Anda di halaman 1dari 1

Denting waktu di alat penunjuk waktu itu kian bersuara, menandakan waktu terus berjalan

tanpa pernah berhenti sesuai dengan pinta diri.

Gemuruh angin bergetar hebat dengan riuh kilau cahaya petir menyambar tanah tanpa ampun.

Air mata alam itu, semakin lama semakin deras. Mengurung umat manusia untuk berdiam
diri di dalam dekapan selimut tebal agar tetap hangat.

Guratan takdir yang membawa mereka, hujan dan petir itu.

Langit sore yang seharusnya bersemu kemerahan malah dirundung akan kelabu. Matahari
seakan menenggelamkan diri lebih cepat tanpa mau menampakkan dirinya lebih lama.

Semakin lama, langit yang awalnya dibuai oleh warna abu-abu itu telah berubah menjadi
gelap.

Langit malam ini, tak tampak seperti biasanya.

Kali ini, langit itu tampak merekah dihiasi akan pancaran sinar-sinar kecil kebanggaannya itu.

Aku termenung menatapi langit malam beserta bulan juga bintangnya, bertanya-tanya, sedang
apakah kamu disana?

Kamu selalu berada di dalam suatu ruang gelap milikmu tersendiri yang tak membiarkan
siapapun menerjang masuk kedalam sana.

Namun, kala itu, saat aku melihatmu dengan bangganya keluar dari ruang gelap mu itu, kamu
telah disinari dengan cahaya yang bahkan tak pernah ku kenal.

Beginilah cara berjalan nya waktu…

Hari ini, gelap nya langit malam bahkan tak bisa menandingi gelap ruang-ruang yang tak
berpenghuni dalam benakku.

Anda mungkin juga menyukai