Anda di halaman 1dari 1

Sorga di Bawah Telapak Kaki Ibu

eramuslim - Ibu Ibu mau ke Ibu suara tangisan itu terdengar sangat menyedihkan. Di keheningan
tengah malam, di saat orang lain tertidur pulas, ada seorang anak yang gelisah, tidak bisa tidur. Ketika dia
terbangun, orang yang sangat dicintainya tidak berada di sampingnya seperti biasa. Karena keterbatasan
ekonomi, Ibu yang single parent itu mengambil keputusan untuk menitipkan puterinya di panti asuhan.
Masih terngiang bujukan si Ibu kepada anaknya, Karena Ibu sayang sama kamu nak, Ibu titipkan kamu di
sini, kan kamu bilang kamu ingin sekolah ? Ibu ga punya uang. Kamu harus sabar ya nakatau kamu mau
kita seperti dulu lagi ? Jualan sambil hujan-hujanan atau kepanasan dan kalau cape tidur di pinggir jalan ?
Percakapan antara ibu dan anak tersebut pastilah asing di telinga kita yang punya sejuta nikmat. Sekolah
tinggal sekolah, sarapan tinggal makan atau kemana-mana diantar oleh supir. Ah, semoga kita termasuk
orang-orang yang bersyukur.
Kembali kepada si anak. Hatinya yang belum dirasuki oleh hingar bingar dunia telah terpatri begitu kuat
dengan hati si ibu. Teringat pula saya pada seorang Ibu yang sadis kepada anaknya. Hampir setiap hari si
anak dipukul dengan bermacam-macam benda. Tapi hati yang virgin tadi tidak mau tahu, Ibu tetaplah
orang yang paling dicintainya. Ketika sang Ibu pergi, tangisan yang dilantunkannya juga sama dengan
tangisan anak yatim di atas yang hidup dengan belaian Ibu penuh cinta. Wahai Ibu! Waktu akan cepat sekali
berlalu, anakpun dengan cepat bertambah usia. Hatinya tidak lagi terkekang oleh cinta seorang Ibu.
Banyak tawaran cinta di luar rumah yang akan didapatnya. Seorang anak akan mulai menerjemahkan cinta
sesuai dengan kebutuhannya. Bila cinta ibu kalah bersaing, tidak akan cukup air mata untuk
mengembalikannya ke dalam pelukan.
Saya teringat kisah nyata yang ditulis oleh seorang Ibu (sebagai ibrah). Karena karir, si Ibu lalai
memperhatikan anaknya yang beranjak dewasa. Si Mbok, pembantu yang setia dengan cinta polosnya telah
mengisi seluruh ruang batin puterinya, hingga tiap lembar diary sang puteri hanya bercerita tentang si mbok,
tidak selembarpun tersisa untuk menulis kenangan bersama sang Ibu. Ketika si mbok harus menghadap
Rabb-Nya, si anak tidak siap, overdosis! (cinta putaw mengalahkan cinta Ibu). Puterinya itupun pergi
dalam kerinduan terhadap cinta si mbok, sementara sang ayah stroke karena tidak bisa menerima
kenyataan. Innaalillaahi. Ada juga ibu yang baru merasa kehilangan ketika seorang anak sudah tidak bisa
dipisahkan dengan kekasihnya yang beda agama hingga kawin lari pun menjadi pilihan. Kebersamaan
dengan seorang Ibu tidak meninggalkan kesan apa-apa. Nauzubillahi min zalik. Dan mungkin banyak kisah
ratapan anak-anak lainnya yang begitu rindu dibelai oleh jari jemari ibu. Wallaahu alam.
Betapa berat amanah yang dipikul oleh seorang Ibu hingga Allah pun bersedia meletakkan sorga-Nya di
bawah telapak kaki Ibu. Kisah kepahlawan seorang Ibu pun menjadi perhatian penting dalam tapak sejarah,
seperti Al-Khansa yang sanggup memotivasi dan menghantarkan putra-putranya mati syahid atau Siti Asiah
isteri Firaun yang menerjemahkan kasih sayangnya dengan membawa putra-putranya ikut bersama
menemui Khalik demi mempertahankan keimanannya. Saya optimis! Masih banyak ibu-ibu di jaman sekarang
yang tidak rela mengurangi kehormatan sorga di bawah telapak kakinya. Wallaahu alam.
farah_adibah@yahoo.com
Untuk Mama yang telah membesarkan dan mendidik dengan samudera cinta. Sayangi mamaku ya Allah..
Dipublikasikan tanggal 24/07/2003 13:10 WIB

Anda mungkin juga menyukai