Dinas
Kesehatan
Kab.
Pamekasan
SPO
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Refrensi
GASTROENTERITIS(GE)
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
Penanganan Gastroenteritis
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu
24 jam, dan disertai dengan muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan
menurunnya nafsu makan.
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali
sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan
pemeriksaan konsistensi BAB).
Sebagai acuan tatalaksana penderita Gastroenteritis
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Diagnosis Banding
a. Demam tifoid
b. Kriptosporidia (pada penderita HIV)
c. Kolitis pseudomembran
Komplikasi: Syok hipovolemik
Penatalaksanaan
Terapi dapat diberikan dengan:
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk
mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Pemberian
terapi antimikroba empirik diindikasikan pada
pasien yang diduga
mengalami infeksi bakteri invasif,
travellers diarrhea, dan
imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik
atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
a. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.
b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang
disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare
semakin berat walaupun diberikan terapi.
c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised, seperti
HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya
bismuth
encephalopathy.
d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite
3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
e. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
GASTRITIS
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
PenangananGastritis
Gastritis adalah proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal.
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
a. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
b. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan saluran
cerna berupa hematemesis dan melena.
c. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak
anemis.
Sebagai acuan tatalaksana penderita Gastritis
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis dengan melakukan
pemeriksaan:
a. Darah rutin.
b. Untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori: pemeriksaan breathe test
dan feses.
c. Rontgen dengan barium enema.
d. Endoskopi.
Komplikasi
a. Pendarahan saluran cerna bagian atas.
b. Ulkus peptikum.
c. Perforasi lambung.
d. Anemia.
Penatalaksanaan
a. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya
keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan
porsi kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung
atau perut kembung seperti kopi, the, makanan pedas dan kol.
b. Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker2 x/hari
(Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali),
PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali, Lansoprazole 30 mg/kali), serta
Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hr. Konseling dan Edukasi
Menginformasikan pasien dan keluarga mengenai faktor risiko terjadinya
gastritis.
RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
ASMA BRONKIAL
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
Faktor Predisposisi
Riwayat bronchitis atau pneumoni yang berulang
Sebagai acuan tatalaksana penderita Asma Bronkial
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
PemeriksaanPenunjang
a. ArusPuncakEkspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter
b. Pemeriksaandarah (eosinofildalamdarah)
Penatalaksanaan
a.
Pasiendisarankanuntukmengidentifikasisertamengendalikanfaktorpencetu
snya.
b.
Perludilakukanperencanaandanpemberianpengobatanjangkapanjangserta
menetapkanpengobatanpadaseranganakut.Penatalaksanaanasmaberdasa
rkanberatnyakeluhan
PemeriksaanPenunjangLanjutan (biladiperlukan)
a. Fototoraks
b. Ujisensitifitaskulit
c. Spirometri
d. UjiProvokasiBronkus
Komplikasi
a. Pneumotoraks.
b. Pneumomediastinum.
c. Gagalnapas.
d. Asmaresistenterhadap steroid.
RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
DIABETES MELLITUS
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
HIPERTENSI
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit
terkait
Refrensi
Penanganan Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg.
Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:
a. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
b. Konsumsi alkohol berlebihan.
c. Aktivitas fisik kurang.
d. Kebiasaan merokok.
e. Obesitas.
f. Dislipidemia.
g. Diabetus Melitus.
h. Psikososial dan stres.
Sebagai acuan tatalaksana penderita Hipertensi
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis (proteinuri atau albuminuria), tes gula darah, tes kolesterol (profil
lipid), ureum kreatinin, funduskopi, EKG dan foto thoraks.
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal
< 120
mmHg < 80 mm Hg
Pre-Hipertensi
120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage -1
140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi stage -2
160 mmHg 100 mmHg
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup.Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal,aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris,
serta gagal jantung
Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
CEDERA KEPALA
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
VERTIGO
SPO
Dinas Kesehatan
Kab. Pamekasan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS LARANGAN
SOP
Pengertia
n
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Penanganan Vertigo
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:
a. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
b. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
Sebagai acuan tatalaksana penderita Vertigo
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Penatalaksanaan
a. Pasiendilakukanlatihan vestibular (vestibular exercise)
denganmetodebrandDaroff.
b. Pasienduduktegak di pinggirtempattidurdengankeduatungkaitergantung,
dengankeduamatatertutupbaringkantubuhdengancepatkesalahsatusisi,
pertahankanselama 30 detik. Setelahitududukkembali. Setelah 30 detik,
baringkandengancepatkesisi lain. Pertahankanselama 30 detik,
lalududukkembali. Lakukanlatihanini 3 kali padapagi,
siangdanmalamharimasing-masingdiulang 5 kali sertadilakukanselama 2
mingguatau 3 minggudenganlatihanpagidan sore hari.
c. Karenapenyebab vertigo beragam, sementarapenderitasering kali
merasasangatterganggudengankeluhan vertigo tersebut,
seringkalimenggunakanpengobatansimptomatik.
Lamanyapengobatanbervariasi.
Sebagianbesarkasusterapidapatdihentikansetelahbeberapaminggu.
Beberapagolongan yang seringdigunakan:
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
Dimenhidrinat lama kerjaobatiniialah 4 6 jam. Obatdapatdiberi per
oral atau parenteral (suntikanintramuskulardanintravena), dengandosis
25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
DifenhidraminHCl. Lama aktivitasobatiniialah 4 6 jam,
diberikandengandosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral.
SenyawaBetahistin (suatu analog histamin):
a) BetahistinMesylatedengandosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b) BetahistinHCldengandosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagidalambeberapadosis.
2. KalsiumAntagonis
Cinnarizine, mempunyaikhasiatmenekanfungsi vestibular
dandapatmengurangiresponsterhadapakselerasi angular dan linier.