Anda di halaman 1dari 8

Melasma

Pendahuluan
Warna kulit manuusia ditentukan oleh berbagai pigmen. Yang berperan
pada penentuan warna kulit adalah: karoten, melanin, oksihemoglobin
dan hemoglobin bentuk reduksi, yang paling berperan adalah pigmen
melanin.
Melanosis adalah kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin
kulit :
1. Hipermelanosis
melanin

(melanoderma)

bertambah, dapat

bertambah

maupun

hanya

bertambah. Sebaliknya

bila

pada

produksi

disebabkan

oleh

pigmen

melanin

leukoderma

pigmen

sel melanosit
saja

dapat disebabkan

yang
oleh

pengurangan jumlah pigmen melanin atau berkurang maupun


tidak adanya sel melanosit. Fitzpatrick membagi hipermelanosit
berdasarkan distribusi melanin dalam kulit.
a. Hipermelanosis coklat bila pigmen melanin terletak pada
epidermis.
b. Hipermelanosis abu-abu bila pigmen melanin terletak didalam
dermis.
2. Hipomelanosis

(lekoderma)

bila

produksi

pigmen

melanin

berkurang.
Definisi
Melasma

adalah

hipermelanosis

didapat

yang

umumnya

simertis berupa amakula yang tidak merata berwarna coklat muda


sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultra violet

dengan tempat presileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan
dagu.
Secara epidemiologi dan insidens melasma dapat mengenai
semua ras terutama penduduk yang tinggal didaerah tropis. Melasma
terutama ditemakan pada wanita, meskipun didapat juga pada 10%
pria. Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria adalah 24:1.
Terutama tampak pada wanita usia subur dengan riwayat lansung
terpajan siniar matahari. Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun.
Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita pemakai pil
kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat dan lain-lain.
Etiologi
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Factor kausatif yang dianggap berperan pada paogenesis melasma
adalah:
1. Sinar ultra violet. Spectrum sinar matahari ini merupakan gugus
sulfihidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim
tirosinase dengan cara mengikan ion Cu dari enzim tersebut.
Sinar ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat
lagi sehingga memacu proses melanogenesis.
2. Hormone, misalnya estrogen, progesterone dan MSH (Melanin
Stimulating Hormone) berperan pada terjadinya melasma. Pada
kehamilan, melasma biasanya meluas pada trimester ke tiga.
Pada pemakaian pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1
sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
3. Obat, misalnya difenil hidantion, mesantion, klorpromasin,
sitostatik,dan

minosiklin

dapat

menyebabkan

terjadinya

melasma. Obat ini ditimbun dilapisan dermis bagian atas dan


secara komulatif dapat merangsang melanogenesis.
4. Genetika, dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70%.

5. Ras, melama banyak dijumpai pada golongan hispanik dan


golongan kulit berwarna gelap.
6. Kosmetik, pemakaian kosmetik yang mengandung parfum, zat
pewarna,

atau

bahan-bahan

fotosensitivitas

yang

dapat

tertentu

dapat

menyebabkan

mengakibatkan

timbulnya

hiperpigmentasi pada wajah, jika terpajan sinar matahari.


7. Idiopati.
Klasifikasi
Terdapat beberpa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,
pemeriksaan histopatolog, dan pemeriksaan dengan sinar wood.
Melasma

dapat

dibedakan

berdasarkan

gambaran

klinis,

pemeriksaanhistopatologi dan pemeriksaan sinar wood.


Berdasarkan gambaran klinis.
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian
medial, bawah hidung, serta dagu (63%).
2. Bentuk melaar meliputi hhidung dan pipi bagian lateral(21%).
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)
Berdsarkan pemeriksaan denagan sinar wood.
1. Tipe epidermial, melasma tampak lebih jelas dengan sinar
wood dibandingkan dengan sinar biasa.
2. Tipe dermal, dengan sinar wood tak tampak warna kontras
dibandingkan dengan sinar biasa.
3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang
lainya tidak jelas.
4. Tipe yang sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan
sinar wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar
biasa jelas terlihat. Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada
pemberian terapi, tipe dermal lebih sulit diobati disbanding
tipe epidermal.

Berdasarkan pemeriksaan histopatologis.


1. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat, melanin
terutama

terdapat

pada

lapisan

basal

dan

suprabasal,

kadang-kadang diseluruh stratum korneum dan stratum


spinosum.
2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan, terdapat
makrofag bemelanin di sekitar pembuluh darah di ddermis
bagian atas dan bawah, bagian dermis bagian atas terdapat
fakus-fokus infiltrat.
Patogenesis.
Masih banyak yang belum diketahui, banayak factor yang
menyangkut proses ini, antara lain:
a. Penimngkatan produksi melanosom kaarena hormone maupun
karena sinar ultra violet. Kenaikan melanosom ini juga dapat
disebabkan karena bahan farmakologik seperti perak dan
psoralen.
b. Penghambatan dalam Malpighian cell turnover, keadaan ini
dapat terjadi karena obat sitostatik.

Gejalaa klinis
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat
tua berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan
hidung yang disebut pola malar. Pola mandibular terdapat pada dagu,
sedangkan pola sentrofasial di plipis, dahi, alis dan bibir atas. Warna
keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tioe dermal.

Pembantu diagnosis.

a. Pemeriksaan histopatologik
Terdapat dua tipe hipermelanosis :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan
basal dan suprabasal, kadang-kadang di seluruh stratum
spinosum sampai stratum korneum; sel-sel yang padat
mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel basal, juga
terdapat pada kerainosit dan sel-sel stratum korneum.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar
pembuluh darah dalam dermis bagian atas dan bawah:
pada dermis bagian atas terdapat focus-fokus infilrat.
b. Pemeriksaan mikroskopp electron
Gambaran ultrasrtuktur melanosit dalam lapisan basal member
kesan aktivitas melanositt miningkat.
1. Tipe epidermal : warna tampak lebih kontras.
2. Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontras.
3. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras ada yang
tidak.
4. Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak
jelas, sedangkan sinar biasa jelas terlihat.

Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan pemeriksaan
klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan sinar
wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada
kasus-kasus tertentu.
Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan melasma memerlukan waktu yang cukup lama,
kontrolyangteratur serta kerja sama yang baik antara dokter yang
menanganinya. Kebanyakan penderita berobat untuk alas an kosmetik.
Pengobatan dan perawatan kulit harus dilakukan secara teratur dan

sempurna karena melasma bersifat kronisresidif. Pengobatan yang


sempurna adalah pengobatan yang kausal, mak penting dicari
etiologinya.
Pencegahan
a. Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta
kambuhnya melasma adalah perlindungan terhadap sinar
matahari.

Penderita

diharuskan

menghindari

pajanan

langsung sinar ultra violet terutama antara pukul 09.00-15.00.


Sebaiknya jika keluar rumah menggunakan paying atau topi
yang lebar.
yang

Melindungi kulit dengan memakai tabir surya

tepat,

baik

mengenai

bahan

maupun

cara

pemakaiannya. Tanpa pemakaian tabir surya pengobatan sulit


untuk berhsil. Pemakaian tabir surya dianjurkan 30 menit
sebelum terpajan sinar matahari. Ada 2 macam tabir surya
yang kenal yaitu tabir surya fisis dan tabir surya kimiasi. Tabir
surya

fisis

adalah

bahan

yang

dapat

memantulkan/

menghamburkan ultra violet, misalnya: titanium oksida, seng


oksida, kaolin; sedangkan tabir surya kimiawi adalah bahan
-

yang menyerap ultra violet. Tabir surya kimiawi ada 2 jenis :


Yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) atau

derivatnya, misalnya octal PABA.


Yang tidak mengandung PABA

(non-PABA),

misalnya

bensofenon, sinamat, salisilat, dan antaranilat.


b. Menghilangkan factor yang merupakan penyebab melasma,
misalnya

menghentikan

pemakaian

pil

kontrasepsi,

menghentikan pemakaian kosmetik yang berwarna atau


mengandung parfum, mencegah obat contohnya hidantion,
sitostatika, obat antimalaria, dan minosiklin.
Pengobotan
1. Pengobatan topical

a. Hidrokinon
Hidrokinon dapat dipakai dengan konsentrasi 2-5%.
Kream

tersebut

dipakai

pada

malam

hari

disertai

pemakaian tabir surya pada siang hari. Umumnya tampak


perbaikan dalam 6-8 minggu dan dianjutkan sampai 6
bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak iritan atau
kontak alergi. Setelah peghentian penggunaan hidrokinon
sering terjadi kekambuhan.
b. Asam retinoat (retinoic acid/tretinoin)
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai
terapi

tambahan

atau

terapi

kombinasi.

Kream

tersebutjuga dipakai pada malam hari, karena pada siang


hari dipakai fotodegradasi. Kini asam retinoat dipakai
sebagai monotrapi, dan didapatkan perbaikan klinis secara
bermakna,

meskipun

berlangsung

agak

lambat.

Efek

samping berupa eritema, deskuamasi, dan fotosensitasi.


c. Asam azeleat (azeleic acid)
Azam azeleat merupakan obat yang aman untuk
dipakai. Pengobatan dengan asam azeleat 20%
selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek
sampingnya rasa panas dan gatal.

2. Pengobatan sistemik
- Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C mempunyai merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah
dan mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA
-

kinon menjadi DOPA


Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril yang
berpotensi menghambat pembentukan melanin dengan jalan
bergabung dengan Cuprum dari tirosinase.

3. Tindakan khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan
kalainan

hiperpigmentasi.

Pengelupasan

kimiawi

dilakukan dengan mengoleskan asam glikolat 5070% selama 4 sampai 6 menit dilakukan setiap 3
minggu

selama

kali.

Sebelum

dilakukan

pengelupasan kimiawi diberikan kear asam glikolat


10% selama 14 hari.
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switched
Ruby dan laser argon, kekambuhan dapat juga
terjadi.

KEPUSTAKAAN
1. Handoko, R.P.: penanggulangan kelainan hiperpigmentasi dan
melasma. Dalam : Sugito T. Dwi Karya M, Budiono M,
Wastaatmaja S,ed. Kelainanpigmentasi kulit dan
penanggulangannya. Edisi pertama PAVDI Cabang Jakarta Raya.
Jakarta 1998 : 40-5.
2. Lily Soepardiman : kelainan hiperpigmentasi dan melasma.
Dalam : Sugito T. Dwi Karya M, Budiono M, Wastaatmaja S,ed.
Edisi pertama PAVDI Cabang Jakarta Raya. Jakarta 1998 : 25-39
3. Ruswan,A.
S.,
Rata
I.G.K.,
Wasiataatmaja,
S.M.,
Soepardiman, L.: melasma. Berkala ilmu penyakit kulit dan
kelamin ed. Suplemen Semiloka Kosmetika Medic. PAVDI Cabang
Surabaya. Surabaya 21-31 (1995)

Anda mungkin juga menyukai