Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya
ingin seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah
naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku... Saudaraku
yang laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan
seperti seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan
menikmati
kehidupan. Akan tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini
kepada kaum laki-laki. Mereka akan mengatakan, "Wanita ini tidak malu".
Tidak ada yang bisa saya lakukan selain daripada diam. Saya tertawa...
akan tetapi bukan dari hatiku. Apakah kalian ingin saya tertawa,
sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya tidak sanggup...
Suatu hari, saudaraku yang paling besar mendatangiku dan berkata, "Hari
ini telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya..." Tanpa terasa
saya berkata, "Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!" Ia berkata
kepadaku, "Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya
tahu kalau kamu sangat memerangi ta'addud (poligami)". Hampir saja saya
berteriak di hadapannya, "Kenapa kamu tidak menyetujuinya?" Saya rela
menjadi istri kedua, atau ketiga, atau keempat... Kedua tanganku di
dalam api. Saya setuju, ya saya yang dulu memerangi ta'addud, sekarang
menerimanya. Saudaraku berkata, "Sudah terlambat"
Sekarang saya mengetahui hikmah dalam ta'addud. Satu hikmah ini telah
membuatku menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALlah,
ampunilah dosaku. Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata
ini saya tujukan untuk kaum laki-laki, "Berta'addud-lah, nikahilah
satu,
dua, tiga, atau empat dengan syarat mampu dan adil. Saya ingatkan
kalian
dengan firman-Nya, "... Maka nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari
wanita, dua, atau tiga, atau empat, maka jika kalian takut tidak mampu
berlaku adil, maka satu..." Selamatkanlah kami. Kami adalah manusia
seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah kami, kasihanilah
kami."
Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah
bersuami, "Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya
api menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu
ingin menikah lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan
tetapi doronglah ia. Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan
tetapi, harapkanlah pahala di sisi ALlah. Lihatlah keadaan suadarimu
yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai, dan janda yang ditinggal
mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia saudarimu, kamu
pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan kesabaranmu"
Engkau mungkin mengatakan kepadaku, "Akan datang seorang bujangan yang
akan menikahinya". Saya katakan kepadamu, "Lihatlah sensus penduduk.
Sesungguhnya jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap
laki-laki menikah dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita
kita yang menjadi perawan tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri
saja. Akan tetapi, pikirkan juga saudarimu. Anggaplah dirimu berada
dalam posisinya".
Engkau mungkin juga mengatakan, "Semua itu tidak penting bagiku, yang
penting suamiku tidak menikah lagi." Saya katakan kepadamu, "Tangan
yang
berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin