III
_________________________________________________
Basis Data terdiri dari dua kata yaitu kata Basis dan Data. Basis kurang
lebih bisa diartikan markas, gudang, tempat bersarang/berkumpul. Data adalah
representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu obyek seperti manusia
(pegawai, mahasiswa, pembeli, pelanggan, pemilik) atau obyek lain seperti :
barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dsb, yang direkam dalambentuk
angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.
Menurut Fatansyah (1992 : 2)
41
42
Nama Field
No
Nama Alamat
No Persil
Letak Tanah
No Telepon
Andi
Jl. Mawar 1
42
RT01/RW04
472563
Rita
Jl. Mawar 2
43
RT01/RW04
481568
Edi
Jl. Melati 5
58
RT03/RW04
496783
Ali
Jl. Melati 4
59
RT04/RW04
512345
Record
Gambar 9. Hubungan Kolom, Baris, Field, Record Dalam Basis Data
Dalam pengembangan selanjutnya, Basis Data dimanfaatkan juga untuk
mengelola data spasial atau data yang mempunyai acuan atau ber-georeferensi.
Georeferensi yang paling umum digunakan adalah sistem koordinat proyeksi
43
(X,Y), dan Basis Data yang disimpannya disebut Basis Data Spasial. Ilustrasi
tentang Basis Data spasial dan pengembangannya dapat dilihat pada Gambar 10.
Dulu
Pengembangan
44
Atribut dari pemilik sertipikat : (1) Nama, (2) Alamat, (3) No. Sertipikat,
dll
ATRIBUT
PEMILIK SERTIPIKAT
- Nama
- Alamat
- No Sertipikat
PEMILIK KENDARAAN
- Nama
- Alamat
- No Polisi
PEMILIK PERUSAHAAN
- Nama
- Alamat
- No Izin Usaha
45
ATRIBUT
PEMILIK SERTIPIKAT
Nama
Alamat
No Sertipikat
ID di Peta
untuk Jl Mawar 8
misalnya 121
Jl Mawar
46
Jl. Mawar
No
ID
Nama
Alamat
No Sertipikat
(Isi Atribut
121
Heru
Jl Mawar 8
472393
Pemilik
136
Antok
Jl Mawar 36
484991
Sertipikat)
142
Ratna
Jl Mawar 42
493278
Gambar 13. Hubungan antara Kode Komputer (ID) dan Atribut Tabel
Model Basis Data sangat ditentukan oleh hubungan antar entitas (obyek)
untuk suatu bidang aplikasi. Entitas pada dasarnya tidak terbatas (apa saja boleh),
yang penting adalah bahwa entitas tersebut dapat memberi pengertian tentang
suatu obyek. Basis Data untuk suatu bidang aplikasi tertentu, mungkin saja
menggunakan entitas dari aplikasi lain. Atribut dari suatu obyek, mungkin saja
menjadi entitas (dengan atribut baru) untuk aplikasi lain. Menurut Lukman Aziz
(1999:53-59), Model Basis Data (sering disebut model konvensional basis data),
ada 3 macam :
- Model Hirarki (hirarchical)
- Model Jaringan (network)
- Model Relasional (relational)
Model Basis Data Hirarki
Model Hirarki adalah model Basis Data yang paling sederhana dimana
data (entitas) diatur menurut hirarki. Hubungan antar entitas diatur seperti
47
hubungan antara orang tua dengan anak atau hubungan antara pohon dengan
ranting. Pada hubungan hirarki, pada satu level tingkatan, tidak ada hubungan
antar entitas. Model ini biasanya digunakan untuk mengolah data sensus, dimana
data dikumpulkan di tingkat DESA, kemudian digabungkan (agregate) ke tingkat
KECAMATAN, KABUPATEN, PROPINSI, dan akhirnya NEGARA. Struktur
Model Basis Data Hirarki umumnya kurang fleksibel, sehingga tidak begitu
direkomendasikan untuk Sistem Informasi Pertanahan. Model Basis Data hirarki
dapat digambarkan dalam bentuk desain seperti tercantum pada Gambar 14
berikut ini.
NEGARA
PROPINSI
PROPINSI
PROPINSI
KABUPATEN
KABUPATEN
KABUPATEN
KABUPATEN
KABUPATEN
KABUPATEN
DESA
DESA
DESA
48
Ibukota
Jumlah Penduduk
Indonesia
Jakarta
.....
Nama Propinsi
Ibukota
Jumlah Penduduk
DI Yogyakarta
Yogyakarta
..
Nama Kabupaten
Ibukota
Jumlah Penduduk
Sleman
Sleman
..
Nama Kecamatan
Ibukota
Jumlah Penduduk
Gamping
Gamping
Ibukota
Jumlah Penduduk
Tabel Propinsi
Banyuraden
...
- dst -
49
Gambar 15 . Bentuk Hubungan Antar Tabel Pada Model Basis Data Hirarki
Model Basis Data Jaringan
Model Basis Data jaringan merupakan model Basis Data yang cukup kompleks
karena memerlukan prosedur khusus untuk meng-akses data. Desain Basis Data
nya tidak mudah, tetapi untuk hubungan yang cukup kompleks, model ini
mungkin fleksibel. Ilustrasi tentang desain Basis Data jeringan dapat dilihat pada
Gambar 16 dan bentuk hubungan tabel nya dapat dilihat pada Gambar 17.
Kabupaten
SLEMAN
HM
Jenis Hak
BANTUL
HGB
HP
GUNUNGKIDUL
HGU
HPL
Ibukota
Sleman
Sleman
Bantul
Bantul
...
Gunungkidul
Wonosari
...
Lokasi
HM
..
.. Sleman
HGB
..
.. Bantul
HP
..
.. Gunungkidul
HGU
..
.. Gunungkidul
50
HPL
- dst
.. ... Sleman
Gambar 17. Bentuk Hubungan Antar Tabel Pada Model Basis Data Jaringan
Model Basis Data Relasional
Model Basis Data Relasional adalah model Basis Data yang paling fleksibel
dibandingkan dengan Model Hirarki dan Model Jaringan. Model Basis Data ini
paling sering dan banyak digunakan untuk menyusun Sistem Informasi
Pertanahan. Hubungan Tabel diatur berdasarkan ID yang sifatnya unique
(tunggal). Jumlah Tabel yang dapat dibuat, jumlahnya mungkin tidak terbatas
tetapi harus diusahakan agar jumlah Tabel se-efisien mungkin. Ilustrasi dari
Model Relasional ini dapat dilihat pada Gambar 18 dan bentuk hubungan antar
tabel nya dapat dilihat pada Gambar 19 sebagai berikut.
Propinsi
Kabupaten
Kota
Bidang Tanah
Penggunaan Tanah
Fasilitas Umum
Pemilik Tanah
Jenis Bangunan
Harga Tanah
51
Tabel Kabupaten
Ibukota Juml Bidang Tanah
DI Yogyakarta Yogya
- dst -
Yogya
Ibukota
Nama Prop
Sleman
Sleman DI Yogyakarta
- dst -
Tabel Kota
Nama Kota
Nama Kab
Nama Prop
DI Yogyakarta
Jenis Fasilitas
Telepon
Jumlah
..
Kota
Yogya
-dst-
Jenis Fasilitas
Jl Nusa 1 Yogya
Telepon
Jl Nusa 1
212
Jl Nusa 1
Tomi
No Bdg Tanah
Perumahan
212
Kota
Jl Nusa1 Yogya
212
Profesi
Kota
PNS
Yogya
Jl Nusa 1
8.000.000
Gambar 19. Bentuk Hubungan Tabel Pada Model Basis Data Relasional
52
Operasi
(Operating
mengaktifkan/mem-fungsikan
sistem
System)
merupakan
komputer,
program
mengendalikan
yang
seluruh
53
54
keberadaan aplikasi perangkat lunak lain ini bersifat optional, tetapi untuk
kepentingan tertentu wajib diadakan pada saat perangkat lunak SMBD yang ada
tidak dapat digunakan untuk pembangunan Basis Data.
bukannya tidak
beralasan tetapi tentunya mempunyai alasan tertentu. Sistem Basis Data yang
diterapkan pada penyusunan sistem informasi ini pada dasarnya agar para user
atau mungkin juga programmer tidak perlu harus mengetahui data dari suatu
institusi. Hal ini disebabkan bahwa sebetulnya data cukup disimpan oleh institusi
yang mengeluarkan atau yang mengumpulkannya saja. Adapun yang boleh disharing-kan dengan institusi lain cukuplah Basis Datanya saja. Oleh karena itu
seringkali para user mengelola sendiri Basis Data dari data yang dimilikinya,
setelah menjadi Basis Data baru bisa ditukarkan dengan user lain. Oleh user lain
tersebut sesesuai dengan keperluannya masing-masing, selanjutnya Basis Data
hasil pertukaran tersebut dikelola sendiri untuk menjadi informasi yang akan
disusunnya. Melalui Basis Data ini, perubahan, editing, dan updating basisdata
dapat dilakukan tanpa harus mengganggu data asli yang dimiliki oleh suatu
institusi. User bisa merubah Basis Data yang ditukarkan itu menyangkut format
data nya, struktur file nya, bahkan melakukan eksport atau import data dari satu
perangkat keras atau perangkat lunak ke perangkat keras atau perangkat lunak
lainnya.
Menurut Eddy Prahasta (2001:182) apabila dibandingkan dengan sistem
prosesing file yang dilakukan dengan cara konvensional, maka penggunaan Basis
Data akan memperoleh keuntungan-keuntungan dalam hal antara lain : bisa
mereduksi duplikasi data, memperoleh kemudahan, kecepatan dan efisiensi (data
sharing dan availibility), akeses (pemanggilan data, bisa dilakukan penjagaan
integritas data, bisa menyebabkan data menjadi self-documented dan selfdescriptive, bisa mereduksi biaya pengembangan perangkat lunak, dan bisa
55
56
data pertanahan yang satu dihubungkan dengan data pertanahan yang lain, barulah
bisa dikatakan sebagai Basis Data pertanahannya BPN. Basis Data pertanahan
bisa berupa Basis Data spasial maupun Basis Data tekstual. Basis Data spasial
pertanahan di BPN berupa Basis Data bidang tanah yang bisa berasal dari
pengolahan data yang berupa antara lain Peta Foto Digital, Peta Dasar Digital,
Peta Pendaftaran Tanah Digital. Proses digitalisasi peta-peta ini dilakukan baik
melalui proses digitizing maupun proses cannning. Peta-peta digital tersebut
ditumpang susunkan (overlay) menjadi Digital Peta Pendaftaran. Selanjutnya peta
digital ini yang sudah dikomunikasikan/dihubungkan antara bidang tanah satu
dengan lainnya sudah bisa disimpan sebagai Basis Data pertanahan spasial.
Adapun Basis Data pertanahan tekstual bisa dibangun dengan mengolah data
tekstual yang ada di data pertanahan yang berupa Gambar Ukur (GU), Surat Ukur
(SU), Buku Tanah (BT) yang di cross check kan satu sama lain. Dengan
menggunakan perangkat lunak pengolah Basis Data tekstual seperti Ms. Access,
Fox Base, Dbase, Oracle, dsb. Selanjutnya data pertanahan ini diolah menjadi
Basis Data pertanahan tekstual. Selain bisa diolah menjadi Basis Data pertanahan
tekstual, GU, SU, BT juga bisa didigit data spasialnya untuk menjadi Basis Data
pertanahan spasial setelah dihubung-hubungkan antara bidang tanah yang satu
dengan bidang tanah yang lain. Gabungan antara Basis Data pertanahan spasial
dan Basis Data pertanahan tekstual BPN ini bisa disebut Basis Data pertanahan
nya BPN atau BPN Database. Pembangunan Basis Data pertanahan di BPN ini
pada akhirnya akan digunakan untuk penyusunan Sistem Informasi dan
Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS).
Sama halnya dengan Basis Data pertanahan BPN, Basis Data pertanahan
yang dibangun di instansi KPPBB juga terdiri dari Basis Data spasial dan Basis
Data tekstual yang berkaitan dengan perpajakan atas tanah dan bangunan. Basis
Data pertanahan spasial PBB yang berkaitan dengan pengelolaan pajak bumi
(tanah) nya bisa berasal dari hasil pengolahan data pertanahan yang berupa Peta
Blok dan Peta Zona Nilai Tanah (Peta ZNT). Adapun Basis Data pertanahan
tekstualnya diolah dari data pertanahan PBB yaitu data Nomor Objek Pajak
(NOP) yang berisi data objek pajak dan data subjek pajak yang berkaitan dengan
57
bumi (tanah). Sedangkan Basis Data tekstual pertanahan PBB yang menyangkut
bangunan diolah dari data Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
Pembangunan Basis Data pertanahan PBB pada akhirnya akan digunakan dalam
rangka penyusunan Sistem Informasi dan Manajemen Objek Pajak (SISMIOP).
LATIHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
RANGKUMAN
58
informasi, maka Basis Data adalah merupakan salah satu komponen utama. Tidak
ada sistem informasi yang bisa dibuat/dijalankan tanpa adanya Basis Data,
termasuk pada saat mengelola Sistem Informasi Pertanahan (SIP). Di dalam SIP
Basis Data yang harus dikelola adalah Basis Data Spasial dan Basis Data Tekstual.
Basis Data pada awalnya digunakan untuk keperluan efisiensi administrasi
data. Tampilan yang populer dari Basis Data adalah Tabel, yang umumnya diberi
nama, dan terdiri dari baris dan kolom. Baris dan kolom berisi data yang disusun
secara beraturan dan sistematis. Data yang ada dalam baris disebut record,
sedangkan judul untuk suatu kolom disebut field. Nama-nama field disebut atribut
yang menunjukkan karakter dari tabel yang bersangkutan. Dalam pengembangan
selanjutnya, Basis Data dimanfaatkan juga untuk mengelola data spasial atau data
yang mempunyai acuan atau ber-georeferensi. Georeferensi yang paling umum
digunakan adalah sistem koordinat proyeksi (X,Y), dan Basis Data yang
disimpannya disebut Basis Data Spasial.
Model Basis Data sangat ditentukan oleh hubungan antar entitas (obyek)
untuk suatu bidang aplikasi. Entitas pada dasarnya tidak terbatas (apa saja boleh),
yang penting adalah bahwa entitas tersebut dapat memberi pengertian tentang
suatu obyek. Basis Data untuk suatu bidang aplikasi tertentu, mungkin saja
menggunakan entitas dari aplikasi lain. Atribut dari suatu obyek, mungkin saja
menjadi entitas (dengan atribut baru) untuk aplikasi lain. Model Basis Data yang
sudah sering diaplikasikan ada 3 macam, yaitu : Model Basis Data Hirarki
(hirarchical), Model Basis Data Jaringan (network), dan Model Basis Data
Relasional (relational).
Basis Data hanyalah sebuah obyek yang pasif/mati, karena Basis Data ada
karena ada pembuatnya. Basis Data tidak akan pernah berguna jika tidak ada
pengelolanya, dimana yang menjadi penggerak/pengelolanya adalah program
(software). Gabungan antara keduanya yaitu Basis Data dan pengelolanya, akan
menghasilkan suatu Sistem yang disebut Sistem Basis Data.
Keuntungan-keuntungan Basis Data antara lain : bisa mereduksi duplikasi
data, memperoleh kemudahan, kecepatan dan efisiensi (data sharing dan
availibility), akeses (pemanggilan data, bisa dilakukan penjagaan integritas data,
59
(B/S)
(B/S)
(B/S)
(B/S)
(B/S)
(B/S)
(B/S)
8. Basis Data tidak akan pernah berguna jika tidak ada pengelolanya.
(B/S)
(B/S)
(B/S)
= Baik;
60
70 80 %
= Cukup;
70 %
= Kurang
61