Anda di halaman 1dari 2

Tema : New era, new kickstar

Judul : awal jumpa sekali lagi

Lihat, pada semburat yang berurai.

Kita tak pernah lekang oleh nostalgia.

Romansa senantiasa demikian, seperti ini.

Waktu terus terus berjalan menembus panorama.

Aku tak pernah menuntut daun untuk jatuh dari rantingnya.

Ataupun memerintahkan awan untuk menurunkan air-air berupa hujan dan kenangan.

Manusia selalu saja ada pada pinggir jalan.

Persoalan memulai dan melangkah ke depan.

Jatuh, terjerembab dalam jurang yang tak nampak dasarnya sampai mana.

Tertatih dengan berjuta alasan yang terus mengajak menerka-nerka.

Gundah. Dari dalam sanubari itu berkata.

Apakah kenyamanan selalu hadir dengan awal yang tak bermula?

Hey kau.

Apakah kita sudah berperikemanusiaan?

Tak perlu jauh melihat ke dunia lain belahan.

Tak perlu banyak belajar tentang bagaimana sebenarnya manusia berjalan.

Tak perlu sekuat tenaga untuk bekerja keras untuk mendapatkan jawaban.

Hanya sebuah tarikan nafas.

Apakah kita sadar akan kemanusiaan terhadap diri sendiri?

Hey kamu yang ada di sana.

Sejak kapan kita terjebak di ruang hampa tak berujung ini?

Dimana hak itu bebas untuk diambil.

Di setiap khatulistiwa, apakah kau tak pernah menyadari.


Tentang bagaimana kita harus memulai dari sini, memulai langkah dalam era baru yang kita miliki
sendiri.

Kapan kita mengawalnya?

Abu itu telah basah.

Barang itu telah usang.

Bunga itu telah layu.

Lihat? Kita terjebak pada hasil yang menarik-narik kita untuk terus bernostalgia.

Hahahahaha.

Selalu saja kita memainkan drama yang sama.

Selalu saja kita memerankan peran yang berulang, terus bersandiwara.

Selalu saja kita merasa besar dengan semua yang ada.

Padahal tanah dimana saja tak pernah ada yang ingin menjadi langit ataupun senja.

Hahahahaha.

Akhir yang selalu berusaha dari awal.

Ketika temu itu tak nampak dari semua leksikal.

Sejak awal, ketika tapak telah memulai awal.

Apa yang telah berubah sejak semuanya mengawal?

Daun tak pernah tahu kapan ia akan terbawa semilir angin.

Basah. Terselimuti embun sejuk pada wajahnya.

Manusia demikian se-tak berdaya.

Hanya bisa memulai, berusaha, merencanakan, dan menyerahkan semuanya pada pencipta.

Jadi, kapan kita memulai kembali mimpi-mimpi yang telah menunggu ini?

Sehat selalu kontemplasi.

Pamulang, Sabtu, 4 Desember 2021

Alief Fikri Nurham (Maros, Sulawesi Selatan)

Anda mungkin juga menyukai