicapai dengan baik.
c) Pertempuran Atlantik benar-benar meningkat pesat ketika U-
boat mulai memperluas operasinya lebih jauh setelah
mengembangkan strategi yang dikenal sebagai 'paket serigala', di
mana U-boat akan mendekati musuh di malam hari. Penggunaan
asas kerahasiaan, pendadakan, informatif, ofensif dan kerjasama
meningkatkan keberhasilan.
2) Inggris
a) Mempunyai kekuatan armada Angkatan Laut besar yang
berada di sekitar perairan Atlantik utara yang siap di Gerakan untuk
melaksanakan penyerangan.
b) Kemampuan Inggris dalam mengendalikan dan melaksanakan
komunikasi dengan kapal dagang sebagai informasi intelijen sangat
mendukung dalam peperangan.

b. Hal-hal Negatif
Pertempuran antara Jerman dan Ingris di Samudera Atlantik memiliki rekam,
berupa hal-hal negatif, yaitu sebagai berikut :
1) Jerman
a) Enigma, mesin sandi yang ada di kapal selam U-boat jatuh
ketangan Inggris, sehingga jalur lalu lintas komunikasi radio Jerman
menjadi sangat terbuka bagi Inggris yang menyebabkan posisi dai=ri
U-boat diketahui oleh Inggris.
b) Pada awal pertempuran banyak torpedo U-boat yang tidak
berfungsi dengan baik diakibatkan tidak adanya pengkajian terlebih
dahulu, sehingga banyak momen penyerangan yang berakhir sia-sia.
c) Jumlah alutsista Jerman yang mengcover Atlantik bagian
selatan yang luas mengalami kendala sehingga kurang efektifitas dan
kurang cepat dalam coverage area.
d) Tidak adanya pangkalan dalam melaksanakan perbaikan kapal
Jerman yang rusak diakibatkan jauhnya pangkalan utama Jerman.
18

2) Inggris
a) Tidak sampainya perintah dari Laksamana Holland kepada
Laksamana Walker sehingga terjadi kesalahan dalam memperkirakan
kemampuan musuh sehingga Inggris mengalami kekacauan.
b) Terbatasnya jumlah bahan bakar armada Inggris sehingga
upaya pencarian dan penghancuran Bismarck banyak menemui
kendala tetapi akhirnya Bismarck dapat dihancurkan.

4. Manfaat yang dapat Diambil bagi TNI AL. Beberapa manfaat yang dapat
diambil bagi TNI AL dalam pertempuran laut antara Inggris dengan Jerman di Laut
Atlantik Utara Tahun 1941 diantaranya adalah :

a. Aspek Edukatif
1) Perkembangan teknologi persenjataan yang sangat cepat selama
Perang Atlantik dari pihak Jerman maupun Inggris memberikan pelajaran
bahwasanya teknologi sangat dibutuhkan dalam suatu peperangan.
2) Salah satu cara untuk dapat melemahkan kemampuan lawan di
medan pertempuran adalah dengan penghancuran/pemutusan garis
perhubungan laut lawan dan menghancurkan pengiriman logistik lawan
sehingga lawan sulit mengembangkan strategi dan taktik karena kekurangan
logistik dan perbantuan.
3) Operasi Laut memerlukan dukungan alutsista dan peralatan modern
dengan teknologi canggih untuk mencipatakan keunggulan atas musuh
serta membantu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam operasi.
4) Pentingnya pengamanan dan penggunaan teknologi komunikasi
radio yang memiliki kemampuan enkripsi tinggi sehingga sulit untuk di sadap
oleh pihak lawan.

b. Aspek Ispiratif. Mengkaji masalah pertempuran laut antara Inggris


dengan Jerman di Laut Atlantik Utara tahun 1941 diantaranya adalah :
1) Operasi PGPLL merupakan wujud keberhasilan Jerman dengan
berhasilnya menenggelamkan sejumlah kapal dagang sipil milik Inggris di
lautan bebas menginspirasi bahwa strategi PGPLL utama untuk dipelajari
bagi generasi TNI AL.

2) Operasi PGPLL yang dilaksanakan oleh Jerman dengan


mengandalkan kekuatan U-Boat dengan berbagai taktiknya memberikan
19

inspirasi bahwa strategi perang gerilya dapat juga diterapkan dalam


peperangan di medan laut.

3) Operasi PGPLL merupakan bagian dari operasi pengendalian laut


yang membutuhkan suatu perencanaan yang baik. Perencanaan operasi
harus memperhatikan prinsip-prinsip operasi perang laut, antara lain : yaitu
teguh pada tujuan, kesatuan komando, pemusatan kekuatan, pendadakan,
kekenyalan, mobilitas, kerahasiaan, dan kerjasama. Pelaksananaan operasi
PGPLL memerlukan perencanaan yang jauh ke depan dengan keterpaduan
strategi, taktik dan logistik yang didukung kemampuan intelijen, komando
dan kendali yang jelas, tegas dan sederhana. Hal tersebut menginspirasi
perlunya pedoman latihan dan operasi PGPLL yang detile dan uptudate dan
sarana berlatih yang modern sehingga dapat mengasah naluri Perwira TNI
AL dalam operasi PGPLL mampu merencanakan dan menyelenggarakan
taktik tersebut.

c. Aspek Instruktif
1) Kekalahan armada U-boat milik Jerman oleh kecanggihan teknologi
dan persenjataan kapal perang Inggris memberi pelajaran bahwasannya
strategi perang yang tidak berkembang akan mudah untuk dikalahkan.
Sehingga perlu adanya pengembangan taktik anti kapal selam dalam
pertempuran laut dan di laksanakan Latihan pada personel kapal selam.
2) Bocornya sandi enigma Jerman karena kecerobohan ABK kapal
selam menyebabkan kekalahan pihak Jerman di kemudian hari. Belajar dari
hal tersebut, TNI AL harus melaksanakan Tindakan pengamanan baik
personel, material, dan dokumen sesuai prosedur pengamanan yang telah
ditetapkan mulai dari preventif sampai pada Tindakan penghancuran
dokumen.
3) Untuk melakukan suatu pertempuran yang besar dan menetukan
diperlukan SDM yang menguasai kemampuan teknologi dan taktik untuk itu
hendaknya seluruh Prajurit TNI AL mau mengisi diri dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan profesionalisme ilmu
kemiliteran.
4) Efek dan peranan kapal selam dalam operasi PGPLL oleh pihak
Jerman sangat besar, maka perlu bagi TNI AL untuk meningkatkan
20

kemampuan alutsista khususnya kapal selam sebagai senjata strategis


pertahanan laut.

5. Penutup.
a. Kesimpulan.
1) Jerman mengoptimalkan kemampuan kapal selam U-boat nya karena
menyadari kekuatan lautnya lebih lemah jika dibandingkan dengan kekuatan
laut yang dimiliki oleh Sekutu. Operasi PGPLL yang dilaksanakan oleh
Jerman dengan mengandalkan kekuatan U-boat yang di awal peperangan
berhasil memberikan tekanan terhadap kekuatan laut negara Inggris,
meskipun pada akhir peperangan Jerman berhasil dikalahkan oleh Sekutu.
2) Jerman mengalami kekalahan pada PD II disebabkan oleh kurangnya
upaya pengembangan teknologi persenjataan dan taktik kapal selam dari U-
boat yang dimiliki Jerman. Inggris berhasil mengevaluasi taktik pertempuran
Jerman dan mengembangkan teknologi persenjataan kapal perang yang
lebih modern disbanding Jerman sehingga dapat memenangkan
pertempuran.
3) Strategi Wolfpack yang di lakukan oleh Laksamana Donitz,
komandan U-boat Jerman pertempuran Atlantik benar-benar meningkatkan
keberhasilan operasi dengan pesat sehingga mampu memperluas
operasinya lebih jauh. Keunggulan manuver dengan taktik wolfpack dapat
mengatasi Asdic (sonar) pendeteksi U-boat pada saat di dasar laut dan
dengan taktik manuver tersebut U-Boat dapat melawan ancaman
permukaan.
4) Penerapan asas dan prinsip dalam operasi PGPLL sangat diperlukan
dalam pelaksanaanya agar mendapatkan keunggulan dan kemenangan
pertempuran seperti yang diharapkan.

b. Saran
1) Perlunya TNI AL untuk meningkatkan alutsista khususnya kapal
selam sebagai senjata strategis pertahanan di laut. Disamping itu juga perlu
adanya peningkatan kemampuan AKS baik pada KRI maupun pesawat
udara yang digunakan dalam operasi PGPLL/PGPLS.
2) Perlunya TNI AL untuk meningkatkan kemampuan SSAT sesuai
perkembangan jaman saat ini dalam menghadapi segala bentuk ancaman
yang dating agar dapat menguasai laut didukung oleh kekuatan armada
21

yang besar, kuat, professional dan solid.


3) Perlunya peningkatan kualitas SDM yang profesional terkait taktik,
strategi dan teknologi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas belajar dan
kursus-kursus yang diselenggarakan TNI AL saat ini.
22

Anda mungkin juga menyukai