Anda di halaman 1dari 1

Aku tak mengerti makna kehidupan.

Sampai kapanpun mungkin aku tak mengerti dan tak mau tau tentang semua itu. Dunia ini suram, penuh dengan luka dan derita. Kebahagiaan hanya kudapatkan sesaat, tak berarti apa-apa. Dunia ini gelap, bahkan cahaya yang menerangimu pun bisa mengkhianatimu. Tak ada yang bisa kupercaya dan tak ada yang bisa mempercayaimu. Kejamnya dunia, tak ada yang mengerti perasaan kita. Tak akan pernah ada yang mengerti apa yang terjadi pada diri kita. Aku sudah frustasi. Hanya bisa terbaring di kasur yang tipis. Kapasnya berterbangan kesana kemari terlihat jelas ketika cahaya sang mentari pagi menembus atap rumahku. Kicau burung terdengar merdu di luar sana menandakan hari ini adalah hari yang cerah dan sangat sayang untuk dilewatkan. Namun biar bagaimanapun, aku tetap tidak akan beranjak dari kasur ini. Kekuatanku telah habis dimakan luka kecewa dan penghianatan, keberanianku hilang tenggelam dalam lautan duka berkepanjangan, dan semangatku benar-benar padam. Tak ada lagi cahaya. Tak ada lagi yang akan menjagaku. Hanya ada warna hitam kelam dalam benakku, sangat gelap. Sudah tak diragukan lagi, aku menderita dan semakin menderita dari hari ke hari. Gelap semakin gelap, malam kini tak pernah berganti siang dan sang mentari tak akan pernah kembali. *** Aku agak gugup hari ini. Kakiku gemetaran dan langkahku tergesa-gesa seakan takut ketinggalan sesuatu. Jalan yang berliku tak mengurangi semangatku sedikitpun. Aku ingin cepat sampai ke suatu tempat yang penuh dengan hal-hal menarik. Tempat itu adalah Kampus, di mana aku berharap akan mengubah nasibku suatu saat nanti. Hari ini adalah hari pertama kuliah. Jam sudah menunjukkan pukul 08.49. Sepuluh menit lagi. Apakah aku akan terlambat? Tidak.

Anda mungkin juga menyukai