Anda di halaman 1dari 2

Kucing

Publikasi 20/02/2003 08:52 WIB


eramuslim - Beberapa hari yang lalu, saya menemukan seekor anak kucing di jalan.
Suaranya ribut betul hingga mendorong kaki saya keluar untuk mencari posisi suara kucing
tadi. Ternyata di tepi jalan , terdapat seekor bayi kucing yang saya perkirakan baru lahir
beberapa hari yang lalu. Entah dimana Ibu si kucing, Akhirnya saya bawa ke rumah,
kebetulan ada dua ekor kucing di rumah yang juga sedang menyusui anaknya. Awalnya saya
khawatir kucing di rumah itu tidak mau menyusuinya. Karena semalaman dia biarkan anak
kucing tersebut mengeong tanpa mau mendekatinya walaupun sudah dipaksakan untuk
menyusui bayi kecil kucing tadi. Apalagi kucing itu anak-anaknya sudah besar.
Paginya saya coba letakkan kucing kecil tadi bersama anak kucing yang lain. Beberapa jam
sempat saya paksakan si Hitam untuk menyusuinya, tapi tetap tidak mau, si Hitam hanya
menjilatinya. Akhirnya saya tinggalkan kucing tadi di luar bersama anak-anaknya. Namun
beberapa jam kemudian saya dengar kucing kecil tadi sudah diam. Saya coba lihat, ternyata,
subhanallah si Putih (kucing lain yang juga menyusui anaknya) sudah menyusui kucing kecil
tadi. Sambil menjilati kucing kecil tadi. Sampai sekarang si Putih masih menyusui si kucing
kecil.
Saya yakin ibu si kucing tadi tidak pernah bermaksud mencampakkan anaknya, tapi ada
tangan jahil manusia yang membuang, Beberapa hari yang lalu saya juga pernah mendengar
kasus seperti ini, tapi bukan kucing. Kisah manusia. Persis sama, hanya satu yang berbeda
kucing tadi tidak membuang anaknya tapi manusia yang membuang ke jalan. Sementara
kisah yang baru saya dengar ini si ibunya sendiri yang membuang anaknya di tempat sampah.
Jangan merasa aneh ketika saya saat ini bercerita tentang kucing, karena ada sesuatu yang
unik di balik roman kucing ini. Sebuah kejujuran yang mampu merobek-robek keangkuhan
kemanusiaan manusia. Seekor binatang yang mampu memberikan kasih sayang kemanusiaan
disaat manusia meninggalkan sebuah nilai kemanusiaan menuju sifat kebinatangan seekor
binatang yang tidak punya sedikitpun akal. "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak
dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai
telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan meraka lebih sesat lagi". (QS. 7:179).
Masih tentang kucing. Saya juga pernah menyaksikan kucing melahirkan. Bisa dibilang itu
kali pertama dia melahirkan anaknya. Suaranya ribut, ketika saya lihat ketubannya keluar.
Akhirnya kucing tersebut menemukan tempat yang cukup strategis untuk melahirkan

anaknya. Namun yang menakjubkan, orang tua kucing yang 'bunting' tadi (si Hitam) terus
mengekori. Subhanallah Ketika si Putih tadi mengalami proses kelahiran anaknya, si Hitam
turut membantu mengeluarkan anaknya, menjilati dan membersihkan anak si Putih tadi,
sementara si putih terkulai lemah. Kasih sayang ibu sepanjang zaman. Itu pepatah yang
dibuat manusia, tetapi kucing jauh lebih memahami, dimandingkan ibu-ibu yang lain yang
ketika anaknya bunting, justru disuruh gugurkan karena malu ayahnya tidak jelas.
Satu lagi tentang kucing, Ketika saya memberikan sepiring makanan kepada kucing-kucing di
rumah, jumlahnya mungkin lebih banyak dibandingkan muatan piring untuk dilingkari
makan. Apa yang anda bayangkan? Kucing-kucing itu akan berebut dan saling mendahului
untuk secepatnya menghabiskan makanan? Kalau begitu anda salah, yang terjadi adalah si
putih maju untuk lebih dahulu makan dan beberapa saat kemudian tanpa interupsi mereka
satu persatu bergantian menghabiskan makanan. Bagi yang belum menunggu giliran dengan
tenang. Dan yang anehnya lagi kucing yang didahulukan makan pasti yang sedang menyusui
anaknya. Tahukah anda saya sama sekali tidak pernah menulis di dinding tempat makan
kucing itu Antri dong atau Budayakan Antri dan lain-lain. Lagian mereka juga tidak akan
bisa membaca. Tapi anehnya praktek teori antri tersebut tidak secanggih antrian kita kalau di
tempat umum: di Bank, di kasir, bahkan di kamar mandi. Mungkin bukan masalah antrinya
tetapi konsep itsar (mendahulukan kepentingan saudara) jauh lebih mereka pahami
dibandingkan sebahagian besar manusia saat ini. Demi kepentingan pribadi sebagian orang
rela untuk menghancurkan saudaranya.
Masih banyak lagi tentang kucing, tapi cukup disini saja, karena kucing saya tidak suka
dipublikasikan. Ada pertanyaan yang mengganjal di dalam fikiran saya, benarkah kucing
tidak memiliki akal dan hati? Maaf, pertanyaan saya terbalik, benarkah manusia memiliki
akal dan hati?
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapt memahami atau mempunyai telinga yang yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta
adalah hati yang di dalam dada" (QS. 22:46).
Yanti. RMuthiah11@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai