SURVEY
(10310152)
Ali Abdurrahman
(10310029)
Ernawati
(08310097)
Veronita Oktaviani
(10310398)
Deksa Primayuda
(10310090)
(10310221)
(10310138)
(10310017)
Elsa Monika
(10310130)
Catur Ariwibowo
Mila Marga Lestari
(12310523.P)
(10310238)
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian
Latar Belang
Penyakit Tuberkulosis paru masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dunia.
Penyakit
tuberkulosis
paru
banyak
menyerang usia kerja produktif, kebanyakan
dari kelompok sosial ekonomi rendah dan
berpendidikaBerdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Runggu tahun 2003 di Kota
Samarinda didapatkan bahwa pendidikan,
kontak serumah, lama kontak, kepadatan
penghuni dan ventilasi rumah merupakan
faktor risiko terhadap kejadian TBC paru
dengan nilai OR > 1. Kontak serumah dan
lama kontak merupakan faktor risiko
tertinggi terhadap kejadian TBC paru. Faktor
risiko pendidikan, pekerjaan, kepadatan
penghuni dan ventilasi rumah tidak ada
pengaruh terhadap kejadian TBC paru.
Manfaat Penelitian
Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian sebagai sumbangan ilmiah dan bahan bacaan bagi masyarakat dan peneliti
selanjutnya.
Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pengambil
keputusan untuk perbaikan program pemberantasan dan penanggulangan TBC paru.
.
BAB II
Tinjauan Pustaka
TUBERCULOSIS
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium
Tuberkulosis), pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada
tahun 1882.
CARA PENUARAN
Sumber penularan penyakit TBC paru adalah
penderita dengan TBC paru BTA (+). Penderita
menyebarkan kuman ke udara pada waktu batuk
atau bersin dalam bentuk percikan dahak
(droplet), percikan yang mengandung kuman
tuberkulosis dapat bertahan diudara beberapa
jam pada suhu kamar, terhirup oleh orang sehat
sewaktu bernapas, selanjutnya akan berkembang
biak dalam jaringan paru-paru, kemungkinan pula
masuk kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh
darah, saluran limfe, atau penyebaran langsung
ketubuh lainnya
Diagnosa
Gejala Klinis
Pemeriksaan
Bakteriologi/Laboratorium
Pemeriksaan Radiologis (Foto
Rontgen)
KLASIFIKASI Tb PARU
Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru BTA (+)
Tuberkulosis paru BTA (-)
Tuberkulosis extra paru
Kasus baru
Kambuh (relaps)
Pindahan (transfer in)
Kasus berobat setelah lalai
(pengobatan setelah default/dropout)
Gagal Pengobatan
Lain-lain
Pengobatan Tb Paru
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Kategori 2 (2HRZES/HRSE/5H3R3E3)
Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
OAT sisipan (HRZE)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
14
Aspek Pengukuran
Kejadian TBC Paru BTA (+)
Kejadian TBC Paru (+) adalah infeksi kuman mycobacterium tuberkulosis baik secara langsung atau
tidak langsung berdasarkan diagnosis petugas kesehatan Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang.
Kriteria objektif :
Menderita TBC Paru BTA (+)
:
Bila hasil pemeriksaan mikroskopis minimal 2 kali dari 3 kali
pemeriksaan mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) hasilnya positif, 1 spesimen dahak SPS
hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Tidak Menderita TBC BTA (-)
:
Bila tidak sesuai kriteria pemeriksaan mikroskopis minimal 2
kali dari 3 kali pemeriksaan mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) hasilnya positif, 1 spesimen
dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2.
Kontak Serumah
Adalah responden tinggal serumah dengan penderita TBC paru BTA (+) sebelum responden sakit.
Kriteria objektif :
Risiko tinggi :
Bila responden tinggal satu rumah dengan penderita TBC paru BTA (+) sebelum
responden sakit.
Risiko rendah
:
Bila responden tidak tinggal serumah dengan penderita TBC paru BTA (+).
3.
Lama Kontak
Adalah lama kontak atau lama tinggal serumah/bergaul responden dengan penderita TBC paru BTA
(+) sebelum responden sakit.
Kriteria objektif ( Depkes RI.Tahun 2000 ) :
Lama
: bila lama kontak 6 bulan
Belum lama : bila lama kontak < 6 bulan
4.
Kepadatan Penghuni Rumah
Pengukuran kepadatan penghuni rumah dilakukan dengan menghitung luas lantai bangunan
dengan menggunakan alat ukur meteran standar) kemudian dibagi dengan jumlah penghuninya yaitu
9 M2 perorang (Depkes, 2006).
Kriteria objektif :
Padat : bila luas bangunan < 9 M2 perorang
Tidak padat : bila luas bangunan 9 M2 perorang
15
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas kelompok umur
responden adalah kelompok umur 21 45 tahun sebanyak 22 orang (44%) dan
minoritas adalah kelompok umur dibawah 20 tahun sebanyak 6 orang (12%).
Berdasarkan jenis kelamim mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 34
orang (68%) dan minoritas adalah perempuan sebanyak 16 orang (32%).
Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah tidak bekerja sebanyak 21
orang (42%), dan minoritas responden adalah guru sebanyak 2 orang (4%).
Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah SMA sebanyak 25 orang
(50%), dan minoritas responden adalah Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (6%).
Tabel 4.2 menunjukan bahwa mayoritas responden adalah resiko tinggi
sebanyak 29 orang (58%), dan minoritas adalah resiko rendah sebanyak 21
orang (42%).
Tabel 4.3 menunjukan bahwa mayoritas responden adalah baru kontak
dengan penderita tb paru sebanyak 33 orang (66%), dan minoritas adalah lama
kontak dengan penderita tb paru sebanyak 17 orang (34%).
Tabel 4.4 menunjukan bahwa mayoritas responden adalah padat hunian
sebanyak 17 orang (54%), dan minoritas adalah tidak padat hunian sebanyak 23
orang (46%).
17
Tabel 4.4 menunjukan bahwa mayoritas responden adalah tidak menderita Tb Paru sebanyak 31
orang (62%), dan minoritas adalah menderita Tb Paru sebanyak 19 orang (38%).
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui dari 29 orang responden yang beresiko tinggi diketahui 19 orang
(65,5%) menderita penyakit tb paru, dan 10 orang (45%) tidak menderita penyakit tb paru. Dari 21 orang
responden yang beresiko rendah diketahui 21 orang (100%) tidak menderita penyakit tb paru.
Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,047 (p < = 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor kontak serumah dengan kejadian tb paru di Wilayah
Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui dari 17 orang responden yang lama kontak dengan penderita tb
paru diketahui 8 orang (47,1%) menderita penyakit tb paru, dan 9 orang (52,9%) tidak menderita penyakit
tb paru. Dari 33 orang responden yang baru kontak dengan penderita tb paru diketahui 11 orang (33%),
menderita penyakit tb paru dan 22 orang (66,7%) tidak menderita penyakit tb paru. Berdasarkan hasil uji
statistic menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,344 (p > = 0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan faktor lama kontak dengan kejadian tb paru di Wilayah Puskesmas Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui dari 27 orang responden dengan hunian yang padat diketahui 15 orang
(55,6%) menderita penyakit tb paru, dan 12 orang (44,4%) tidak menderita penyakit tb paru. Dari 23
orang responden dengan hunian yang tidak padat diketahui 4 orang (17,4%) menderita penyakit tb paru
dan 19 orang (82,6%) tidak menderita penyakit tb paru. Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan uji
chi-square diperoleh nilai p = 0,006 (p < = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor
kepadatan hunian dengan kejadian tb paru di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang.
18
BAB V
PEMBAHASAN
Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan karakteristik umur menunjukan bahwa sebagian responden masih berada di usia
produktif. Kenyataan di negara berkembang di mana 75% penderita TB adalah kelompok usia
produktif (1550 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 34 bulan, yang berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 2030%. Hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sejalan dengan laporan
penyakit tuberkulosis pada tahun 2002 bahwa mayoritas penderita tuberkulosis paru adalah lakilaki (59,79%). Hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut baik pada tingkat
behavioral, tingkat kejiwaan, system pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Pada
penelitian ini tingkat pendidikan rendah pada penderita tuberkulosis paru lebih besar yaitu 50%
bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi. Temuan penelitian ini sesuai dengan hasil
Riskesdas 2007, yang menemukan prevalensi tuberkulosis paru empat kali lebih tingggi pada
pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi (Depkes RI, 2012).
Hubungan Faktor Kontak Serumah Dengan Kejadian TB Paru
. Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,047 (p < =
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor kontak serumah dengan kejadian tb
paru di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Riwayat kontak merupakan hal yang penting dalam penelitian penyakit tuberkulosis paru.
Dalam etiologi penyakit tuberkulosis, kuman mycobacterium tuberculosis berukuran sangat kecil,
bersifat aerob, dapat bertahan hidup lama dalam sputum kering, ekskreta lain dan dengan mudah
dapat dieksresikan melalui inhalasi butir sputum lewat batuk, bersin maupun bicara (droplet
infection).
19
20
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Gambaran karakteristik responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun
2016 adalah mayoritas kelompok umur responden adalah kelompok umur 21 45 tahun sebanyak 22 orang
(44%). berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (68%), tidak bekerja sebanyak 21 orang (42%), dan
berpendidikan mayoritas responden adalah SMA sebanyak 25 orang (50%).
Ada hubungan faktor kontak serumah dengan kejadian tb paru di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang dengan p value = 0,047 (p < = 0,05).
Tidak ada hubungan faktor lama kontak dengan kejadian tb paru di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang dengan p value = 0,344 (p > = 0,05).
Ada hubungan faktor kepadatan hunian dengan kejadian tb paru di Wilayah Puskesmas Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang dengan p value = 0,006 (p < = 0,05).
Saran
Bagi Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan temuan penelitian, di mana sebagian besar responden tidak mengalami gejala TB, maka perlu
juga dilakukan penjaringan suspek secara aktif, pada kelompok risiko tinggi seperti penderita penyakit
HIV/AIDS, diabetes millitus dan lain-lain. Demikian pula di institusi yang berisiko seperti di lapas/rutan, petugas
kesehatan pada fasilitas kesehatan dan lain-lain. Di samping itu perlu melakukan investigasi kontak
menemukan dan mengevaluasi orang yang telah kontak dengan penderita TB dan menetapkan apakah orang
tersebut telah terinfeksi TB atau sakit dan mengobati secara lengkap.
21
DOKUMENTASI
24