Anda di halaman 1dari 79

Puisi Langit

Gelegar Suara Kalbu


Karya : Yudi E. Handoyo, SH.

Kolaborasi Puisi Bersama Mariska Lubis


Suara Kalbu adalah Suara Tuhan.
Suara Kalbu adalah Soal Kebenaran.
Puisi Langitku adalah gelegar jiwaku.
Semoga membahana di sepanjang waktu.
~ Catatan Penulis ~
Daftar Isi

Dalam Jejak Penaku, Kusebut Bismillah


Prosa Kalbu: “Ketika Alam Terbuka dan Bicara”
Suara Bening
Aura Alam
Ibu Pertiwi Dalam Rasa (Kolaborasi bersama Mariska Lubis)
Sesat
Sang Sudra Sok Raja (Kolaborasi bersama Mariska Lubis)
Teruntuk Jiwa-Jiwa
Puisi-Puisi Kerusakan
- Kalian Yang Merusak
- Hilang Sukma Perasa
- Balasan Alam
- Kematian Sang Perusak
- Kesadaran Jiwa
Puisi Bisikan Angin dan Laut
- Awalan
- Isi Pertanda
- Akhiran
Ketika Alam Bertabrakan
CIntaku Negeriku (Kolaborasi bersama Mariska Lubis)
Hanya Padamu, Ya Allah (Kolaborasi bersama Mariska Lubis)
Keadaan Membuat Terang dan Kegelapan
Puisi-Puisi Kuasa Alam
- Kuasa Alam
- Mencari Kebenaran
- Tangisan Bumi Pertiwi
- Dialah Segala-Galanya
Penguasa Jagad Alam
Dan Kau, Manusia!!!
Takdir Jangan DIlawan
DALAM JEJAK PENAKU, KUSEBUT BISMILLAH

Bentangan langit tanpa ikatan, tak bersambung satu sama lain, namun
bersambung kehampaan, awan tebal, awan hitam, awan putih dan sejauh mata
memandang berubah dan berulah menjadi biru tua, warna warni, begitu indah
dan eloknya namun juga menjengkelkan, menakutkan, mengerikan dan juga
dapat mematikan tatkala kilatan dan sambaran halilintar menabuh genderangnya
dan dapat pula memberikan keindahan mata memandang.

Ukiran dan yang mengukir Maha Besar sungguh menakjubkan, tiada yang mampu
menyaingi dan menandinginya, apa manusia sadarkah?, Masih berpola pola
seperti dan berlagak sebagai Maha, bukan Maha Sang Pencipta namun Maha
perusak alam semesta, Maha pengeruk harta alam di bawah dan di atasnya,
jikalau di langit terdapat hiasan bisa juga akan diraih diambilnya, digagahi ini
adalah milik dan milik…..? Tiada kata yang enggan berkata oleh karena tak ada
barang bergelantungan diatas sana.

Namun sesungguhnya di atas sana berlebih lebih bergelantungan, namun tidak


ada yang mampu melihatnya, adapun yang mampu melihatnya maka akan
berlomba lomba mengejarnya, seperti halnya Pohon Jambe dan Batang Bambu
yang dihiasi berbagai macam barang dan manusia berebut walaupun tinggi
adanya, perumpamaan selalu ada dan nyata adanya, ini merupakan hal yang
menjadi pemikiran insan manusia untuk berusaha mengotak atik buah pikiran
yang baik dan jelek dan pada kenyataaanya, bahwa semua terjadi di atas bumi
yang diinjak ini.

Ukiran yang terhiasi selalu muncul bisakah diarahkan untuk membuat perubahan
yang hakiki yang benar benar untuk insan penginjak bumi dan beratapkan langit,
tidak sadarkah nantinya insan manusia beratap, berdinding, dan lantai sama
warna, sama rasa, sama bau dan sama semuanya adalah TANAH, sungguh sangat
disadari seutuhnya namun dan namun lupa akan itu, sejujurnya jikalau rambut,
kulit dan jutaan urat kasar dan halus bisa bicara maka insan manusia akan
ketakutan sepanjang usia menempel dan belum tercabut sukmanya.

Ukiran di langit apakah sama dengan ukiran di jasad insan manusia, tentunya
beda tetapi bisa dikatakan samakah Allohu’alam Tuhan Yang Maha segala
galanya, untuk itulah akan ku ukir dengan PENAKU di atas sana dan di jasad insan
manusia dengan harapan sekilas cahaya kuning keemasan, hitam mengkilat dan
putih bercahaya dapat mengukir tembus dialamnya oleh karena PENAKU wujud
simbul nyata yang dapat digoreskan halus dan kasar mencengkeram mengerat
luar dalam dengan kekuatan qolbu dan hati nurani karena sang Ilahi.

Yudi E. Handoyo

Malang, 11/01/2021
https://penanews.my.id/rubrik-essay/4151/dalam-jejak-penaku-kusebut-
bismillah/
Prosa Kalbu: “Ketika Alam Terbuka dan Bicara”

Mengukir kembali masa lalu beberapa langkah menuju suatu masa ke depan,
gerak langkah menuju bayangan masa depan jauh di atas sana, tapi masa
terpenggal di ujung jalan persimpangan, arah yang jelas membuat tidak jelas
berpikir pada sisi langkah ke mana tujuannya.

Sesungguhnya simpang empat jalan merupakan langkah yang tepat, membuat


terobosan menuju empat jalan mencapai titik yang dituju akan bersimpuh pada
titik yang diharapkan.

Lenyap tertutup kabut hitam hilang tak berbekas, jalan yang dituju kabur dan tak
tahu arah, di hadapannya berbaur banyak harapan, melupakan satu tujuan
harapan menjadi titik puncak untuk semuanya, berkecamuk alam pikir sulit
dibendung dengan alam hati, berbaur alam tersedot ke alam tanpa harapan.

Harapan tujuan samar sirnaNya dan tidak bisa diwujudkan, berebut mencapai
tujuan hanya harapan dan bayang-bayang.

Alangkah sayangnya menuruti nafsu belaka, hanya mengumbar ucapan seakan


dapat mewujudkannya.

Sayang dan sayang terhempas tidak tahu duduk di mana, adanya saat ini
melamunkan keadaan dan tidak bisa dikembalikan, harapan masih di depan mata,
garis putih lurus masih tajam di hadapan, bisakah berjalan diatasnya menuju
harapan yang terpatri mencapai garis akhir yang menjadi cita cita yang
didambakan untuk semuanya?
Langkah tak akan surut untuk mencapai walaupun tertatih tatih, pada suatu
saatnya akan tercapai jika ridho Tuhan memberkati.

Gerak halus mengumbar menabrak sendi sendi jiwa raga ingin bangkit membuka
celah Nirwana, kudobrak seisi alam ditempatkan pada tempat yang
sesungguhnya.

Mereka yang bukan pada tempatnya dipaksakan pada suatu masa yang dilewati
menjadi malapetaka, harapan harapan didepan mata menyelimutinya hanya
fatamorgana, hanya sedikit yang diperbuat seakan segalanya.

Suatu nanti alam membuka dan berkata, “Akan kuhimpit kalian sepanjang masa
pada lembah yang sulit diterka, kuperosokkan pada jepitan jepitan yang sulit
kalian duga, luapkan umbarkan sesuka hatimu, buka mata, raih semua seakan
kalian yang memilikinya. Bila tiba saatnya, kalian akan terjungkal-jungkal pada
lembah yang hina, dan tak akan berkutik sejengkal urat nadi yang melekat.
Sekarang, tertawalah sepuasnya, bahagiakan semuanya yang menjadi bagian dari
kelompokmu, ketika saatnya tiba kuinjak-injak kalian dengan telapak kakiku yang
tajam dan mengandung racun tak berbahu yang melelehkan kalian dengan
sekejap hingga hilang tak berbekas. Ribuan persimpangan jalan kututup dan tak
ada lagi celah yang kalian sanggup rambat walau dengan tetesan air mata untuk
melewatinya. Jutaan persimpangan jalan menembus berbagai ujung dan ujung
dunia akan kulumat karena keangkaramurkaan, akan kutundukkan urat urat otak
kecerdasan dan kelicikan, akan kututup keran-keran yang paling halus dan
kusumbat dan kulumpuhkan tak berdaya. Kuputarkan daya alam halus,
kulingkarkan dan kujerat sampai tanpa terlihat mata mata kesombongan dan
kecongkokan. Kuingin melihat dagu-dagu ke atas dan kalian yang merasa memiliki
semua dengan senyuman sinis terlingkar di bibir, mengangkat kaki bergoyang di
atasnya, angkat tangan bertolak pinggang dengan kesombongan. Saat tiba waktu,
merekalah yang akan kutekuk dan kucabik-cabik dengan kehalusan hingga
merasakan kesakitan tiada ampun di sekujur tubuh, walau sayang sejuta sayang
kulitku harus menyentuh kulit yang bukan Trahku. Sayang sejuta sayang kulitku
tetap akan menguliti kulit yang tidak sama dengan kulitku, dan akan kumainkan
dengan segala kekuatan tiupan halus, akan kubiarkan merobek dan tidak akan
kudengar lagi semua rintihan kesakitan, meski membuat sakit dan begitu sakit
siapa saja yang mendengarkan”.

Ketika waktunya tiba, tak ada lagi waktu.

Malang, 10 Januari 2021


https://penanews.my.id/artikel/4088/porsa-kalbu-ketika-alam-terbuka-dan-
bicara/
Suara Bening

Pandanglah langit dengan mata dan hatimu,


Akan tampak berbeda jika mampu merasakannya.
Bukan langit kosong tanpa isi dan daya,
Namun dapat memberikan sentuhan kekuatan.

Sentuhan begitu besar dan kuat memberi rasa keberanian,


Juga memberi ketakutan jikalau awan hitam tebal melayang-layang.
Di sanalah di atas tanpa batas dan sekat,
Seperti hati dialamnya seluas alam belantara dan seluas samudra..

Kerinduan hakiki jika hati begitu bening,


Bening dan jernih akan ada kedamaian.
Ukirlah jiwa dan hati akan bernuansa kebaikan,
Di situlah bersemayam cahaya Sang IIahi.

Masihkah merasakan yang engkau pandang?


Butuh kelembutan seiring hawa menggandeng kelembutan.
Apa merasakan untaian kelembutan menyentuh hati?
Adakah semilirnya hawa halus menerpa jasad?
Jikalau tidak merasakan apa-apa, apa ada yang salah pada jiwa?
Di situlah adanya kelembutan mati,
Mati suri selama lamanya antara mati dan hidup,
Ibarat pohon kering masih tertancap tanpa daya.

Malang.
Senin, 04.01.2021.14.45.WIB.
Aura Alam

Kulihat wajahmu beraura luar biasa


Memancarkan sinar kelembutan sulit diterka
Setiap aura memancar mempunyai makna
Hanya orang orang yang peka bisa merasakannya

Auramu berwarna warni begitu indah


Setiap aura berkata apa saja setiap uratnya
Uratnya halus lembut berhias diwajah
Memberikan pancaran bagi umat manusia

Rambut terurai bola mata biru tua


Tiada menyangka perubahan karena allaah swt
Tiada henti setiap waktu melantunkan doa
Memohon sepasang kupu kupu terbang bersama.

Bibir berucap hati tergetar getar


Lantunan doa bersambung tiada tara
Memutar secepat kilatan cahaya
Tiada yang mampu siapapun yang menggoda

Tak bergeming walaupun geledek menyala nyala.


Sesumbar memekikkan telinga tak berguna
Melemah tergeletak dimana mana
Tanpa aura mati tak bernyawa

Malang.
Sabtu, 01012021.

https://penanews.my.id/news/pusisi/3775/aura-alam/
Ibu Pertiwi Dalam Rasa
Kolaborasi Bersama Mariska Lubis

Sinar rembulan sayu meredup terang dingin menerangi alam dan seisinya.
Bulatnya rembulan penghias angkasa isinya jagad alam semesta.
Bagaikan wanita cantik berjalan semampai kehendak dipandang hambanya.
Menginginkan pujian dan doa hambanya ciptaan Sang Maha Kuasa.

Apakah hambanya memandang sang Bulan purnama bertengger di atas sana.


Dengan Menengadahkan kedua tangannya menatap kedua mata ke atas
melantunkan pujian kebesarannya.
Ingatkah setiap kemunculanku di atas dan engkau menatapku.
Ataukah engkau tutup kedua mata dan hati tidak melihatku keindahannya.

Aku rembulan bagaikan ibu tersenyum mata berbinar senyum lembut menawan.
Begitu lemahnya hati engkau tutup rapat tidak mengenangku.
Engkau melupakan rembulan duduk di atas sana bagaikan hiasan saja.
Sesungguhnya cahayaKu menerangi bumi yang dipijak hambanya.

-----
Rayuan Rembulan ronakan pipiku, Kedipan para bintang yang menari bersamanya
turut menggodaku, Aku terpikat bukan karena itu semua, kasihNya yang
menundukkanku.
-----
Kuhunuskan pedang, tinggi tegak ke awan, mengkilat cahaya putih, kubelah
jiwamu tetesan darah mengucur basahi bumi.

Tersungkur belahan jiwa raga, engkau lihat dengan mata terbelalak tak berdaya,
tetesan keringatmu mengucur deras.

Berbaliklah badanmu ingatlah jati dirimu, dari seonggok tulang berbalut daging
dan kulit, menyelimuti.

Masih tegarlah jati dirimu saat ini, apakah masih tersimpan kesombongan dan
keangkuhan.

Saatnya sudah dekat akan merenggut sukmamu kutenggelamkan dalam bumi


perjanjianmu.

-----
Ulahmu hanya seperti debu, jaring-jaring rakyatku pun tak akan mampu kau sapu,
Kau sudah terjerat ulahmu sendiri, jangan harap Kau mampu berdiri lagi, bisaku
akan meluluhlantakkan semua sihirmu!!!

Jangan melawanku!!! Senyumku tak akan sanggup kau tatap, diamku lebih
membunuh!!!
-----
Alam berbinar rasa panas menusuk sukmamu, engkau tahu apa yang akan
ditusukkan kepadamu.

Sadarkah jasadmu tak akan bisa berwujud lain sebagai pengganti dirimu dan
segagah jiwa ragamu.

Hanya jiwa jiwa kerdil dan bebal takut akan kesengsaraan walaupun limpahan
hartamu menggunung.

Engkau julangkan wajahmmu tak pernah bersyukur kepadanya, hanya sesaat


jikalau hatimu gundah dan bermasalah.

----
Remuk redam hati teriris,
Langit kelam awan mendung terus mengikis,
Sampai kapan rakyatku mampu bertahan?!
Haruskah malaikat pun turut menangis?!

Durjana sudah melewati segala batas,


Muslihat tipu daya ditebar tak berperi,
Bilapun memang rakyatku sekedar permainan belaka,
Mampukah hatiku memandang tanpa meratap?!

Oh Tuhanku…
Berikanlah rakyatku kemerdekaan dan bahagia,
Selamatkan mereka dari genggaman para bajingan durjana kejam itu!
Jika pun harus kutukar dengan nyawaku untuk mereka,
Aku rela…

Aku Tak mampu berdiam diri,


Meski dengan mulut terkunci Aku terus berteriak,
Perjuangan ini Tak mampu kutolak,
Ijinkanlah rakyatku memiliki kehidupan yang lebih baik,
Dan benar Hanya di jalanMu, Ya Tuhanku ..
-----

Kobaran rasa hati begitu menyakitkan, pertanda alam kekalaman mulai


menghimpit jiwa-jiwa yang mengerikan.

Engkaulah tahu apa yang akan terjadi, di kemudian hari jika


keangkaramurkaanMu selalu menyelimuti jiwamu.

Hanya jiwa-jiwa yang kelam yang tertutup hatinya, sulit merasakan keadaan yang
sesungguhnya.

DidepanMu sudah memandang dengan tatapan tajam matanya, akan


membawamu serta ke alamnya.

Sidoarjo dan Bandung


Beberapa malam di Bulan September 2019
Sesat

Alam berduka, Biarlah berduka


Berduka sepanjang masa sudah waktunya.
Semua lupa siapa dirinya.
Hanya memikirkan jiwa raganya.

Kata terucap tidak membawa makna.


Apalah artinya hanya sementara merusak semuanya.
Inginkan hidup tanpa persaingan, melupakan di hadapanNya.
Berdiri dengan sesamanya yang sama perilakunya
Hanya semu tak jelas dari masa ke masa.

Beratap tanpa penyangga


Berdiri tanpa kedua kakinya.
Hanya kepala yang menjadi kebanggaannya.
Terjatuh lunglai tanpa ada yang membantunya.

Saat ini masih gagah dan bernyawa.


Berbuat apa saja hanya memburu hingar bingarnya kemewahan.
Tertutup sudah yang terbaik tidak karena karena Allah.
Jalannya tersesat masih menganggap biasa saja.

Malang, 17 Des 2020. 07.00 WIB


https://penanews.my.id/artikel/2557/sesat/
Sang Sudra Sok Raja
Kolaborasi Bersama Mariska Lubis

*Sang Sudra yang sok jadi Raja duduk bersandar di singgasana.


*Mata memandang tak berkedip satu arah.
*Nafas halus bagaikan orang mati.
*Karena alam pikirannya mati suri.


Mati kalian para sudra yang sombong dan congkak!!!
Tidak ada lagi ibaku untuk kalian semua!!!

* Bangkit pelan merambat tak berdaya.


*Sorot mata lemah mengarah dinding batu.
*Selangkah berhenti beban berat tersirat.
*Raut wajah hilang rasa bahagianya.

*Tidak mampu menyembunyikan dari urat raut wajah


*Terpaan batu gunung sulit dihindarkan.
*Tidak akan lari kubangan dan kawat berduri membatasi.
*Terjerembab garis merah menyala didepan mata.
*Pandangan yang dilihat seputaran batu keras.
* Tidak ada celah udara ataupun celah kehidupan
*Udara dingin tertutup rapat tidak berhembus
*Terasa sesak qolbunya merasakannya.

—-
Aku Akan terus tersenyum memandang wajah-wajah kalian yang menderita,
penuh dusta kemunafikan!!! Kalian tak mampu bahkan membaca senyumku dan
tersenyum bagi kehidupan. Kalian hanya seonggok daging yang bernafas tanpa
nyawa.

*Walaupun tongkat di tangan, tongkat tak bernyawa


*Titahnya salah kaprah buat bingung kawula
*Berat diucapkan tetap diucapkan dosa melekat
*Takdir melekat dibuatnya karena titah salahnya.


Neraka kalian persembahkan, neraka pula tempat kalian berakhir sepanjang akhir
hayat. Surga yang kalian rebut dan hancurkan, bukan untuk kalian.

Nirwana duniaku, tetap milikku dan semua yang kalian injak-injak dan hinakan.

Selasa, 05012021.15.45 wib.

https://penanews.my.id/puisi/3920/sang-sudra-sok-raja/
Teruntuk Jiwa-Jiwa

Hai Manusia pengisi jagat raya, sebagai pengisi bumi tiada tanpa batas,
Tiada manusia pun menjangkau, setiap sudut-sudut batas ciptaan Engkau Yang
Maha Besar,
Kehebatan macam apa yang engkau suguhkan kepadaku?
Setelah terlahir pengisi bumi seantero jagat raya,
Apakah engkau mampu mengelilingi setiap sudut yang aku ciptakan?
Apakah engkau sudah menguasai setiap relung yang paling tajam menuju perut
bumiKu?

Jangan engkau sombongkan di hadapanku, setelah aku cipta jasadmu seutuhnya.


Janganlah membusungkan dadamu, siapa dirimu yang sudah terwujud seutuhnya
manusia?
Insan manusia sejengkal kehebatan yang dimiliki, lupa siapa yang memberikan,
Menjadi manusia-manusia yang lupa, setelah menikmati kegagahannya.
Berpalinglah resapi jasadmu, terbuat dari bahan apa saja, apakah mampu
mengurai sampai kehalusannya.
Tapi sesak nafasmu kesakitan dan meronta tak terdengar suaramu.
Hanya kedua mata memandang tanpa berkedip tak tau apa yang dikatakan.
Menyebut nama Tuhanmu tidak mampu
Diucapkan hanya desah nafas keras yang mendorong dadamu.

Pendamlah kesombongan kecongkakan dan ambisius jiwamu saat nafas masih


mengalir di jiwa raga.
Kembalilah jika masih ingat siapa jiwa raga saat ini tercipta dari TuhanMu.
Sesungguhnya jiwa jiwa manusia, hanya sebutir debu belum jutaan debu lainnya.
Sandarkan debu-debu Sang Pemilik pada jiwa jiwa manusia, yang dapat berjalan
sesuai kehendakNya.
……..

Pandanglah di ufuk timur sinar pagi Sang surya,


Dengan segenap Nuranimu yang paling dalam,
Pancaran sinar sang surya membawa rasa kerelung hati.

SinarMu meluluh lantakkan, jiwa jiwa yang gelap,


Jiwa gelap terurai menyelimuti rohaninya,
Tampa terkikis membawa malapetaka .

Mata tak terlihat memandangmu dengan keheranan.


Sinar dihadapannya dianggap hanya sebuah sinar
Sesungguhnya melihat jiwa jiwa gelap.

Kuretakkan jiwa beserta alam dengan halus


Merintih qolbunya tiada yang mengetahui.
Rintihanmu membawa kobaran api amarah.
Merusak sendi jasad rohani menjalar sekitarnya.
Mata rasa begitu tajam memandang segala arah,
Memandang begitu ringannya ke segala relung terang dan gelap tampa batas,
Menatap setiap detak jantung hamba hambanya

Tak terlihat mata hambanya dibumi sebagai penghantarnya,


Tak terselip sebenang rambut merasakan hati hamba lainnya,
Waktu yang mengukir sebagaimana hembusan halusnya angin,
Saatnya terkunci tak berdaya dan tak mampu berbuat apa apa.

Betapa kuatnya jiwa raga, saatnya terbakar pandanganku,


Pandanganku akan menghancurkan jiwamu yang lemah,
Berbalik dan sembahlah seutuhnya, sebelum jiwamu meronta ronta.
Puisi-Puisi Kerusakan
Kalian Yang Merusak

Hawa atas sana tenang melilit sukma


Kepala tergulai seperti tanpa penyangga
Putik mata diam tak tau arah kemana
Urat wajah menghiasi alam semesta
Murkanya alam akan menabrak jiwanya.

Engkaulah perusak alam yang penuh bahagia


Engkaulah penabur racun angkara murka
Engkaulah menaburkan benih benih guratan hitan.
Engkaulah membengkokkan guratan putih pengisi alam.
Menjadikan alam seperti tidak bernyawa.

Sang alam diam bukanlah mengamininya


Diam termangu dengan rencana Sang Ilahi
Waktu sudah dekat mengikat auramu
Auramu hitam akan membakar pikiranmu.

Duhai manusia hilang rasa cinta kasih


Cinta kasih hanya ucapan di bibir tak berarti
Engkau kobarkan seakan jiwamu suci
Namun sebagai mesin perusak di alam yang penuh arti ini.
Hilang Sukma Perasa

Engkau bisa rasakan hawa halus menembus hati.


Munuju garis garis lurus menembus segala penjuru.
Lantunan suara hati tak terdengar merebak sampai batas tanpa batas.
Mengiris siapa yang ada dengan tidak bisa dirasakan.

Hai hawa halus begitu sadunya sampai engkau terpesona.


Sang pemilik memiliki semuanya diberikan kepadanya
DihadapanNya tak tahu apa yang sudah diterima
Hanya jiwa-jiwa yang sama hawa halus yang dapat merasakannya.

Begitu sensitifnya engkau tidak bisa merasakan keharuan.


Keharuanmu hilang terbawa keharuan hawa hitam.
Lupa dan lupa dan ingat sesaat kemudian kembali keasal muasalnya.
Kembali pada titik dan sulit bangkit menunggu waktu yang begitu lama.
Balasan Alam

Bunga bersemi cepat layu


Layu hilang auranya terhempas angin
Angin berkata engkau salah arah
Terbawa jauh angin entah ke mana.

Batang akar ranting layu dan mengering


Tidak mau menghisap walaupun diberi air.
Air kehidupan tak menyentuh dan menghidupinya
Oleh karena hilang sukma dan auranya entah di mana.

Kelembutan aurora bunga luar biasa.


Tak semua insan manusia mengetahuinya
Aurora bunga berkata engkau akan sedih selamanya
Tak ada waktu lagi kembali karena tersekat aurora bunga yang kejam dan
menyakitkan.
Kematian Sang Perusak

Hai Sang Pujangga membawa pedang dan bara api


Kutebaskan keseluruh penjuru alam dengan tuntunannya
Tuntunan dan tuntutan Sang Ilahi untuk melakukannya
Dengan doa restu dan pujian akan menghabisinya.

Engkau berkelit sedikit tak akan bisa bergeser


Terikat kekuatan alam sulit menghindar
Tak akan bisa apa apa dan runtuh dengan sendirinya
Kekuatan daya jiwanya meresap pada yang diinjak kedua kakinya.

Sang Pujangga senyum halus terkesima


Sang ilahi berkata lakukan hanya untuk kemurnian, kebesaran dan kebenaran
sejati
Tak akan luluh dan berhenti memutarkan pedang amanah sejatinya
Membabat habis jiwa-jiwa yang tak berarti perusak Negeri.

Para pemain memainkan peranan seenaknya sendiri


Yang dipikirkan hanya ketenaran inilah aku sosok yang pemberani
Pemberani berkutat pada pemikirannya sendiri
Pada lingkaran kecil setelah selesai tak membawa arti sama sekali.

Konpirasimu saai ini begitu akan tertolak kompirasi Tuhan Mu.


Lingkaranmu akan terpecah dengan lingkaran Tuhan Mu
Engkau akan menangis sepanjang masa, masa yang tak akan terlalui
Tangisanmu tak akan menarik keharuan di depan yang engkau hadapi.

Betapa menyakitkan alam halus yang sesungguhnya


Lingkaran halus akan menjepit jepit kekasaran jiwa
Tak akan terhindar dari sebersit kilatan kehalusan memancar
Memancarnya akan merasuk menghujaninya sepanjang masa.
Kesadaran Jiwa

Munculkan sensitifnya rasa dhohir dan rasa qolbu


Lihatlah dengan segenap sepenuh hati
Satukan mata dan hati dihadapanmu dengan penuh keyakinan diri
Bisakah engkau menerobos ke alam yang engkau pandang?

Engkau hening mata apa yang engkau rasakan.


Apakah engkau tak berkedip hanya melamun?
*Mata tertuju hanya sekedar memandang
*Melihat tak merasakan apa yang dilihatnya.

Lihatlah dan rasakan setiap yang engkau lihat dengan hati


Yang engkau lihat pandangi dan maknai
Apalah artinya bila engkau hidup tetapi engkau mati?
Mengerti kehidupan namun tidak dijalankan

Sangatlah pedih jikalau engkau diberikan berkah jalan ditempat


Kerugian alam kalam akan menjeratMu
Kenyamanan dohirmu tidak akan meraih kalamMu
Namun engkau hanya berpijak dan tidak mengangkat kakiMu.
Kesadaran jiwa hanya dalam qolbu yang mencipta
Tidak akan mengangkat yang engkau angkat ambisimu.
Sang Pencipta tersenyum dengan senyuman kehalusan
Kehalusan Sang Khalid tidak bisa engkau rasakan
Yang engkau rasakan hanyakah dunia semata.

Selasa, 05012021.16.00.wib.
Puisi Bisikan Angin dan Langit
I. Awalan

Langit terhampar luas tanpa batas


Terdengar senandung lagu merdu
Untaian garis garis melambai lambai
Melambai seperti Lima jari memanggilnya

Terlihat dan terdengar suara kemrincing


Nyaring dan begitu lembut terdengarnya
Mendekat seraya tumpangan dipersiapkan
Membawa melaju melesat dengan cepat

Hembusan hawa halus dingin menyengat


Menyengat begitu menusuk dan lembut
Menjadikan saksi di Alam langit nan indah
Sulit dirasakan hanya hati yang lembut

Memutar alam langit menuju singgasana. Abadi


Hanya engkaulah pengisi singgasana yg sejati
Tanpa ada yang mencegahnya engkau pemiliknya.
Tiada yg memiliki singgasana, hanya garis garis halus sejati Bapak- Ibunya.

Bapak Ibu menyuguhkan pada putra putrinya yang dikasihi dan dicintai.
Putra putri sejati yang abadi tiada masa dan tanpa masa.
Diletakkan dipundaknya tampa terasa, untuk duduk disinggasana.
Menegakkan Cakra kedua tangannya pertanda kepemimpinan Dunia.

Tumpangan kemrincing Kereta Kencana


Mengkilat mensilaukan mata yang memandangnya.
Memutar dunia yang menjadi miliknya
Atas anugerah Bapak Ibu yang selalu ada dalam jiwa dan hatinya.

Malang, selasa,10 Nop 2020, 13.15.wib


II. Isi Pertanda

Burung..Ohh..Burung bertengger diranting pohon


Berkicauan bersautan tanpa henti, dan mengepakkan sayapnya.
Berjingkrak berputar berbahagia menyambut alam yang kelam
Mendongakkan kepalanya memandang hawa kelam ke alam maya.

Terbang bersama kembali pada ranting yang sama.


Tidak jenak menghinggapkan kakinya ke ranting pohon.
Ada seberkas kegelisahan menghantuinya dalam pandangannya.
Mengekspresikan secara nyata dihadapannya yang dapat menangkap isyaratnya.

Kicauan burung yang saat ini berkicau menggelisahkan instingnya.


Instingnya begitu tajam menangkap isyarat alam yang tidak bersahabat.
Menunjukkan begitu tidak baiknya hawa alam yang menyertainya.
Mengajak berpikir mengeksplorasi apa yang bakal terjadi.

Ooohhh..Burung begitu tajam hatimu engkau suarakan ke alam.


Bisakah manusia manusia dibumi merasakan kicauanmu.
Hanya kuasanya engkau siratkan dihadapanmu yang dapat meresapinya.
Dan memberikan jawaban nantinya atas alam yang kelam.

Ooo..Burung engkau bisa pergi melayang ke ranting pohon lainnya.


Mengapa engkau terbang kembali lagi pada ranting pohon semula.
Apa engkau pertunjukkan bahwa alam kelam akan menerjang.
Hanya bahasamu logatmu gayamu yang engkau tunjukkan kepadaKu.

Kutangkap isyaratmu akan mendapat petunjuk dari IbuKu.


IbuKu sang penguasa jagat alam yang tahu apa kehendakmu.
Hanya saat ini engkau diutus menyampaikan kehendaknya kepadaku.
Untuk mempersiapkan jiwa raga seutuhnya yang akan diukir berperang
dihadapannya.

Malang, selasa, 10 Nopember 2020.


15.07 WIB
III. Akhiran

Aku melangkah dengan tenang dan damai telapak kakiku.


Memandang kedepan dan berdoa untuk kebaikan dan kedamaian.
Kulangkahkan dua kali jangkauanku untuk kecepatan apa yang aku tuju.
Perubahan yang aku dambakan untuk membuka lembaran baru kebahagiaan dan
kemakmuran

Jangan engkau menghadang langkahku yg kuat menginjak Bumi Pertiwiku.


Engkau akan terlempar jauh tak terlihat jasadmu.
Terpendam semak belukar terhisap keganasan alam.
Terhimpit celah batu kayu akan hancur meleleh seperti debu.

Itu masih hanya setetes saja menabrak jasad yang menghadang dihadapanku.
Belum apa apa yang ada dalam jiwa ragaku yang masih tersembunyi tiada
siapapun yang tahu.
Jika engkau masih menunjukkan kecongkaanmu kesombonganmu akan lebur jiwa
ragamu tanpa engkau rasakan.
Matilah engkau hanya ratapan rintihan tanpa engkau mendengar kasat mata.

Alam seisinya telah bersahabat denganku


Alam seisinya ada dalam jiwa ragaku seutuhnya.
Alam seiisinya melekat tidak mau jauh karena kehendaknya.
Melekat sepanjang masa karena olehnya dan yang diperjanjikan.
Jika engkau tidak sadar akan kulumat dengan mulutku dan swara hatiku.
Bumi Pertiwi dan seisinya jangan engkau ganggu seenaknya karena kehebatanmu.
Akan kukembalikan akan aku balikkan akan aku bolak balik menghimpit jasadmu.
Jangan engkau mengumbar keserakahanmu yang membabi buta.
Tak lama waktu akan menggiring jasadmu yang lemah tidak akan menghadap
yang engkau tuju.

Kuberikan kesempatan terakhirmu, jasadmu yang lemah jangan engkau


unggulkan.
Kurobek kucabik jasadmu beserta yang melengkapimu.
Engkau tidak akan bahagia di alam kelanggengan yang penuh kebahagiaan.
Engkau akan berada dialam yang belum pernah engkau rasakan pedihnya.
Engkau akan melebur tanpa arah hancur tanpa arah tidak diterima sebutir embun
dan sebutir debupun..

Malang, Selasa, 10 Nop 2020


15.45 WIB
Ketika Alam Bertabrakan

Alam atas Alam bawah menjerit


Terhempas seluruh Negeri Kesakitan.
Suara halus menerobos jiwa jiwa manusia.
Tak ada yang sadar jeritan menuju jiwa.
Hanya jiwa jiwa yang terpilih dan dipilih olehnya merasakan.

Sebutir embun, debu, angin, api, air, tanah menggeliat.


Melesat behamburan menabrak jiwa jiwa yang sesat hati.
Jiwa jiwa yang kelam mati rasa, tak merasakan jeritan.
Kerikil bebatuan keras, masih mampu merasakan.
Masih mengherankan, jiwa jiwa hidup masih mati rasa.

Sang panah melesat dari kehampaan nan jauh , menebar jutaan panah menusuk
jiwa yang mati rasa.
Engkau akan merasakan begitu tajam dan cepatnya membelah jiwa dan rasa sakit
menghantuinya atau rasa sakit yang tidak bisa dirasakan.
Sang Panah pengganti memunculkan roh jiwa sukma yang suci.
Sebagai penerus tanpa ada yang mengetahui, hanya engkaulah yang tahu dan
segala galanya.

Tak sadarkah gelombang begitu halus, menganyun menghancurkan.


Tak sadarkah kesemuanya akan terlelap tidur, tidur selamnya tanpa ada
kesaksian.
Hanya jiwa jiwa yang mati rasa, akan menemui ajalnya karena kehendaknya.
Jangan engkau anggap dengan ketawa kemenangan, lesatan kehalusan mengikis
sendi sendi jiwa yang rapuh.

Seisi alam bertabrakan, satu sama lain tidak ada yang saling mengenal.
Mengenal akan melepaskan, kesemuanya tertutup kekelaman.
Hanya jiwa yang terpilih dan dipilih berdiri tegak, akan menghiasi alam semesta
yang menjerit kesakitan.
Menenggelamkan jiwa yang kelam dan mati rasa sepanjang masa…

Malang, 5 November 2020


Cintaku Negeriku
(Kolaborasi Bersama Mariska Lubis)

Tidak ada yang aku cintai, Matahari tercipta karena kehendaknya.


Tidak ada yang aku cintai, bulan dan bintang tercipta karena kehendaknya.
Semua yang tercipta sudah ada, sebelum jasadku terlahir di dunia.
Bersyukur dan doa lantunanku kupanjatkan kepadaNya, hanya pada Yang Esa.

-----
Cinta hanya pada ucapan kiasan dibibir belaka.
Cinta hanya sekecap pada bibir terhembus pada belahan bibir atas bawah.
Cinta hanya kiasan terucap menyenangkan kedua telinga.
Cinta hanya menimbulkan perebutan dan malapetaka.

Cinta tidak membawa apa-apa.


Cinta dapat menenggelamkan jiwa raga.
Cinta dapat menghancurkan isi dunia.
Cinta membabi buta menguasai segalanya.
-----

Ah dirimu, cinta yang terucap bisa Hanya sekedar kata tanpa arti Dan makna. Dia
tak pernah mengucapkan cinta padaku, tetapi kurasakan segala cintaNya padaku.
Apalah Aku bila tiada ada cintaNya.
Jangan salahkan cinta untuk segala pedihnya hatimu dan segala kehancuran,
bukan cinta yang membuatmu terluka dan hancur, seringkali cinta tertukar
dengan nafsu dan segala kemunafikan serta ingkar, hanya hati yang dipenuhi
cinta yang mampu membedakan.
Jikapun dirimu membenci cinta, biarlah diriku saja yang bahagia karena cintaNya
padaku.
-----

Cinta hanya satu kata, digelorakan seakan miliknya.


Cinta satu kata membawa rasa seakan dia miliknya.
Cinta disalahkan krn cinta mengkhianatinya.

-----

Tak usah kau tanyakan cinta, jawablah hatimu sendiri, adakah cintamu untukmu
sendiri dan aku?!
Belum kah tahu, sesungguhnya cinta terletak dimana?
Belum kah tahu, dimana sesungguhnya cinta bersembunyi dimana.
Belum kah tahu apakah cinta merasakan cinta.
Hanya pengecut dan pecundang yang Tak berani mengakui salah, menunjuk jari
selalu lebih mudah.

Cinta disalahkan atas segala derita. 😭


Cinta bukan sekedar kata, sungguh kasihan cinta, manusia begitu kejam dan
mudahnya menunjuk jari, lupa siapa dan apa yang sebenarnya menghancurkan.
-----

Bandung –Sidoarjo,
23 Agustus 2020
Hanya Padamu, Ya Allah
(Kolaborasi Bersama Mariska Lubis)

Ketika takbir menggema, semesta pun bersorai, pertemuan setiap kalbu yang
bersimpuh, menjadi satu bersama cintaNya.

Alllahu Akbar!!!
-----
Suara Takbir hambamu yang Lemah, memutar mengelilingimu bersimpuh
mengumandangkan dan menatapmu tampa berkedip.
Hambamu mengikatkan Qolbu kepadamu Yaa Rabb, sehelai rambut tak terpisah,
sehembus nafas selalu bersamamu.
Tiada yang mampu menyentuhmu hanya orang orang yang beriman qolbunya
sesuai kehendakmu.
Berikan tanganmu yang halus sehalus yang sulit dirasakan oleh hambamu,
sehingga hambamu yang lemah akan berusaha merasakan kehalusanmu Yaa
Rabb.
Tetesan air mata qolbu yang mengurat, ke seluruh jiwa raga yang dapat
menggetarkan seluruh jiwa raga kehalusan.
Tampamu Yaa Rabb, kita yang lemah tak berdaya, tampa adanya sentuhan
kehalusanmu ke qolbu tidak akan menggetarkan jiwa raga.
Hanya engkaulah satu satunya yang memberikan semua sesuatu, kadang kala
terlupakan oleh hambamu yang lemah ini….

-----
Di kaki langit aku bersujud, membebaskan diri dari segala keangkuhanku, takbir
yang menggema mengguncang kalbu, tak ada yang kumiliki, aku hanya milikMu.
Aku pun berdiri di bawah langit, bersama deruan suara memanggil memuja
namaMu, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau Dan Muhammad adalah
utusanMu.
Di Ujung Langit Tampa batas dimana ujung dan pangkalnya, hanya engkaulah
yang mengetahui.
-----

Hambamu hanya membayangkan, hanya merasakan kebesaranmu tiada yang


mampu melawannya.
Hambamu ditakdirkan hanya merasakan selapis kulit ari belum menyentuh jutaan
lapisan kulit menyertainya..
Apa hamba hambamu lupa, akan dirimu kebesaranmu yang tiada tara,
keangkuhan hambamu ciptaanmu mengingkari engkau yang Maha Besar.
Apa hambamu yang terwujud nyata, pikiran dan qolbunya seperti batu,
sesempurna seluruh jiwa raganya tidak satupun bersuara, sehingga hambamu
lupa akan dirimu.
Yaa Allaah, hambamu yang kerdil qolbunya, sesungguhnya ada setitik pada
qolbunya mengakuimu, mengapa tidak dibangkitkan rasa itu.
Kehendakmu Kah, digurat seperti itu, dan setitik qolbunya yang mengakuimu,
engkau tenggelamkan.
Jika hambamu dikehendaki seperti itu, olehmu apa dijadikan contoh bagi hamba
hambamu yang lain..
Yaa Rabb, berikan sinarmu kepada ciptaanmu dan jangan engkau tenggelamkan
hambamu, karena engkau menciptakan sebagai pengisi didunia sebagai
penghiasmu, engkau sempurnakanlah.

-----
Kupanggil-panggil namaMu di dalam hatiku,
Kesebut-sebut namaMu di setiap hembusan nafasku,
Tak ada nama terindah yang terukur begitu indah di dalam jiwaku,
Selain namaMu, ya Rabbi.
-----

Bandung-Sidoarjo
11 Juli 2020
Keadaan Membuat Terang Dan Kegelapan

Insan manusia membuat bingung, dibingungkan, dilema keadaan yang terang


menjadi sunyi, kesunyian menjadikan pemikiran, hati mati suri.

Sesungguhnya alamnya terang.


Palu sapto pandito ratu, bingung apa yang mau dititahkan.

Melawan korban berjatuhan, mengalah sulit untuk dikendalikan, keadaan sulit


diterka
Kekeroposan menjadi kenyataan, kerusakan merajalela, tidak terlihat akan
menjadi kenyataan.

Mata pedang terhunus, mengkilatkan cahaya menerjang dihadapannya tatkala


didepannya lalai akan jati dirinya.

Gesekan antar pedang memulai pertarungan, menunggu siapa yang jatuh dan
terjungkal, terpendam yang telah dipersiapkan lubang kematian.

Apakah Insan manusia masih kehendak menantang alam belantara, sang alam
pemilik tunggal tiada yang memiliki selain dirinya.

Hanyalah orang-orang yang lalai, sudah mengukir di tingkat tinggi melupakan,


mengingkari Sang kehendakNya.
Ketakutan dalam dirinya tak berkutik jiwa raganya, terhimpit kekuasaan
menjadikan mati segala galanya.

Siapakah kehendak Sang Illahi, yang menuntun jiwa jiwa manusia, menjadi jiwa
yang sesungguhnya menghantarkan alam semesta menjadi alam yang terang bagi
seisi semesta.

Akankah keadaan berjalan apa adanya, tampa kekuatanmu merombak jiwa jiwa
kerdil sembuyi dikegelapan.

Hanya engkaulah yang menentukan, perombakan dan perubahan dengan tangan


tanganmu didunia, menjadikan terang yang sesungguhnya.

Surabaya, 1 Agustus 2020


Puisi-Puisi Kuasa Alam
KUASA ALAM

Kupandang alam dengan tanpa batas.


Kekuatan didepan mata tanpa ada yang merasakan.
Sesungguhnya dihadapannya terbentang rasa tiada tara.
Hanya mahkluk Tuhan yang ditunjuk olehnya.

Sang Jagat melihat dengan penuh kekaguman.


Ada jasad manusia ternyata jadi pilihannya.
Tak merasa sang mahkluk tanpa merasa apa apa.
Bahwa dirinya yang terpilih menjadi sang putra dan putri yang perkasa.

Duhai alam membawa kekuatan senyap dari sang pencipta.


Kekuatan akan muncul membawa malapetaka dan perubahan.
Bagi mereka yang tersesat akan terguling dan terkikis.
Kekuatan kegagahan dalam jiwa tanpa ada yang mengetahuinya.
MENCARI KEBENARAN

Pancaran sinar pagi, menggebyar jagat raya.


Tanpa pandang bulu, menyengat jiwa raga.
Merasuk ke jiwa menerobos sela sela yang lembut jiwa manusia
Tiada kata-kata apa maksut yang terkandung didalamnya.
Menggerus setiap organ jiwa luar dan dalam.

Tampak tenang memancar tanpa diketahui kasat mata.


Membawa secercah keajaiban mengobati rasa didalamnya.
Menghancurkan segala apa yang menjadi keakutan.
Menjadikan perubahan kesempurnaan yang hakiki.

Kuatkah manusia menerima secercah panas semakin bias.


Tanpa alas menyelimuti akan membakar jiwa rokhaninya.
Sesungguhnya biasnya panas sebagai cobaan, ujian untuk dijalani.
Menjadikan kuat jiwa dalam.menjalani kehidupan diatas Bumi Pertiwi.
TANGISAN BUMI PERTIWI

Semerbak isi jagat tiada tara.


Memberi nuansa isi alam nan nyata.
Kuraih penuh harapan dan penuh pesona
Memberikan keindahan wajah nusantara.

Semakin lama nuansa memudar kusut layu masa demi masa.


Tidak memancarkan keaslian yang sesungguhnya tercipta.
Inspirasi segar menjadikan kekalutan dan menimbulkan kebosanan.
Oleh karena banyak bangsa kurawa menunjukkan keangkaramurkaan.

Alam menangis melihat kelakuan manusia.


Kerusakan demi kerusakan menyelimuti alam nyata.
Tiada yang mampu mengobati keangkaramurkaan
Tinggal menunggu waktu apa yang terjadi.
Dialah Segala-galanya

Bongkahan batu besar selalu silih berganti.


Batu gunung bertengger diatasnya tanpa geser.
Tanpa tangan manusia semuanya tidak akan berubah.
Perubahan oleh tangan manusia, menjadi baik atau kerusakan.

Dirasa manusia mencari hal hal kebesaran diri.


Keangkuhan menjadikan nyata di kasat mata.
Tanpa berkedip dihadapannya ditiadakan begitu saja.
Wujud cermin manusia ingin berjaya sepanjang masa.

Tiada ragu semuanya ingin dikangkangi sekuat tenaga.


Tidak mau dilindih, inginnya dikuasainya.
Berbagai upaya bagaimana semuanya bisa diraih.
Menebar pesona jati diri, dialah segala-galanya.

Sidoarjo. Agustus 2020


Penguasa Jagad Alam

Mata insan Manusia di jagad raya, menatap seutuhnya di alam belantara.


Tampa berkedip memandanginya dengan penuh keharuan dan kebahagian.
Seakan isi jagad raya ada dalam putik mata yang melingkari seutuhnya.
Tampa tersisa yang dipandanginya tak beranjak dari tempatnya.

Sang insan manusia termangu seakan tidak akan meninggalkan tempatnya yang
ia duduki.
Meratap begitu dalam dengan menyebut nama Tuhannya.
Meneteskan air mata qolbu, tercurah melalui celah kedua matanya.
Tertunduk dengan derasnya butiran air mata membasahi pipinya.

Duhai Tuhanku betapa perkasanya, yang engkau perlihatkan kedua mataku.


Mataku begitu sangat berbinar binar, alam yang engkau cipta begitu
menakjubkan.
Tiada henti kupandangi, dan aku pasrahkan kepadamu yang alam berikan
untukku.

Kekuatanmu alam memberikan perlindungan, memberikan apa saja sesuai


kehendak Sang Illahi.
Rasa syukur yang tak terhingga, saya curahkan, pasrahkan segenap jiwa raga
seutuhnya.
Tampa sekat sehelai urat yang terhaluspun, saya rebahkan dihadapanMu.
Hanya engkaulah satu satunya yang tiada menandingi, Engkaulah sesungguhnya
Sang Penguasa Jagad Alam.
Dan Kau, Manusia!!!

Hai Manusia pengisi jagat raya, sebagai pengisi bumi tiada tampa batas.
Tiada manusia pun menjangkau, setiap sudut sudut batas ciptaan engkau yang
Maha Besar.
Kehebatan macam apa yang engkau suguhkan kepadaku.
Setelah terlahir pengisi bumi seantero jagat raya.

Apakah engkau mampu mengelilingi setiap sudut yang aku ciptakan.


Apakah engkau sudah menguasai setiap relung yang paling tajam menuju perut
bumiKu.
Jangan engkau sombongkan, dihadapanku, setelah aku cipta jasadmu seutuhnya.
Janganlah membusungkan dadamu, siapa dirimu yang sudah terwujud seutuhnya
manusia.

Insan manusia sejengkal kehebatan yang dimiliki, lupa siapa yang memberikan.
Menjadi manusia manusia yang lupa, setelah menikmati kegagahannya.
Berpalinglah resapi jasadmu, terbuat dari bahan apa saja, apakah mampu
mengurai sampai kehalusannya.

Jika roboh tergulai sesak nafasmu kesakitan dan meronta tak terdengar suaramu.
Hanya kedua mata memandang tanpa berkedip tak tau apa yang dikatakan.
Menyebut nama Tuhanmu tidak mampu
Diucapkan hanya desah nafas keras yang mendorong dadamu.
Pendamlah kesombongan kecongkakan dan ambisius jiwamu saat nafas masih
mengalir di jiwa raga.
Kembalilah jika masih ingat siapa jiwa raga saat ini tercipta dari TuhanMu.
Sesungguhnya jiwa-jiwa manusia, hanya sebutir debu belum jutaan debu lainnya.
Sandarkan debu debu Sang Pemilik pada jiwa jiwa manusia, yang dapat berjalan
sesuai kehendakNya.

……..
Langit membentang tanpa jangkauan mata.
Langit berwarna warni menghias angkasa raya.
Menampakkan keasliannya, membutakan kasat mata.
Mata menatap hanya bisa prasangka apa saja.

Tidak terlihat sudut sudut langit yang membentang.


Terlihat bulatan besar yang bisa dilihat mata.
Dari berbagai arah membentang bertengger kerlap kerlip nan indah.
Apa yang dipandanginya membuat hati semakin bersahaja.

Tiada kata yang terucap sepatah kata pun.


Hanyalah qolbu yang mengurai isi hati.
Tatapan mata qolbu semakin menjauh menerawang.
Desahan nafas halus mengikuti sorotan mata qolbu jiwa raga.

Andai kau dekat denganku sang kerlap kerlip aku akan gapai.
Kupegang dengan halus wujudmu nan nyata dengan kedua tanganku.
Pastilah kerlap kerlipmu diangkasa memberi cahayu di syurgaku.
Tuhan semesta jagad akan merestui, bagi hambanya yang taat qolbunya
kepadanya.

-----
Lihatlah megah menjulang tinggi meretas awan
Tersenyum sinis seperti raja jumawa lantang !menggelegar menuding semua isi
jagat raya,
Sang penguasa rimba raya singa betina dari barat menatap bengis bak sang raja
diraja
Menghentak menerjang
Lihatlah di kakimu terhampar lautan luas
Tidakkah ingin kau bercermin? Lautan cerminmu berupa pelataran hingga kau
tak pernah bisa bercermin.. kenapa.. kenapa kenapa kau lupakan itu
semua…?????

-----
Pandanglah di ufuk timur sinar pagi Sang surya
Dengan segenap Nuranimu yang paling dalam.
Pancaran sinar sang surya membawa rasa kerelung hati.

SinarMu meluluh lantakkan, jiwa jiwa yang gelap.


Jiwa gelap terurai menyelimuti rokhaninya.
Tampa terkikis membawa malaptaka .

Mata tak terlihat memandangmu dengan keheranan.


Sinar dihadapannya dianggap hanya sebuah sinar
Sesungguhnya melihat jiwa jiwa gelap.

Kuretakkan jiwa beserta alam dengan halus


Merintih qolbunya tiada yang mengetahui.
Rintihanmu membawa kobaran api amarah.
Merusak sendi jasad rokhani menjalar sekitarnya.

-----

Mata rasa begitu tajam memandang segala arah.


Memandang begitu ringannya ke segala relung terang dan gelap tampa batas.
Menatap setiap detak jantung hamba hambanya

Tak terlihat mata hambanya dibumi sebagai penghantarnya.


Tak terselip sebenang rambut merasakan hati hamba lainnya.
Waktu yang mengukir sebagaimana hembusan halusnya angin
Saatnya terkunci tak berdaya dan tak mampu berbuat apa apa.

Betapa kuatnya jiwa raga, saatnya terbakar pandanganku.


Pandanganku akan menghancurkan jiwamu yang lemah.
Berbalik dan sembahlah seutuhnya, sebelum jiwamu meronta ronta.

-----
Lihatlah ke Langit pandanganmu
Seluas hamparan warnaMu tampa batas.
Berwarna warni cahaya melekat tak bergerak.
Bergerak awanmu menuju barat Baitullah.

Warnamu engkau ukir dilangit penuh makna.


Warna birumu dan putihmu menguasai langit
Tiada yang mampu mengubah warna itu.
Pertanda ada makna yang begitu besar.

Apa hambaku tahu selama ini ukiranku


Apakah hambaku sadar sejauh qolbu dan hati yang ku ukir kepadamu.
Lambangmu simbol dan sloganmu engkau ukir diatas bumi dan engkau kobarkan
seraya kemenangan.
Resapi sejauh qolbu dan nuranimu warna warna itu.

Birumu membentang membawa makna dingin dan damai dihati insan insan
arema Malang Rayaku.
Putihmu membentang membawa makna kesucian jiwa jiwa yang bersih sesuai
tuntunanMu.
Tegakkan simbolmu Arema Malang Raya, sebagai pondasi yang engkau ukir di
bumimu.
Membawa kedamaian hatimu, keluargamu, masyarakatmu, bumi pertiwi dan
Dunia, Allah SWT bersamaMu.
Aamiin Ya Rabbi Alamin.

-----

Sinar rembulan sayu meredup terang dingin menerangi alam dan seisinya.
Bulatnya rembulan penghias angkasa isinya jagad alam semesta.
Bagaikan wanita cantik berjalan semampai kehendak dipandang hambanya.
Menginginkan pujian dan doa hambanya ciptaan Sang Maha Kuasa.

Apakah hambanya memandang sang Bulan purnama bertengger diatas sana.


Dengan Menengadahkan kedua tangannya menatap kedua mata keatas
melantunkan pujian kebesarannya.
Ingatkah setiap kemunculanku diatas dan engkau menatapku.
Ataukah engkau tutup kedua mata dan hati tidak melihatku keindahannya.

Aku rembulan bagaikan ibu tersenyum mata berbinar senyum lembut menawan.
Begitu lemahnya hati engkau tutup rapat tidak mengenangku.
Engkau melupakan rembulan duduk diatas sana bagaikan hiasan saja.
Sesungguhnya cahayaKu menerangi bumi yang dipijak hambanya.

-----

Kuhunuskan pedang, tinggi tegak ke awan, mengkilat cahaya putih, kubelah


jiwamu tetesan darah mengucur basahi bumi.
Tersungkur belahan jiwa raga, engkau lihat dengan mata terbelalak tak berdaya,
tetesan keringatmu mengucur deras.

Berbaliklah badanmu ingatlah jati dirimu, dari seonggok tulang berbalut daging
dan kulit, menyelimuti.

Masih tegarlah jati dirimu saat ini, apakah masih tersimpan kesombongan dan
keangkuhan.

Saatnya sudah dekat akan merenggut sukmamu kutenggelamkan dalam bumi


perjanjianmu.

-----

Kobaran rasa hati begitu menyakitkan, pertanda alam kekalaman mulai


menghimpit jiwa jiwa yang mengerikan.

Engkaulah tahu apa yang akan terjadi, dikemudian hari jika keangkaramurkaanMu
selalu menyelimuti jiwamu.

Hanya jiwa jiwa yang kelam yang tertutup hatinya, sulit merasakan keadaan yang
sesungguhnya.

DidepanMu sudah memandang dengan tatapan tajam matanya, akan


membawamu serta ke alamnya.
-----
Alam berbinar rasa panas menusuk sukmamu, engkau tahu apa yang akan
ditusukkan kepadamu.

Sadarkah jasadmu tak akan bisa berwujud lain sebagai pengganti dirimu dan
segagah jiwa ragamu.

Hanya jiwa jiwa kerdil dan bebal takut akan kesengsaraan walaupun limpahan
hartamu menggunung.

Engkau julangkan wajahmmu tak pernah bersyukur kepadanya, hanya sesaat


jikalau hatimu gundah dan bermasalah.

Sidoarjo, 9 Agustus 2020


Takdir Jangan DIlawan

Duhai alam yang penuh keheningan


Memancarkan rasa ke angkasa begitu layu
Tertekan dan terhambat doa begitu dasyat
Saling tarik menarik dan mengurat tali ikat
Membentuk.susunan menyekat rasa berat

Tak ada nafas hanya menangis bersedih


Saatnya semuanya merasakan beban berat
Pada alam semesta
Memutar berliyuk liyuk tak ada rasa dan hampa.
Tak.menjawab sapaan walaupun berhimpitan
Hanya lirikan lemah saling memandang tak mampu berucap

Duduk termangu menarik nafas panjang pelan.


Tak bergetar sedikitpun walaupun berpapasan
Saling diam sang angin tidak mampu berkata
Apa yang terjadi akan membuat sengsara
Saling menuding dan bergunjing sekenanya
Sang angin belajar bersabar menghadapinya
Jikalau terjepit tetap tidak akan menunjukkan sifat aslinya
Yang tersirat kegilaan berputar keras atas kehendaknya
Akan menarik mengoyak membawa serta yang dihadapannya.
Tiada yang mampu mencegah karena suratan takdir yang ada padanya

Siapakah yang memulai akan menanggung dosa


Dosa terpatri akan terbawa serta ke alamnya
Tiada seorangpun yang mampu berbuat sekehendaknya
Oleh karena telapak tangannya tertera cap dari tiupan Sang Pengukir Jiwa Raga.

Malang, 11 Januari 2021


Nestapa

Kehidupan begitu pelik tidak di sana dan di sini selalu sama,


Nuansa warna warni dimana-mana sama,
Apa yang membedakan hanya bahan dasar menjadikan kuantitas atau
kualitasnya, Apakah bisa diubah kekuatan dasarnya

Semuanya bisa tinggal manusia yang membuatnya mau dibuat seperti apa,
Menjadi kuat tetapi sementara, kuat sepanjang massa, kuat namun kasar,
Bagaimana membuat yang sempurna,
Tidak ada kesempurnaan yang dibuat manusia,
Karena manusia masih penuh dengan ambisi, nafsu, arogansi, angkaramurka.

Banyak terucap apa yang aku buat dengan menggunakan peralatan canggih
sungguh sangat kuat
Tidak sadarkah kekuatan yang terbuat, ada masa berakhir dan usang terbuang.
Masikah ada kekuatan yang tersimpan yang dibanggakan.
Hanya tampak kekuatan namun rapuh di dalamnya

Engkau suarakan dengan lantang di belahan bibirmu


Tanpa terpikir dengan dalam pada suara hatimu
Lupa dan lepas landas tak berbekas
Terbang terbawa angin jatuh ke lembah jurang
Nestapa…

Malang, 15 Januari 2021


Lupa Diri

Dihadapanku berjejer duduk rapi penikmat alam


Dalam jiwa mereka memancar berbeda aura.
Pada seisi jiwanya tersembur berbagai rasa.
Semua berkata dalam ucapan, berbeda rasa yang ada.

Menunduk bermain benda menyala, tak menghiraukan sekitarnya


Sifat egoisme menambah, sifat ego sebelumnya
Tiada berkata hanya berkata pada benda menyala
Membuat blokade diri mengunci semuanya.

Berbagai tipe manusia, menunjukkan sikap perilaku yang berbeda.


Membentuk diri membangun karakter terpaku tak tergoyah.
Tak Menghiraukan seputarannya, kehendak diri ingin unggul.
Unggul diri sendiri lupa akan lingkungannya.

Wahai duhai manusia, sang pelupa diri


Hanya mengingat akan dirinya sendiri
Memikirkan tanpa henti, merenggut jiwa disampingnya.
Merenggut sampai jiwanya mati tak berdaya.

16 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai