HIPERTIROID
Oleh :
Imadie Yaqzhan 1010312066
Yelvi Novita Roza 1110312096
Ari Rachmawati 1110312101
Gusri Erivo
0810313248
Pembimbing:
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri
dari dua lobus yang masing-masing dihubungkan oleh ismus yang tipis dibawah
kartilago krikoidea di laher. Kelenjer tiroid berfungsi menghasilkan hormon tiroid
( T3 dan T4) yang membantu mengatur temperatur tubuh, metabolisme energi dan
protein, juga membantu fungsi normal sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Fungsi tiroid ini diatur dan dikontrol oleh glikoprotein hipofisis TSH yang diatur
pula oleh hormon dari hipotalamus yaitu TRH.
Hipertiroid merupakan tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjer tiroid yang
hiperaktif. Tirotoksikosis merupakan manifestasi klinik kelebihan hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi. Apapun sebabnya manifestasi kiniknya sama, karena efek ini
disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3 inti yang makin penuh.
Rangsangan oleh TSH atau TSH-like subtances (TSI, TSAb), autonomi instrinsik
kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari
Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi
kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah.
Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru
radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini,
toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya sef-limiting disease.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TIROID
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa
menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan
selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial, yang merupakan ciri
khas kelenjar tiroid. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5 4
cm, lebar 1,5 2 cm dan tebal 1 1,5 cm sedangkan berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh
berat badan dan masukan yodium, yang pada orang dewasa berkisar antara 10-20 gr.
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar paratiroid menempel
di belakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi d belakang lobus medius, sedangkan
nervus laringeus rekuren berjalan di sepanjang trakea di belakang tiroid.
2.2 FISIOLOGI HIPERTIROID
Ringkasnya, TSH meningkatkan semua aktivitas sekresi sel kelenjar tiroid yang
diketahui.
Efek awal yang paling penting setelah pemberian TSH adalah timbulnya
proteolisis tiroglobulin, yang dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pelepasan
tiroksin dan triiodotironin ke dalam darah. Efek lain memerlukan waktu berjam-jam
bahkan berhari-hari untuk berkembang penuh.
2. PERAN
SIKLIK
ADENOSINE
MONOFOSFAT
DALAM
EFEK
kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH. Bila sistem porta yang
dimulai dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior seluruhnya dihambat, maka
kecepatan sekresi TSH oleh kelenjar hipofisis anterior sangat menurun namun tidak sampai
nol.
Mekanisme molecular TRH yang menyebabkan sel-sel yang mensekresi-TSH dari
hipofisis anterior menghasilkan TSH, pertama-tama terjadi melalui pengikatan dengan TRH
di dalam membrane sel hipofisis. Ikatan ini selanjutnya mengaktifkan sistem second
messenger fosfolipase untuk menghasilkan sejumlah besar fosfolipase C, yang diikuti
dengan banyak hasil second messenger yang lain, termasuk ion kalsium dan diasil-gliserol,
yang akhirnya menyebabkan pelepasan TRH.
EFEK UMPAN BALIK DARI HORMON TIROID DALAM MENURUNKAN
SEKRESI TSH OLEH HIPOFISIS ANTERIOR
Meningkatnya hormone tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH
oleh hipofisis anterior. Bila kecepatan sekresi hormon tiroid meningkat sampai kira-kira
1,75 kali dari normal, maka kecepatan sekresi TSH turun sampai nol. Hampir semua efek
penurunan umpan balik ini terjadi, walaupun seluruh hipofisis anterior telah dipisahkan dari
hipotalamus. Oleh karena itu, seperti yang terlihat dalam gambar, mungkin sekali bahwa
peningkatan hormone tiroid menghambat sekresi TSH oleh hipofisis anterior terutama
melalui suatu efek langsung terhadap hipofisis anterior itu sendiri, walaupun dapat juga
secara sekunder karena banyak efek-efek yang lebih lemah, yang bekerja melalui
hipotalamus.
Mekanisme umpan balik juga dipakai untuk menjaga agar konsentrasi hormone
tiroid bebas dalam sirkulasi darah tetap berada pada konsentrasi yang hamper normal.
Bila ada efek umpan balik yang melewati hipotalamus yang membantu umpan balik
langsung pada kelenjar hipofisis sendiri, maka mungkin pengaruh keadaan ini menjadi
7
sangat lambat dan sedikitnya mungkin disebabkan oleh adanya perubahan pada kecepatan
metabolism di pusat pengatur suhu tubuh dalam hipotalamus, yang telah diketahui
mempunyai efek yang bermakna pada pengaturan sistem hormone tiroid.
3. Efek kardiovaskuler
T3 menstimulasi (a) transkripsi miosin hc- dan menghambat miosin hc-,
akibatnya: kontraksi otot miokard menguat (b) transkripsi Ca2+ATPase di retikulum
sarkoplasma tonis diastolik meningkat (c) mengubah konsentrasi protein G,
reseptor adrenergik sehingga akhirnya hormon tiroid ini punya efek ionotropik
positif. Secara klinis terlihat sebagai naiknya cardiac output dan takikardi.
4. Efek simpatik
Karena bertambahnya reseptor beta-adrenergik miokard, otot skelet, lemak dan
limfosit, efek post reseptor dan menurunnya alfa-reseptor adrenergik miokard, maka
sesitivitas terhadap katekolamin amat tinggi pada hipertiroidisme dan sebaliknya
pada hipotiroidisme.
5. Efek hematopoetik
Kebutuhan akan oksigen pada hipertiroidisme
menyebabkan
eritropoiesis
meningkat juga produksi eritripoietin. Volume darah tetap namun red cell turn
over meningkat.
6. Efek gastrointestinal
Motilitas usus meningkat kadang ada diare, dan pada hipotiroidisme obstipasi dan
transit lambung melambat. Klinis dapat menyebabkan bertambah kurusnya
seseorang.
7. Efek pada skelet
Turn-over tulang meningkat resorbsi tulang lebih terpengaruh dari pembentukannya.
Hipertiroidisme
menyebabkan
osteopenia,
dalam
keadaan
berat
mampu
10
merupakan
overfungsional
kelenjer
tiroid.
Dengan
kata
lain
hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan hormon tiroid dalam darah dan
biasanya berkaitan dengan keadaan klinis tirotoksikosis. Sementara menurut Martin A
Walter hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi kardiovaskuler.
Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan
goiter multinoduler toksik menjadi bagian pentingnya walaupun dengan frekuensi
yang sedikit. Namun penyakit Graves dan goiter noduler merupakan penyebabnya
yang paling umum. Pada penderitanya biasanya terlihat adanya pembesaran kelenjer
gondok di daerah leher. Komplikasi hipertiroid pada mereka yang berusia lanjut
dapat mengancam jiwa sehingga apalagi gejalanya berat harus segera dirawat di
rumah sakit. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroid yang paling
berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar
penyakit Graves atau struma multinodular toksik, dan behubungan dengan faktor
11
pencetus ; infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemi, partus, stress
emosi, penghentian obat anti tiroid dan sebagainya.
TIROTOKSIKOSIS
Tirotoksikosis diartikan sebagai kumpulan gangguan yang disebabkan karena
adanya kadar hormon tiroid yang berlebihan di jaringan dan sirkulasi.
Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara
prinsip berbeda. Dengan hipertiroidisme dimaksudkan hiperfungsi kelenjar tiroid dan
sekresi berlebihan dari hormon tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis dapat disebabkan
oleh etiologi yang amat berbeda, bukan hanya berasal dari kelenjar tiroid. Adapun
hipertiroidisme subklinik, secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormon normal
tetapi TSH rendah. Tirotoksikosis adalah sindroma hipermetabolism dan hiperakivitas di
sebagian besar tubuh manusia, disebabkan karena kadar fT4 dan/atau fT3 meningkat. Dapat
disebabkan karena tidak terkendalinya produksi hormon pada morbus Graves, struma
mulinoduler toksik, kelenjar bocor hingga hormon keluar, terjadi pada tiroiditis atau radiasi
kelanjar, produksi hormon tak terkendali dari nodul otonom, carcinoma atau jaringan tiroid
ektopik. Meski jarang tiroroksikosis dapat terjadi karena resistensi hipofisis atas peristiwa
umpan balik, tumor hipofisis yang mengeluarkan TSH, bahan stimulator tiroid yang
dikeluarkan oleh mola hidatidosa, korikasrsinoma dan seminoma atau peristiwa yang sama
sekali berasal dari luar tubuh sperti terlalu banyak menggunakan hormon tiroid atau bahan
yodium. Apapun sebabnya, hasil akhir ialah perubahan yang terjadipun juga serupa.
Dengan demikian peristiwa metabolik yang akan dibahas dalam naskah ini berlaku juga
untuk peristiwa lain, tidak hanya terjadi pada penyakit Graves. Dari tirotoksikosis, hampir
90% disebabkan Morbus Graves dan Morbus Plummer. Dengan perbandingan 60 % dengan
40 %.
12
2.4. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui. Di Eropa berkisar antara 12 % dari semua penduduk usia dewasa. Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada
wanita dibanding pada pria (5:1). Pada usia muda umumnya disebabkan oleh
penyakit Graves, sedangkan struma multinoduler toksik umumnya timbul pada usia
tua. Di daerah pantai dan kota, insidennya lebih tinggi dibandingkan dengan
didaerah pegunungan atau di pedesaan.
2.5. ETIOLOGI
Lebih dari 90% kasus hipertiroid adalah akibat penyakit Graves dan nodul
tiroid toksik. Penyakit Graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun
yang tidak diketahui penyebabnya. Namun karena perbandingan penyakit Graves
pada monozygotic twins lebih besar dibandingkan pada dizygotic twins, sudah
dipastikan bahwa faktor lingkunganlah yang berperan dalam hal ini. Bukti tak
langsung menunjukkan bahwa stress, merokok, infeksi serta pengaruh iodin ternyata
berpengaruh terhadap sistem imun.
Sederhananya penyakit Graves
merupakan
multiple
dari
autoimun,
yaitu
3. Terapi litium
4. Infeksi bakterial atau viral
5. Pengentian glukokotrikoid
Etiologi hipertiroidisme
Penyakit Graves (hipertiroidisme otoimun)
Penyakit Plummer (uninoduler dan multinoduler)
TSH atau hCG berlebihan:
a. Tumor hipofisis
b. Tumor trofoblastik (chrio-Ca. Mola hidatidosa)
c. Tumor carcinoma testis embrional
d. Tumor maligna yang lain
Jaringan ektopik penghasil hormon tiroid
a. Carcinoma tiroid metastatik
b. Struma ovarii
Hipertiroidisme faktisia (pengobatan hormon tiroid berlebihan)
Hipertiroidisme sepintas
a. Tiroiditis subakut De Quervain
b. Tiroiditis otoimun (Hashimoto, postpartum)
c. Kerusakan tiroid karena radiasi nuklir
Hipertiroidisme karena yodium berlebihan (ITT)
Hipertiroidisme pada akromegali, polyostotic fibrous dysplasia
2.6. PATOGENESIS
Pada kebanyakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya di daerah leher, disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatanlipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel ini-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat; dan penelitian ambilan iodium radioaktif
menunjukkan bahwa kelenjar-kelenjar hiperplastik ini mensekresi hormone tiroid dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
14
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH.
Akan tetapi, pada sebagian besar penderita, besarnya besarnya konsentrasi TSH dalam
plasma adalah lebih kecil dari normal, dan seringkali nol. Sebaliknya, pada sebagian besar
penderita dijumpai adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH
yang ada dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin
(immunoglobulin perangsang tiroid/TSI) yang berikatan dengan reseptor membrane yang
sama dengan reseptor membrane yang mengikat TSH. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek
TSH yang hanya berlangsung 1 jam. Tingginya sekresi hormone tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pada penyakit Graves, hipertiroid merupakan akibat dari
antibodi reseptor thyroid stimulating antibody ( TSI ) yang mengsang aktivitas tiroid,
sedangkan pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu
sendiri. Pada penyakit graves, limfosit T menjadi peka terhadap antigen yang
terdapat dalam kelenjar tiroid dan merangsang limposit B untuk mensintesis antibody
terhadap antigen-antigen ini. Adanya antibodi dalam darah ini kemudian berkorelasi
dengan penyakit aktif dan kekambuhan penyakit yang diterapi obat-obat antitiroid.
2.7.
MANIFESTASI KLINIS
Melihat hormone tiroid yang berefek amat luas, maka dapat dibayangkan bahwa
gangguan yang ditimbulkan oleh abnormalitas kadar hormon ini akan tercermin dalam
gangguan hamper semua organ tubuh kita.
Keluhan umum yang paling mencolok ialah berat badan menurun, lemah badan,
palpitasi, dispnoe, cepat lapar dan haus, hiperdefekasi, amat iritabel, keringat yang
15
berlebihan, tidak tahan udara panas atau lebih suka udara dingin serta tremor. Pada
individu yang lebih muda, manifestasi yang umumnya terlihat adalah palpitasi,
gelisah, mudah lelah, hiperkinesia, diare, keringat yang berlebihan, tidak tahan panas,
suka dengan dingin, dan sering terjadi penurunan berat badan tapi tanpa disertai
dengan penurunan nafsu makan. Pembesaran tiroid, tanda-tanda tirotoksikosis pada
mata dan takikardi ringan juga sering terjadi. Pada anak-anak terjadi pertumbuhan
dengan pematangan tulang yang lebih cepat. Pada pasien-pasien diatas 60 tahun
manifestasi yang mendominasi adalah manifestasi kardiovaskuler dan miopati dengan
keluhan palpitasi, dyspnue saat latihan, tremor, gelisah, dan penurunan berat badan.
Pada dermopati terjadi penebalan kulit hingga tidak dapat dicubit, kadang-kadang
mengenai seluruh tungkai bawah dan dapat meluas sampai ke kaki.
Perlu diingatkan kembali bahwa hanya kelainan tiroid, orbita, sistem limfatik, serta
kelainan kulit dan jaringan ikat (acropathy) dapat dianggap spesifik untuk penyakit graves,
sedangkan selebihnya dapat disebabkan karena tirotoksikosis atas sebab apapun
MATA
Berbagai gejala dan tanda mata disebut dalam literature yang menggambarkan
bahwa mata merupakan petunjuk penting dalam menduga dan mengevaluasi kasus Graves.
Manifestasi oftalmopati Graves dibagi 2 kelompok besar : karena tirotoksikosis maupun
overaktivitas simpatis dan akibat proses khusus di mata.
16
17
2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertiroid menggunakan indeks klinis Wayne dan New Castle yang
didasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik teliti kemudian diteruskan dengan
pemeriksaan penunjang. Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar TT4,
TT3 dan TSH, eksresi yodium urin, kadar tiroglobulin, uji tangkap 1-131, sintigrafi
dan kadang dibutuhkan pula FNA (Fine Needle Aspiration Biopsy), antibodi tiroid
dan TSI.
2.9
KOMPLIKASI
Komplikasi hipertiroid
yang
dapat
mengancam
nyawa
adalah
krisis
tirotoksikosis (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjer tiroid, atau pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardi, agitasi, tremor,
hipertermi dan apabila tidak diobati dapat mengakibatkan kematian. Tekanan yang
berat pada jantung bisa menyebabkan aritmia dan syok.
2.10. PENATALAKSANAAN
1) Tirostatika (OAT- obat anti tiroid)
Obat terpenting adalah kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazol 5
mg,
MTZ,
propiltiourasil
metimazol
5,
10,
30
Obat
mg)
ini
dan
derivat
menghambat
tiourasil
(PTU,
organifikasi
iodine
18
dititrasi
sesuai
respon klinis,
lama
pengobatan
selama
1 - 1,5 tahun,
menjadi
eutiroid
setelah
6-12
minggu
pemberian
anti
tiroid.
hari sebelum operasi diberi larutan jenuh kalium iodida sebanyak 5 tetes 2
kali sehari. Langkah ini untuk mengurangi vaskularisasi kelenjar dan
mempermudah operasi.
4) Terapi iodin radioaktif. Terapi ini aman dan cocok untuk segala jenis
hipertiroid khususnya pada mereka yang berusia lanjut. Selain itu juga dapat
diberikan
kepada
opthalmopathy.
pasien
Beberapa
dengan
studi
komplikasi
menyatakan
penyakit
bahwa
Graves
pengobatan
dan
dengan
pasien
dengan
hipertiroid
umumnya
baik
dengan
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
20
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Lubuk Buaya
No. MR
: 843462
2. Anamnesis
Telah dirawat seorang pasien di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang sejak tanggal 7 April 2016:
Keluhan utama
Dada berdebar-debar sejak sehari SMRS
pengobatan dengan PTU tapi putus obat sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien cepat lelah, sering berkeringat walaupun tidak sedang beraktivitas.
Sering terburu-buru dalam menjalani pekerjaan
Nafsu makan berkurang. Berat badan semakin menurun.
Mual (+) muntah (+)
Mencret sebanyak 3x/ hari
Batuk (-), demam (-)
BAK normal
Riwayat Penyakit Dahulu
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum: Sakit sedang
Keadaan gizi : lemak subkutan tipis
21
Kesadaran
: Composmentis Kooperatif,
Nadi
: 75 x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.7oC
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Kulit
: turgor kulit baik, lembab dan halus
Rambut
: warna hitam, merata, tidak mudah dicabut
Kepala
: normocefal
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-.
Refleks cahaya +/+, eksophtalmus -/stellwag (+), jaffroy (+), von graff sign (+) mobius (+)
Telinga: sekret (-), deformitas (-)
Leher
: JVP 5-2 cmH20
pembesaran kelenjar limfe di leher (-),
pembesaran kelenjar tyroid (+) dengan ukuran 2x3 cm kiri
dan
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Punggung
Alat kelamin
Anus
: tidak ditemukan kelainan
Anggota gerak : tremor halus (+) kedua tangan
Refl.fis (+/+) Refl.pat (-/-) edema (-/-)
Indeks wayne : 30
Indeks new castle : 48
Indeks wartofsky : 60
Diagnosis Kerja:
Struma difusa toksik putus obat
Diagnosa Banding
Tumor Colli Anterior
Laboratorium rutin
Hb 12,9 g/dl
Leukosit 4300/mm3
Trombosit 141.000/mm3
Hematokrit 41%
GDS : 76 mg/dl
Ureum darah : 26
Kreatinin 0,5
Kalsium 9,6
Natrium 136
Kalium 3,7
Klorida 103
EKG
- HR : 75 x/1
- Irama: regular
- Aksi : normal
ST elevasi (-)
ST depresi (-)
Q patologis : (-)
S V1 + RV5 < 35 mm
R/S di V1 < 1
USG TIroid
Kelenjar tiroid kanan dan kiri tampak membesar, difus, homogen, batas tegas
dengan ukuran kanan 16,5 x 17,6 x 24 mm, kiri 18,2 x 30,7 x 19,9 mm, dan tampak
BAB 3
DISKUSI
Pada pasien ini, terjadi peningkatan kadar hormon tiroid yang signifikan di dalam
tubuh, akibatnya terjadi peningkatan aktivitas metabolisme di dalam tubuh sehingga pada
pasien ditemukan suka berkeringat walau dalam keadaan tidak beraktivitas, cepat lelah, dan
penurunan berat badan. Selain itu, akibat aktivitas metabolisme sel di tubuh meningkat,
terjadi umpan balik negatif ke jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh,
24
akibatnya detak jantung meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen di sel tubuh.
Metabolisme tubuh yang meningkat di atas nilai normal menyebabkan tingginya energi
yang dihasilkan oleh sel tubuh. Energi yang dihasilkan berlebih menyebabkan peningkatan
suhu basal tubuh. Suhu basal tubuh yang tinggi menyebabkan ketidaknyamanan pada
pasien sehingga pasien lebih cenderung untuk merasa nyaman berada di daerah dingin.
Selain itu energi yang tinggi dalam tubuh menekan nafsu makan sehingga pasien
mengalami penurunan nafsu makan dan berujung pada penurunan berat badan. Detak
jantung yang meningkat menyebabkan perasaan berdebar-debar sehingga menimbulkan
perasaan cemas dan keinginan untuk bekerja secara terburu-buru.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang. Pada leher
didapatkan pembesaran kelenjar tiroid bilateral. Hal itu menunjukkan hiperaktivitas dari
kelenjar tiroid. Pada pasien ditemukan kulit lembab dan licin karena sering berkeringat.
Pada ekstremitas atas didapatkan tremor halus.
Diagnosis hipertiroid didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti menggunakan indeks klinis Wayne dan New Castle yang kemudian diteruskan
dengan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan fungsi tiroid.
Penatalaksanaan hipertiroid ditujukan untuk menghambat efek merugikan dari
hormone tiroid yang berlebihan dan menghentikan hipersekresinya baik menggunakan
pengobatan (OAT), pembedahan radioaktif, beta bloker dapat diberikan untuk
mengurangi aktivasi simpatis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Chew, Shern L., and Leslie, David. 2006. Clinical Endrocrinology and Diabetes.
Churchill Livingstone Elseiver : USA (hal ; 8)
Cooper,
David
S.
2005
Antithiroid
Drugs,
Jim
Yeung,
Chai.
2009.
Graves
disease.
Hyperthyroidism
Stephanie.
2006.
Hyperthyroidism
http;//www.emedicine.com/med/topic
review
and
meta-analysis
of
26
randomized
controlled
trials.
Bmj.