Anda di halaman 1dari 2

Kisah Purnama.

Malam kian menggila Purnama, dan denting jam semakin meresap ke ulu hati. Nyanyian gulita menyergap dan memaksaku bernapas dalam sepi. Ahh, kupikir aku merindukan dia Purnama. Rindu seseorang yang riang menatapmu. Tersenyum lebar ketika mendengus indahmu. Purnama, apakah ia pun malam ini tengah menatapmu? Bisikkan sedikit saja rahasia malam ini, agar aku bisa terpingkal mendengarnya. Tapi, aku yakin kau tak mampu melukis sosoknya Purnama. Aku sangat yakin. Sepertinya ia larut dalam kesibukkan. Sibuk berdzikir pada Rabb-Nya, lalu bersujud simpuh dalam derai air mata. Aku yakin, kau tak mampu meliriknya saat gelapnya malam, Purnama. Ia sungguh serius dengan cintanya pada Tuhan. Tapi, mengapa aku merindukannya? Dapatkah kau beritahuku, dimana bisa kudapatkan orang seperti dia? Purnama, tahukah kau malam ini dingin, sedingin Antartika. Hatiku beku. Sebeku tanah Pluto. Tahukah kau? Ahh kau memang serba tahu Purnama. Meski nyala matahari membunuh sinarmu, kau pasti akan tahu bagaimana hatiku. Dan Purnama, malam-malam kian berlalu. Tapi, bisakah kau bisiki aku siapa dia? Sedikit saja! Aku tak sanggup menahan rasa rinduku padanya. Pada orang yang berdoa setiap waktu, lalu mengalunkan bacaan Quran-Nya sambil berderai air mata. Ayolah Purnama, beritahu aku! Secuil saja! Jangan kau racuni aku dengan rasa sesak yang menyayat-nyayat ini. Purnama, kau akan menghilang malam ini.

Dan, aku masih bertanya-tanya dimana aku bisa mendapatkannya, sosok lembut yang selalu menjaga hati dan akhlak itu. Aku bingung Purnama.. Kita sebentar lagi akan berpisah purnama. Dan aku memejamkan mataku dihadapanmu. Merasakan kata-kata terakhirmu. Kau berbisik lembut ditelingaku. Dan, kau membuatku sangat terkejut Purnama! Purnama, aku tersungkur! Terjatuh dalam air mata yang mengalir. Getar jantungku berderu bagai mesin. Berdebar kencang. Merasa tak percaya atas ucapmu. Purnama, kau katakan aku lah orang itu? Aku? Aku..? AKU!!! Aku sendiri yang kini kucari. Ya, aku mencari diriku sendiri. Yang hilang ditelan fananya pelangi dusta. Dan aku masih bersimbah air mata. Lalu bersujud dalam sajadah basah nan sembap. Aku adalah teladanku Purnama. Ya, kau memang benar Purnama. Malam terakhir kita kau bersuara sunyi, merdu dan menenangkan. Membisikan kalimat indah dan menyentuh. Kau berkata. Kembalilah pada Tuhanmu

(Tetsuko Eika 13 Juli 2011. Purnama, kau adalah Purnama hati.

Anda mungkin juga menyukai