Bersujud dan berdoa, mencari keridhoan Allah di setiap detik, setiap langkah, dan jalan yang dilaluinya, agar
tak ada sedikitpun kebencian di mata Allah keatasnya. Belajar dari manusia-manusia terdahulu yang telah
mengukir nama mereka di hati Allah, semestinya saat ini, kita terus berjuang keras untuk bisa mendapatkan satu
tempat di hati-Nya untuk menggoreskan nama kita.
Harta yang banyak, bukan jalan untuk bisa mendapatkan tempat di hati Allah. Kendaraan yang bagus, jabatan
tinggi, status sosial terhormat, perhiasan dan berjuta keindahan dunia, juga tidak. Bukan semua itu yang akan
menjadikan kita makhluk berarti di mata Dia. Karena sesuatu yang tak abadi, tak mungkin bisa menjadi bekal
menuju keabadian untuk bertemu Yang Maha Abadi. Jiwa yang bersih, jiwa yang tenang, adalah jiwa yang
pertama hadir dalam bentuk jasad manusia saat pertama ditiupkan. Hanya dengan kembali dengan kebersihan
dan ketenangan semula, ia bisa diterima disisi Yang Maha Abadi. Maka, belajar dari semua ketidakabadian
selain Allah, jangan pernah menghabiskan waktu (yang teramat sebentar ini) yang diberikan Allah ini, tanpa
torehan tintas kebaikan. Mungkin besok, tak ada lagi waktu buat kita menggenggam tinta biru. (Bayu Gautama,
berjam-jam di tengah kebun teh Sukabumi, karena tak yakin besok masih ada waktu untuk kembali ke tempat
ini).