Batuan Beku
Batuan Beku
PENDAHULUAN
Magma terbentuk dalam mantel dan kerak bawah (lower crust). Keluar ke
permukaan karena memiliki berat jenis lebih ringan (lebih tidak padat) or less
denser dari batuan sekitarnya. Magma dapat mengalami kritasilasi secara parsial
(sebagian) ataupun secara keseluruhan pada kedalaman yang bervariasi dalam
kerak, atau dapat mengalami kristalisasi dekat permukaan bumi. Atau secara
sederhana produk dari kristalisasi magma adalah batuan beku. Ketika magma
mendekati permukaan dan berhenti kemudian, akan membentuk batuan volkanik.
Sementara yang terbentuk di kedalaman dan mengalami kristalisasi disana akan
membentuk batuan plutonik.
Asal mula dari batuan dengan mengetahui proses kristalisasinya selama erupsi
volkanik berlangsung dapat mudah dipahami melalui hubungan-hubungan yang
umum dijumpai. Sebagai contoh geologist dapat memahami proses yang terjadi
saat kristalisasi tanpa perlu harus mengamati langsung bagaimana magma itu
mengkristal membentuk batuan. Cukup dari data singkapan batuan beku yang
sudah terbentuk untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut. Tapi banyak pertanyaan
akan muncul. Bagaimana batuan beku ini dapat dikenali? Bagaimana membedakan
satu jenis batuan beku dan lainnya?? Dan bagaimana proses kristalisasi terjadi?
Jawaban untuk pertanyaaan ini dapat diperoleh melalui: (1) observasi lapangan dari
hasil erupsi volkanik yang telah ada (present is the key to the past), (2) pengamtan
lapangan terhadap ciri yang hadir dari batuan beku yang ada, (3) studi laboratorium
terhadap mineralogi dan tekstur dari batuan beku, (4) analisis kimia dari batuan
beku, (5) studi laboratorium dari proses kimia dan perilaku kristalisasi saat melt
(kondisi leburan dimana seluruh fase kristal masih cair), (6) aplikasi dari pemikiran
induktif dan deduktif.
Batuan beku diketahui, dideskripsi, diberi nama, dan diklasifikasi berdasarakan
struktur, tekstur, dan komposisi. Komposisi termasuk kedalam komposisi mineral
dan kimia. Tekstur adalah karakter fisik dari batuan, termasuk ukuran, bentuk
orientasi, dan distribusi dari butir dan hubungan antar butir. Struktur adalah ciri
(feature) yang hadir pada batuan, yang lebih besar dari grain, holes, fracture, atau
kesluruhan massa dari batuan. Tekstur dan struktur dari batuan beku berguna untuk
membedakan batuan beku dan batuan lainnya.
PENGENALAN BATUAN BEKU
Pengenalan batuan beku secara umum dimulai dilapangan. Terdapat struktur
batuan yang dikenali dilapangan dapat menjadi petunjuk proses petrogenesis. Juga
dilapangan, lup digunakan untuk mengamtai mineral dantekstru batuan.
Setelahnya, studi laboratoriaum, termasuk pengamatan mineral dan tekstur melalui
mengalami kompaksi karena berat material yang berada diatasnya dan secara lokal
kadang mengalami pemaanggangan (welded) akibat panas yang hadir saat aliran.
Pyroclastic sheet dapat hadir dalam satu unit unggal karena mengalami pendingian
pada satu waktu (single cooling unit) atau memiliki set unit ketebalan karena
mengalami sejarah pendinginan yang komplek (composite cooling unit).
Composite cone, atau stratovolkano, sesuai namanya berisi layer dari material
piroklastik dan lava. Memiliki lereng yang curam dan membentuk cone (kerucut)
gunung api. Batuan yang mengisi composite cone terdiri dari kelompok silica poor
(basalt), batuan intermediet (contohnya andesit), hingga batuan tipe asam kaya
silica (ryolith). Contoh endapanya diantaranya di cascade range California banyak
dijumpai di island arc.
Caldera merupakan depresi circular yang besar hasil dari erupsi yang diikuti dengan
collapse dari suatu struktur volcanic (Howell Williams, 1941). Uplift yang terjadi
setelahnya di pusat dome dapat terjadi, dan caldera tipe ini dikenal dengan
resurgent caldera, contohnya di Crater lake, Oregon, New mexico atau gunung
Krakatau Indonesia. Adapun Crater (kawah) juga merupakan depresi, tapi merpakan
hasil dari aktivitas erupsi langusng dari suatu gunung api tapi namun tidak diikuti
dengan collaps. Dari ukurannya crater lebih kecil dari caldera, dengan radius kurang
dari 1 km.
Pyroclastic cone, juga dikenal dengan istilah cinder cone, bentuknya lebih kecil, dan
memiliki sayap yang curam tersusun oleh sebagian besar piroklast (material
piroklastik) dari berbagai ukuran, dengan atau sedikit atau tanpa lava. Kerucut kecil
ini berasosiasi dengan volkanik arc atau terisolasi, local volcanic terrane.
Volcanic dome, lebih kecil, dengan struktur sayap yang curam seperti cangkir yang
terbalik atau kerucut. Terbentuk dari hasil intrusi, ekstrusi, atau keduanya dari
magma yang bersifat siliceous dan kental. Dome ini biasanya berasosiasi dengan
gunung api utama.
Lava flow bentuknya tabular hingga lobate, dibagi dua untuk jenis lava basalt
yangberada di hotspot continental(contohnya di hawai) pahoehoe lava dan aa lava.
Pahohoe cenderung lebih bertekstur halus sedangkan aa lava lebih kasar. Dibawah
flow surface, pendinginan yang terjadi secara mendadak dapat membentuk struktur
columnar joint.
Ketika lava keluar dan melewati batuan atau tanah hasil erosi maka akan
membentuk suatu zona seperti bata merah dari material teroksidasi yang dikenal
dengan baked zone.
Fragmen aliran lava yang telah membeku seelumnya dapat lepas dan masuk ke
dalam aliran lava baru dan struktru ini dikenal dengan autolith. Sedangkan batuan
asing yang masuk ke dalam sebagai ingklusi disebut xenolith. Gas yang yang keluar
bebas dari aliran lava akan meninggalkan lubang yang disebut vesicle. Jika vesicle
ini kemudian diisi oleh mineral sekunder seperti kuarsa, kalsit, atau zeolit maka
disebut amygdule. Inklusi, vesicle, atau butir mineral yang membentuk suatu arah
yang liniear searah denga liran lava memiliki struktur flow banding.
Magma terfragmentasi membentuk klastika volkanik (piroklastik) melewati
beberapa proses meliputi: (1) menurunya tekanan dalam magma ketika magma
keluar, (2) separasi gas dari melt (peleburan), (3) formasi dari gelembung
(formation of bubble) dan (4) transformasi eksplosif dari bubbly magma membentuk
campuran fragmen gas yang tererupsi dari vent (Sugioka dan Brusik 1995; Papale
1999). Material volkaniklastik, terfragmentasi saat erupsi, dinamakan pyroclast dan
dibagi kedalam tiga kelompok berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981). Mengingat
bahwa abu (ash) merupakan meterial yang sangat kecil < 2 mm. istilah lapili adalah
pyroclast berukuran 2.0-64 mm untuk diameternya. Bombs merupakan bagian yang
masih cair sebagian pada saat transportasi dan membentuk ukuran akumulasi yang
lebih besar dari ash.
Sementara batuan yang terdiri dari block dinamakan breksi, hadir dalam kondisi
telah padat (solid state) sehingga terkadang telah terbentuk didalam dan terlontar
keluar biasanya hasil gerusan country rock (batuan volkanik samping yang sudah
ada sebelumnya) ataupun dari hasil pembekuan magma didalam yang ikut terlontar
keluar.
Struktur
Lava
plateu
basaltic plain
Pyroclastic sheet
Shield cone
(shield volcano)
Composite cone
(stratovolcano)
Caldera
(termasuk cauldron)
volume
6 x 104 6.5 x 105
<10-105
<103-4x104
1-870
A=8-12000, R=1.5-6.2
xenolith
Lava flow
Pressure ridge
Lava tube
Columnar joint
Flow banding
epizone
0-6.5(-10)
mesozone
(6.5-)8-14-(-16)
Catazone
(9-)11-19
Typically discordant
Homogenous
to
complete
common
Absent or local at
contacts
variable
composite
Association
with
volcanic rocks
Local deformation
Common
Inderect,
but
present locally
Present in some
Concordant
Homogenous
to
composite
Uncommon
Common
and
parallel to regional
trends
none
common
common
Common
Absent
at contact
Size of pluton
Contact
metamorphism
Chilled margin
Associated dikes
Miarolitic cavities
Asociated
migmatites
Interpretive criteria
Surrounding
metamorphic
facies
Temperature
in
country rocks (C)
Typical age
cases
Small to large
Uncomon
Small to large
Absent
Commont
Aplitic, phorphytic,
lamprophyric
Present
none
absent
Aplitic, pegmatitic
absent
Migmatitic
absent
mnor
absent
Common
Nonte
to
greenschist facies
Greenschist
to
amphibolite facies
Amphibolite
granulite facies
0-450
250-500
450-700
Cenozoic
Mesozoic-paleozoic
Paleozoic or older
Small to moderate
Very common
to
Foliasi, lineasi, dan layering merupakan struktur yang dapat mencirikan batuan
pada beberapa tubuh intrusi. Foliasi merupakan suatu struktur planar yang dapat
membentuk karakter akumulasi mineral menyerupai daun yang terbentuk dari hasil
aliran, kompaksi, atau deformasi yang menjadi fungsi dari keluiusan paralel yang
dibentuk baik mendatar (seperti lembaran) maupun menjarum (acicular). (Peerson
et al 1998). Lineasi merupakan ciri yang hadir dari kelurusan paralel dari mienral
lurus yang memotohng ciri planar yang ada.
Layer juga hadir dalam batuan beku layer ini bentuknya berlembar membentuk
distribusi komposisi mineral, tekstrut, atau keduanya (irvine 1982). Secara khas
layer berkembang pada magma silika rendah saat pendinginan terjadi dan tingkat
kristalisasi yang cukup lambat memungkinkan krstal tenggelam atau mengembang
pada cairan sisa. Ciri layering yang tidak berhubungan dengan intrusi dinamakan
bands (Itvine 1982). Berbagai jenis dari batuan beku, termasuk flow band dalam
batuan volkanik dan beberapa orbicular dan comb-layer structre dalam batuan
plutonik.
Batolith
Stock
Stock
Dike
Cone sheet
Pipe (neck, vent)
Funnel
Cupola
Dike
Apophysis
Vein
Sill
foliation
Major
Lopolith
Roof pendant
Intermediet
Sill
Laccolith
Phacolith
Bysmalith
Roof pendant
Schlieren dome/arch
Minor
Schilieren
Xenolith
Autolith
Layering
lineation
kristal, gelas, dan batuan dapat terakumulasi dan terlitifiakasi membentuk batuan.
Apapun sejarahnya material2 erupsi dapat berupa: gelas, kristal, fragmen gelas,
kristal , atau batuan. Karakteristik dan hubungan dari material ini dapat berupa:
hubungan ukuran butir, bentuk butir, orientasi butir, hubungan batas butir (kontak
butir), dan kristalinitas batuan- dan semua hubungan-hubungan ini dikenal dengan
tekstur batuan.
Batuan beku dengan susunan butir berupa interlocking crystal memiliki tekstur
kristalin, sementara yang tersusun dari fragmen klastik atau lebih khusus lagi akan
membentuk tekstur piroklastik (maka dikenal sebagai batuan piroklastik meski
sumbernya sama dengan batuan beku). Kristalinitas dan dominasi ukuran butir
dalam batuan beku secara tekstrual dibagi menjadi: holokristalin (semua butir
tersusun dari kristal), tekstur holohyalin dimana semuanya tersusun dari gelas. Dan
tekstur kombinasi antara keduanya dikenal dengan tekstur hipokristalin. Sementara
dari ukuran butirnya dikenal tekstur afanitik untuk akumulasi butir penyusun yang
halus dan faneritik untuk akumulasi butir yang kasar, sementara kombinasi
keduanya dikenal dengan tekstur porfiritik.
Sementara untuk ukuran butir yang sangat kasar dikenal tekstur pegmatitik (>3
cm), terkadang banyak dijumpai pada batuan siliceous (granitioid) (pluton yang
sangat asam sekali). Istilah fenokris ditujukan kepada butir mineral yang besar dan
groundmass untuk butir kecil (matrik) yang mengelilinginya pada batuan beku.
Batuan volkanik yang miskin fenokris dapat disebut memiliki tekstur aphyric
sementara yang kaya fenokris bertekstur phyric. Pada tekstru mikroskopis, baik
fenokris amupun groundmass sifatnya afanitik. Jika fenokrisnya faneritik namun
groundmassnya afanitik maka teksturnya disebut afanitik-porfiritik. Jika kedua
groundmass dan fenokris sifatnya faneritik (besar dan mudah diidentifikasi
keduanya) maka teksturnya disebut faneritik-porfiritik.
Bentuk kristal juga memiliki istilah deskriptif dan tekstur tersendiri seperti tekstur
idiomorfphic-granular dimana dominasi butir kristal penyusunnya adalah euhedral.
Hipidiomorfik dominan disusun oleh kristal subhedral. Dan alotriomorfik granular
adalah istilah tekstur batuan yang disusun oleh dominan kristal anhedral.
Sementara tekstur dengan bentuk akumulasi kristal khusus, orientasi tertentu, dan
interelasi, atau ciri internal memiliki nama tersendiri.
Dalam banyak kasus, pengamatan detil dari tekstur volkanik tidak dapat diamati
tanpa bantuan mikroskop. Beberapa tekstur volkanik seperti: sferulitik, votrofirik,
intersertal, intergranular, subofitik, dan ofitik merupakan tekstur tekstur yang dapat
diamati dibawah mikroskop. Tekstur vitrofirik merupakan tekstur yang hadir berupa
fenokris yang tertanam dalam glassy groundmass (groundmass gelas). Pada batuan
porfiritik dimana plagioklas menjadi jumlah yang dominan dari batuan, dengan
sisanya berupa gelas dan kristal kecil darei material lain maka dinamakan
bertekstur intersertal. Jika feldspar feldspar ini memiliki lineasi (kelurusan) tertentu
Tekstru rapikivi, merupakan jenis tekstru pada batuan granitoid, merupakan tekstru
yang dicirikan oleh butiran alkali feldspar yang ditutupi tepinya oleh plagioklas.
Nukleasi dikontrol oleh komposisi dari melt, struktur melt, temperatur melt, dan
cooling rate. Untuk komposisi dari melt contohnya olivin tidak akan terbentuk dalam
melt yang tidak mengandung Fe atau Mg).
Struktur dari melt berhubugan dengan kimia dari melt, hingga tempertur
maksimum melt akan terbentuk (masih dalam fase cair) jika struktur melt
menyisakan krstal, pertumbuhan kristal akan semakin mudah, terjadi karena
nukleasi heterogen. Masuknya gelas silika murni akan membentuk jaringan omplek
dari tetraherdar SiO4. Pertambahan berbagai ion ke dalam melt (sperti OH, Ca, Mg)
akan merusak struktur ini. Sama juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
merusak struktur dari nuclei dalam cairan. Berkurangnnya kemungkinan menahan
tetap terjadinya nukelasi heterogen, Lofgren (1983) berpendapat bahwa nuclei
kristal yang melt pada temperatur lebih rendah dapat terbentuk dalam melt dari
mineral dengan temperatur melting tinggi. Karenanya, dia menyarankan bahwa
nukleasi heterogen dapat menjadi faktor dominan pembentuk tekstur batuan beku.
Rupanya, jumlah waktu dari melt akan mempengaruhi berapa banyak nuclei yang
dapat dirusak secara teoritis, jika nuclei dirusak, nukleasi homogen akan menjadi
sangat penting dalam perkembangan tekstur. Pada kenyataannya, nuclei sisa dari
melt yang disebutkan Lofgren (1983) dan Marh (1998) atau jika tubuh magma
mujlai mengkristal pada tepinya (melalui nucleasi heterogen di dinding, bawah,
atau atap), maka nukleasi heterogen menjadi pengontrol proses keterbentukan
tekstur. Suatu waktu beberapa kristal telah terbentuk, nukleasi heterogen juga
dapat hadir pada tepi kristal yang sudah lebih dulu terbentuk, khususnya jika
saturasi lokal dari rekasi kimia komponen tertentu terjadi dekat dengan kristal.
Ketika suatu nuclei terbetntuk, pertumbuhan kristal dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor: 1. Komposisi melt, 2. Jenis dan densitas dari kehadiran nuclei, 3.
Temperatur dari melt ketika kristalisasi dimulai (dapat saja bukan temperatur
likuidus), 4. Cooling rate, 5. Difusi spesies kimia melalui melt, 6. Rekasi yang terjadi
antara muka kristal dan cairan melt, 7. Heat flow pada daerah tempat tumbuhnya
kristal. Ingat bahwa tekstur2 ini diamati berdasarkan ukuran, bentuk (morfologi),
orientasi dan hubungan batas dari kristal dan kristalinitas dari seluruh batuan. Yang
mana tiap faktor ini menentukan karakter masing-masing.
Kristalinitas ditentukan oleh komposisi dan faktor temperatur (1,3,4). Magma kaya
silika (ryolitik, granitik) cenderung akan lebih viskous (kental), dan lebih tebal
(seperti madu yang lebih tebal dari air), viskositas yang tinggi akan mengurangi
kemampuan atom untuk bermigrasi saat melt, atau berdifusi, ke dalam nucleous
atau menumbuhkan kristal. Magma silika rendah (basal, gabbro) memiliki viskositas
lebih rendah, memudahkan tingkat difusi yang lebih besar. Sama halnya dengan,
tingkat pendingingan yang tinggi juga tetap tidak memudahkan material bermigrasi
membentuk nuclei atau menumbuhkan muka kristal. Faktanya, melting dapat
mendingin sangat cepat membentuk material padat (gelas).
membentuk tekstur porfiritik selama satu tahap proses pendinginan. Untuk alkali
felkspar pada T, densitas nukleasi relatif rendah tapi pertumbuhannya tinggi dan
membentuk kristal yang besar. Pada plagioklas baik growth ratenya maupun
densitas nukleasi adalah sedang, sehingga ukuran kristalnya akan berkembang
dalam ukuran sedang. Dan kristal kuarsa yang kecil juga akan terbentuk pada
waktu yang sama. Batuan yang akan dihasilkan akan memilki bentuk yang fenokris
berupa alkali feldspar dengan matrik berupa plagioklas dan kuarsa.
Dapat disimpulkan bahwa, berbagai jenis cooling rates, densitas nuleasi, dan
growth rate, dan collin ghistory dapat menghasilkan berbagai jenis ukuran butir,
umumnya,, tiap jeis butir hadir hadir dalam berbagai ukuran. Pada batuan dengan
ukuran butir yang besar, butir yang dihasilkan akan panjang, pendinginan yang
lambat dan kristalisasi atau dari rapid growth dari beberapa nuclei pada saat
undercooling yang kecil. Tekstur porfiritik dapat terbentuk dari sejarah kristalisasi
single atau multistage.
Pengaruh dari komposisi terhadap morfologi yang dihasilkan tidak terlalu banyak
tqapi Lofgren dan Donaldson (1975) mengajukan bahwa cooling rate yang tetap,
akanmerubah komposisi dari melt dari poor silica (gabbroic) ke hihg silica (granitic)
menyebabkan perubhan dari bentuk kristalyang tabular menjadi bercabang (tabular
ke brancing). Penelitian mereka juga mendemonstrasikans pengaruh dari cooling
rate. Cooling rate yang rendah membentuk kristal yang tabular, sama halnya
dengan undercooling yang kecil. Dengan meningkatnya cooling rate, morfologi
bervariasi dari memanjang hingga agak bercabang sampai membentuk bentuk
yang benar benar bercabang (Lofgren 1983) membentuk range tekstur basal dari
spherulitik hingga ophitic, karena densitas dan jenis lokasi nukleasi heterogen, dan
dia juga berargumen (1980m 1983) bahwa fenomena nukleasi merupakan faktor
kritis dalam perkembangan tekstur.
Range dari tekstur batuan beku sangat bergantung dari variasi hubungan nukleasi
dan pertumbuhan kristal, sebagai konsekuensi dari pemahaman tekstur
memerlukan penelitian yang dikombinasikan proses kristalisasi.