Anda di halaman 1dari 39

EPILEPSI

Oleh :
FITRI SUSANTI
10310156
Pembimbing:
dr. Hj. Juliana Batubara, M Ked (Ped), Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR
LAMPUNG

LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu penyebab
terbanyak di bidang saraf anak, yang
menimbulkan berbagai permasalahan
antara lain kesulitan belajar, gangguan
tumbuh-kembang, dan menentukan
kualitas hidup anak.

Di Indonesia terdapat paling sedikit


700.000-1.400.000.
World Health Organization
menyebutkan, insidens epilepsi di negara
maju berkisar 50 per 100.000 penduduk,
sedangkan di negara berkembang 100
per 100.000 ribu

DEFINISI
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak
dengan berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang
khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik
neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.

ETIOLOGI
Idiopatik
Biasanya berupa epilepsi dengan serangan kejang umum,
penyebabnya tidak diketahui. Pasien dengan idiopatik epilepsi
mempunyai inteligensi normal dan hasil pemeriksaan juga
normal dan umumnya predisposisi genetik.
Kriptogenik
Kebanyakan lokasi yang berhubungan dengan epilepsi tanpa
disertai lesi yang mendasari atau lesi di otak tidak diketahui.

Lanjutan ...
Simptomatik
Pada simptomatik terdapat lesi struktural di otak yang
mendasari, contohnya oleh karena sekunder dari trauma
kepala, infeksi susunan saraf pusat, kelainan kongenital,
proses desak ruang di otak, gangguan pembuluh darah diotak,
toksik (alkohol, obat), gangguan metabolik dan kelainan
neuro degeneratif

PATOFISIOLOGI
Ketidakseimbangan
Neurotransmiter otak
Inhibisi

Eksitasi
Hyperpolarisasi

Peningkatan
Eksitabilitas
otak menurun

Depolarisasi

Epilepsi

Lepasnya
muatan listrik
neuron

MANIFESTASI KLINIS
1. Kejang parsial
.Parsial sederhana (kesadaran normal)
.Parsial komplek

(penurunan kesadaran)

Lanjutan ..
2. Kejang umum
Tonik
Kekakuan tonik yang di ikuti oleh sentakan ekstremitas yang sinkron, dapat
disertai inkontinesia serta diikuti dengan kebingungan pada pasca kejang.
absensce
Umumnya terjadi pada anak-anak atau awal remaja. Pasien tiba-tiba melotot
atau mata berkedip-kedip dengan kepala terkulai. Serangan hanya terjadi
beberapa detik dan bahkan sering tidak disadari. Hilangnya kesadaran yang
singkat (biasanya <10 detik) dengan terhentinya aktivitas yang sedang
berlangsung. Dapat disertai gerakan otomatis, seperti mengedip. Pola EEG
menunjukkan gambaran paku-ombak (spike and wave).

Lanjutan ..
Mioklonik
Biasanya terjadi pagi hari setelah bangun tidur berupa sentakan sesaat secara tiba-tiba.
Kejang ini dapat dialami oleh penderita epilepsi maupun orang normal/sehat.
Atonik
Merupakan jenis serangan yang paling jarang terjadi. Pasien tiba-tiba jatuh dan pulih
kembali beberapa saat kemudian.
Grand mal (tonik-klonik)
Jenis epilepsi yang paling banyak terjadi. Pasien yang megalami serangan tiba-tiba jatuh,
kejang, napas terengah-engah, dan keluar air liur. Beberapa pasien umumnya ngompol
atau menggigit lidah. Serangan terjadi beberapa menit kemudian diikuti lemah, bingung,
sakit kepala, atau tertidur .

KLASIFIKASI
EPILEPSI

Kejang Parsial

Parsial Sederhana
Parsial Komplek

Kejang Umum
Absence /lena
Mioklonik
Tonik
Klonik
Tonik Klonik
Atonik

DIAGNOSIS
1.

Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :

a. Pola / bentuk serangan


b. Lama serangan
c. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan
d. Frekuensi serangan
e. Faktor pencetus
f. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
g. Usia saat terjadinya serangan pertama
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
i. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
j. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

2.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN NEUROLOGI

3.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EEG

MRI
NEURO
IMAGING

CTSCAN

Penatalaksanaan
MEDIKAMENTOSA
Tujuan pengobatan epilepsi :
Mempertahankan fungsi vital (A,B,C)
Identifikasi terapi dan faktor penyebab dan faktor presipitasi
Menghentikan aktivitas kejang.
Tata laksana penghentian kejang akut dapat dilihat pada
algoritme.

Tabel 1 : Obat yang dipakai untuk epilepsi8


Obat

Bentuk Kejang

Dosis
mg/kgbb/hari

1.

Fenobarbital

Semua bentuk kejang

2.

Dilantin (difenilhidantoin)

Semua

bentuk

kejang

38
kecuali

5 - 10

bangkitan absence, mioklonik atau


akinetik

3.

Mysoline (primidon)

Semua

bentuk

kejang

kecuali

12 - 25

absence
4.

Zarontin (etosuksimid)

Absence

20 - 26

5.

Diazepam

Semua bentuk kejang

0,2 0,5

6.

Diamox (asetasolamid)

Semua bentuk kejang

10 - 90

7.
8.

Prednison
Deksametason

Spasme infantil
Spasme infantil

2-3
0,2 0,3

Pada dewasa penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan


setelah 3-5 tahun bebas bangkitan. OAE dapat dihentikan tanpa kekambuhan
pada 60% pasien. Dalam hal penghentian OAE, maka ada hal penting yang
perlu diperhatikan, yaitu syarat umum untuk menghentikan OAE dan
kemungkinan kambuhan bangkitan setelah OAE dihentikan. Syarat umum
untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai berikut :

1.

Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal.

2. Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya.


3. Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan
dalam jangkat waktu 3-6 bulan

Komplikasi

Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental


timbul depresi dan keadaan cemas.

STATUS PASIEN

ANAMNESIS PRIBADI
Nama

: Alby Zal Alkalifi

Umur

: 1,5 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Dusun IV desa galang barat

Tanggal Masuk

: 2 november 2015

Berat Badan Masuk

: 8 kg

RIWAYAT KELAHIRAN OS

Tanggal Lahir
Tempat Lahir

: 26 september 2014
: Dusun IV desa galang barat

Kelahiran

: Cukup bulan

BB Lahir

: 2700gram

Panjang Lahir

: Orang tua tidak ingat

Ditolong oleh

: Bidan

Cara Persalian

: Normal

PERKEMBANGAN FISIK

0-3 bulan

: Mulai angkat kepala

4-5 bulan

: Mulai tengkurap

6-7 bulan

: Mulai dapat duduk

8-9 bulan

: Mulai dapat merangkak

9-11 bulan

: Mulai dapat berdiri berpegangan

12 bulan

: Berdiri tanpa berpegangan

1 tahun- 1,5 : Berjalan berjalan, lari dan bermain

ANAMNESES MAKANAN
0-4 bulan

: Asi

5-6 bulan

: Asi

7-12 bulan

: Asi + nasi saring

1 1,5 tahun

: Asi + nasi biasa

RIWAYAT IMUNISASI

BCG

:+

DPT

:+

Polio

:+

Campak : +
Hepatitis B : +
Kesan

: Tidak lengkap karena orang tua lupa

jumlah berapa kali pemberian

ANAMNESE PENYAKIT OS
Keluhan Utama : Kejang
Telaah

: Hal ini dialami Os secara tiba-tiba yang berlangsung selama 5 menit

dengan frekuensi 3x dalam sehari pada saat kejang keluar buih dari dalam mulut. Os
kejang tidak disertai demam. Ibu Os mengatakan pada saat kejang tangan Os mengepal,
kaku, gemetar dan pasien masih bersuara pada saat kejang dan mata tidak mendelik ke
atas, setelah kejang OS segera sadar, mengences, mengompol dan muntah lalu tertidur.
batuk (+) hal ini dialami 2 minggu Pilek (-), Perut kembung (-), Mual muntah (-), BAB
BAK lancar, makan dan minum baik.
RPO

: Tidak ingat

RPT

: -

Riwayat Keluarga : Pada sepupu

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
KU/KP/KG

: Baik/sedang/sedang

Sensorium

: Composmentis

HR

: 110x/menit

RR

: 34x/menit

Temperature

: 38C

Status Lokalisata
Kepala
Rambut

: Rambut warna hitam tipis tersebar merata, tidak mudah di cabut.

Mata

: Konjungtiva tidak anemis -/-, sclera icterik -/-,


Pupil isokor normal, reflek cahaya +/+, nistagmus -/-, ptosis -/-

Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum(-),


nafas cuping hidung(-),
mukosa tidak hipermis, sekret(-)

Telinga

: DBN

Mulut

: DBN

Lidah

: DBN

Leher

: Simetris, Pembesaran KGB (-)

Thorax PARU

Inspeksi

: Simetris, Retraksi selaiga (-)

Palpasi

: Stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: Vesikuler, Suara pernafasan tambahan (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tidak ada pembesaran,kembung(-), distensi(-)

Palpasi

: Soepel

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Peristaltik normal


Hepar

: DBN

Spleen

: DBN

Punggung : Simetris
Extremitas
Superior

: Normal, Akral hangat, pitekie(-),

Inferior

: Normal, Akral hangat, pitekie(-),

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran :

Compos Mentis.

Kepala

Mesosefal, Simetris.

Mata

Pupil bulat, Isokor 3mm/3mm, Rf. Cahaya +/+.

Leher

Sikap lurus, Pergerakan bebas, Kaku kuduk (-).

HASIL LABB
02 NOVEMBER 2015
Darah lengkap
Hb

10,2

MCH

34,9

Leukosit

17,0

Neutrofil 49,3

Trombosit

521

Limfosit

MCV

74

LED

45,7

25

Hasil pemeriksaan EEG

DIAGNOSA BANDING
Epilepsi
Kejang Demam
Kejang demam Etopik
DIAGNOSA KERJA
EPILEPSI PARSIAL SEDERHANA GAMBARAN GRAND MAL (TONIKKLONIK)
PENATALAKSANAAN
IFVD Asering 30 gtt/i micro
Inj.cefotaxime 400 mg/8jam
Inj.novalgin 120 mg/kp
PCT syr 3x1 cth
Phenobarbital 2x20 mg
Stesolid supp 5 mg/(jika kejang)
Ambroxol 3x2 cth

PROGNOSIS
PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini


baik

RESUME
Keluhan utama : Kejang
Telaah

: Pasien usia 1.5 tahun, berat badan 8 kg, datang ke RSUD Deli Serdang

dengan keluhan kejang. Hal ini dialami Os secara tiba-tiba yang berlangsung selama 15
menit dengan frekuensi 3x dalam sehari pada saat kejang keluar buih dari dalam mulut. Os
kejang tidak disertai demam. Ibu Os mengatakan pada saat kejang tangan Os mengepal,
kaku, gemetar dan pasien masih bersuara pada saat kejang dan mata tidak mendelik ke
atas, setelah kejang OS segera sadar, mengences, mengompol dan muntah lalu tertidur.
batuk (+) hal ini dialami 2 minggu Pilek (-), Perut kembung (-), Mual muntah (-), BAB
BAK lancar, makan dan minum baik.

Pada pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan


adanya kelainan. Pada pemeriksaan fisik EEG didapatkan hasil Terdapat dua bentuk
kelaianan pada EEG, kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi
struktural di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik. Dari semua hasil yang
didapatkan, maka ditegakkan diagnosis pasien ini adalah EPILEPSI.
Pada kasus di atas dapat diklasifikasikan pada tipe kejang parsial sederhana
gambaran tonik. Faktor etiologi pada pasien ini adalah faktor idiopatik yaitu berupa
epilepsi dengan serangan kejang umum, penyebabnya tidak diketahui. Pasien dengan
idiopatik epilepsi mempunyai inteligensi normal dan hasil pemeriksaan juga normal dan
umumnya predisposisi genetik.

Pada kasus di atas dapat diklasifikasikan pada tipe kejang parsial sederhana
gambaran tonik. Faktor etiologi pada pasien ini adalah faktor idiopatik yaitu
berupa epilepsi dengan serangan kejang umum, penyebabnya tidak diketahui.
Pasien dengan idiopatik epilepsi mempunyai inteligensi normal dan hasil
pemeriksaan juga normal dan umumnya predisposisi genetik.

Pada kasus diatas prognosis umum cukup baik, bergantung pada beberapa
hal, diantaranya jenis epilepsi, faktor penyebab, saat pengobatan dimulai dan
ketaatan minum obat.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai