MARASMIC KWASIOKOR
Disusun
Oleh :
Cantika Dinia Zulda
Hasnal Laily Yarza
Sri Mulyani
Preseptor:
dr. Metrizal, Sp.A
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Menurut WHO gizi buruk adalah ketidakseimbangan antara pasokan nutrisi
standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar
dikatakan bergizi buruk.
2.
Epidemiologi
Gizi buruk (severe malnutrition) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi dengan segera. Prevalensinya
berdasarkan inidikator berat badan menurut tinggi atau panjang badan <-3,0 Zskor atau dikategorikan sangat kurus diperkirakan sebesar 6,2 persen. 3
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal
ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita
dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. 1
Menurut
Departemen
Kesehatan
(2004),
pada
tahun
2003
terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%)
dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO
(1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke
dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%),
tinggi (20-29%), sangat tinggi (30%).6
Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Data
Dusenas menunjukkan bahwa jumlah BALITA yang BB/U < -3 SD Zscore WHO-NCHS sejak tahun 1989 meningkatkan dari 6,3 % menjadi
7,2 % tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995.
Upaya
3.
Etiologi
hal
ini.
Kemiskinan
sangat
identik
dengan
tidak
energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat
dan baik
puas
dengan
makanan
seadanya
yang
tidak
memenuhi
mitos
ataupun
kepercayaan
adat
istiadat
b.
1.
2.
4.
Patofisiologi
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi
karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan
lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan
vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina
ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap
batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya
terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan
mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.
Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak
yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan
lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun.
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada
kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein
juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke
daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi
pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan
onkotik.
5.
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau hygien jelek. Sinonim marasmus ditetapkan pada pola
penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi
cekung
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun
dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit
kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
d. Pandangan
mata anak
sayu
e. Kelainan
Gigi dan
Tulang
Pada
tulang
penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis dan hambatan
pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
f. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada
rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat
defisiensi faktor lipotropik.
g. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulityang
10
h. Kelainan
Darah
dan
Sumsum
Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai
penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka
11
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadangkadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak
danmakanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat
padasebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu
berupainfeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa dan malabsorbsi
lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak
terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase
pankreas dan atrofi vili mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi buruk
dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.
12
Malnutrisi
energi
protein
dapat
mengakibatkan
terjadi
atrofi
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.
Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang
normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit,
sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.5
6.
13
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
7.
Diagnosis
: Antropometri
a.
Berat badan
b.
Tinggi badan
c.
Lingkar lengan
d.
Statistik
a.
Z score
b.
WHO
c.
CDC 2000
a.
b.
Edema pada kedua punggung sampai seluruh tubuh ( kwasiokor BB/TB > - 3
SD atau marasmic kwasiokor BB/TB < - 3 SD)
Anamnesis :
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak maumakan, sering
menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada keduakaki, kadang
sampai seluruh tubuh
.Pemeriksaan Fisik
14
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium:
kadar
gula
darah,
darah
tepi
lengkap,
Tes mantoux
EKG
9.
Komplikasi
15
pada
pasien
malnutrisi
berat
yang
ditandai
oleh
16
a. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau
larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit (lihat bawah).
Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Segera
beri
F-75
pertama
atau
modifikasinya
bila
penyediaannya
memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara
oral atau melalui NGT.
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam selama minimal
dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian
F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT.
Beri antibiotik.
b. Hipotermia
Hipotermia ditegakkan saat suhu yang diperiksa pada aksila <35,50C
17
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
dengan
selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak)
atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut
ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik,
letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
c. Dehidrasi
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
Beri
melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada
anak dengan gizi baik.
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan
F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti
tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah
anak muntah.
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam sesuai tabel
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100ml
setiap buang air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.
d. Gangguan keseimbangan dan elektrolit
18
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum
mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema
dengan diuretikum.
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium,
yang sudah terkandung di dalam larutan
19
Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk)
20
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi: 100 kkal/kgBB/hari
Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75
yang ditentukan harus dipenuhi. Makanan yang diberikan untuk memperbaiki
gizi pada masa stablilisasi tergantung pada kondisi (kondisi I hingga kondisi
V) dari anak.
Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuhkejar (F-100) (fase transisi):12
Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75
selama 2 hari berturutan.
21
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan
anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung
cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready
to use therapeutic food
22
Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada anak yang lebih tua.
Kemungkinan penyebab organik atau gagal tumbuh harus dipertimbangkan,
sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai. Jika ternyata termasuk gizi
buruk, prinsip dasar tatalaksana gizi buruk dapat diterapkan pada kelompok umur
ini. Walaupun demikian, bayi muda ini kurang mampu mengekskresikan garam
dan urea melalui urin, terutama pada cuaca panas.12
Oleh karena itu pada fase stabilisasi, urutan pilihan diet adalah:
23
1) Makanan untuk Pemulihan Gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya
dengan vitamin dan mineral.
2) Makanan untuk Pemulihan Gizi diberikan kepada anak gizi buruk selama masa
pemulihan.
3) Makanan untuk Pemulihan Gizi dapat berupa: F100, makanan therapeutic/gizi
siap saji dan makanan lokal. Makanan lokal dengan bentuk mulai dari makanan
bentuk cair, lumat, lembik, padat.
4) Bahan dasar utama Makanan Untuk Pemulihan Gizi dalam formula F100 dan
makanan gizi siap saji (therapeutic feeding) adalah minyak, susu, tepung, gula,
kacangkacangan dan sumber hewani. Kandungan lemak sebagai sumber energi
sebesar 30-60 % dari total kalori.
5) Makanan lokal dengan kalori 200 kkal/Kg BB per hari, yang diperoleh dari
lemak 30-60% dari total energi, protein 4-6 g/Kg BB per hari.
6) Apabila akan menggunakan makanan lokal tidak dilakukan secara tunggal
(makanan lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan makanan formula.
b. Jumlah dan Frekuensi
Makanan untuk Pemulihan Gizi bukan makanan biasa tetapi merupakan makanan
khusus untuk pemulihan gizi anak yang diberikan secara bertahap:
1) Anak gizi buruk dengan tanda klinis diberikan secara bertahap:
Fase rehabilitasi awal 150 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari. Diberikan selama satu minggu dalam bentuk makanan cair
(Formula 100).
Fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari (Formula 100).
2) Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi lanjutan
200-220 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari (Formula
100).
Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5 minggu dengan pemberian makanan
secara bertahap dengan mengurangi frekuensi makanan cair dan menambah
frekuensi makanan padat.
Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:2
1) Fase Stabilisasi Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada
anak yang masih mendapatkan ASI.
24
2) Fase Transisi Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75
menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3) Fase Rehabilitasi Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100,
dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan
bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4) Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah) Setelah anak pulang dari PPG, anak
tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan
Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum
diterima, berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan
kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu,
selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang anak
dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun.
Kriteria sembuh:
1) Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis
2) dan memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:
a.
Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif b) BB/PB atau
BB/TB > -3 SD
b.
c.
d.
25
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Tanggal masuk
Anamnesis
: An.C
: Perempuan
: 22 bulan
: 26 September 2015
26
Muntah 1 hari yang lalu, frekunsi 2 kali, berisi cairan berwarna kuning,
jumlahnya 1 sendok makan sekali muntah.
Sesak nafas tidak ada.
Berat badan anak sebelumnya 12 kg, sekarang hanya 6 kg, anak semakin
kurus
Tidak ada orang dengan batuk batuk lama disekitar pasien
Buang air kecil berwarna kuning pekat, jumlah sedikit
Buang air besar warna dan konsistensi biasa
Sebelumnya anak bisa berjalan, bicara dan makan sendiri
Anak tidak pernah kontrol berat badan dan tinggi badan ke pelayanan
kesehatan
Anak sebelumnya dirawat di RS Suliki selama 3 hari kemudian dirujuk ke
RSAM untuk transfusi darah. Pasien dikirim dalam keadaan terpasang NGT
dan infus KaEn 1 B
Riwayat Penyakit Dahulu
Anak tidak pernah menderita penyakit gizi kurang dan infeksi berat seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mendrita penyakit gizi kurang dan infeksi berat
saat ini
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Anak kedua dari 2 bersaudara, lahir spontan, ditolong bidan, BBL 3000 gram,
PBL 45 cm, langsung menangis, ketuban jernih.
Riwayat imunisasi tidak lengkap
Riwayat tumbuh kembang tidak sesuai umur
Hygiene dan sanitasi lingkungan kurang
Ayah bekerja sebagai supir, ibu IRT
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: GCS E2V2M4
Nadi
: 89 kali/menit
Suhu
: 36,2o C
Pernafasan
: 32 kali/menit
Sianosis
: Tidak ada
Keadaan umum : Buruk
Keadaan gizi
: Gizi buruk
27
Panjang Badan : 72 cm
Berat Badan
: 6 kg
BB/U: 50,84 %
TB/U: 86,74 %
BB/TB: 66,66 %
Kesan: gizi buruk
Edema
: ada pada tungkai bawah
Anemis
: Ada
Ikhterus
: Tidak ada
Kulit
Teraba dingin, ekskoriasi di ekstremitas, turgor kulit kembali lambat, ptechiae di
punggung, perut dan kedua tungkai bawah
Kelenjar Getah Bening
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala
Bulat, simetris
Lingkar kepala 46 cm (normal menurut standard Nellhaus)
Ubun-ubun cekung
Rambut
Kuning keputihan, udah rontok, seperti rambut jagung
Mata
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Pupil isokor, diameter 2 mm/2 mm, refleks cahaya +/+ normal
Telinga
Tidak ditemukan kelainan
Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada
Tenggorokan
Tonsil dan faring
Gigi dan Mulut
Mukosa bibir dan mulut kering, oral thrush (+)
Leher
JVP sukar dinilai
Dada Paru
Inspeksi : Normochest, retraksi tidak ada
Palpasi : tidak dapat dinilai
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bronkovasikuler, ronkhi -/- , wheezing -/Dada Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di LMCS RIC V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
28
Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel, hepar teraba pinggir tajam, permukaan rata, lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Punggung
Tidak ditemukan kelainan
Alat Kelamin
Status pubertas : A1M1P1
Anus
Colok dubur tidak dilakukan
Anggota Gerak
Akral dingin, CRT > 3 detik
Edem +/+
Refleks fisiologis positif normal
Refleks patologis tidak ada
Laboratorium
Hb
: 7,1 gr/dl
Leukosit
: 10.500/mm3
Hitung jenis : 0/0/1/55/8/2
Trombosit
: 64.000/mm3
Hematokrit
: 22,5%
Eritrosit
: 2,41 x 10 6
MCV
: 93,36 fL
MCH
: 29,46 pg
MCHC
: 31,55 g/dl
GDR
: 65 mg/dl
Kimia klinis: Na: 133,8 mmol/dl
K: 2,52 mmol/dl
Cl: 98,4 mmol/dl
AGD:
pH: 7,6
pCO2: 24,6
pO2: 74,4
S02: 95,4
HCO3: 25,9
BE: 4,6
Diagnosis Kerja
Penurunan kesadaran ec imbalans elektrolit
Gizi buruk tipe marasmic kwasiorkor kondisi I
Hipokalemia
Hipokalemia
29
mg/kali)
KCl 3 x 150 mg PO
Vit A 1 x 200.000 IU
Vit B complex 3 x 1 tab
Vit C 3 x 1 tab
Folic acid 1 x 1 mg
Candistatin 4 x 1 mL
Diet F 75 12 x 50 mL
Foto Rontgen Thorax AP, lateral
Rapid test HIV
Follow up
Tanggal.
Jam
27
September
2015
07.00
Perjalanan Penyakit
S/ demam ada, muntah tidak
ada, sesak tidak ada, kejang
tidak ada, BAK (+) warna dan
jumlah biasa, BAB (+) warna
dan konsistensi biasa
O/ KU : Sakit berat, Kes :
lethargi, Nadi 116 x/menit,
Nafas 40 x/menit, Suhu 38,3oC.
Mata : Konjungtiva pucat,
sklera tidak ikterik
Thorax: retraksi (-)
Cor : Irama teratur, bising tidak
ada
Pulmo : Bronkovasikuler,
ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen : Distensi tidak ada,
bising usus positif normal
Ekst : Akral hangat, CRT < 2
Instruksi
Th/
paracetamol jika T
38,5 C
diet F 75 6 x 180
ml
Amoxicillin 3 x
150 mg IV
(Dosis : 2550mg/kgBB/kali
3DD ~ 150 300
mg/kali)
Gentamisin 1 x 30
mg IV (Dosis : 57,5 mg/kgBB/kali
1DD 30 - 45
mg/kali)
Vit A 1 x 200.000
IU
Vit B complex 3 x
1 tab
30
detik
BB: 6,5
A/ gizi buruk tipe kwarhiorkor
kondisi I
28
September
2015
07.00
Vit C 3 x 1 tab
Folic acid 1 x 1
mg
Candistatin 4 x 1
mL
Th/
paracetamol jika T
38,5 C
diet F 75 6 x 180
ml
Amoxicillin 3 x
150 mg IV
(Dosis : 2550mg/kgBB/kali
3DD ~ 150 300
mg/kali)
Gentamisin 1 x 30
mg IV (Dosis : 57,5 mg/kgBB/kali
1DD 30 - 45
mg/kali)
Vit A 1 x 200.000
IU
Vit B complex 3 x
1 tab
Vit C 3 x 1 tab
Folic acid 1 x 1
mg
Candistatin 4 x 1
mL
Th/
paracetamol jika T
38,5 C
diet F 75 6 x 180
ml
Amoxicillin 3 x
150 mg IV
(Dosis : 2550mg/kgBB/kali
3DD ~ 150 300
mg/kali)
Gentamisin 1 x 30
mg IV (Dosis : 5-
31
1 Oktober
2015
7,5 mg/kgBB/kali
1DD 30 - 45
mg/kali)
Vit B complex 3 x
1 tab
Vit C 3 x 1 tab
Folic acid 1 x 1
mg
Candistatin 4 x 1
mL
P/
IVFD KaEn I B
750 cc/hari = 30
tts/menit mikro
Diet F 75 8 x 75
ml
Terapi lain lanjut
Th/
paracetamol jika T
38,5 C
diet F 75 6 x 180
ml
Amoxicillin 3 x
150 mg IV
(Dosis : 2550mg/kgBB/kali
3DD ~ 150 300
mg/kali)
Gentamisin 1 x 30
mg IV (Dosis : 57,5 mg/kgBB/kali
1DD 30 - 45
32
2 Oktober
2015
mg/kali)
Vit B complex 3 x
1 tab
Vit C 3 x 1 tab
Folic acid 1 x 1
mg
Candistatin 4 x 1
mL
P/
O2 2 L/menit nasal
Diet F 100 6 x 100
ml
Cefotaxime 2 x
300 mg PO
Terapi lain lanjut
33