Anda di halaman 1dari 11

KRIYA KACA

Sejarah Kaca

Asahi Glass Co. Ltd, produsen kaca terkemuka di dunia didirikan oleh Mr. Iwasaki
Toshiya yang pada akhirnya memutuskan untuk mengambil tantangan produksi kaca datar
domestik di awal 1900. Pencarian dimulai dengan sebuah situs pabrik baru bisa menawarkan
transportasi air yang nyaman dan ruang untuk berkembang. Pada akhirnya, Amagasaki Hyogo,
dipilih sebagai lokasi untuk pabrik baru. Tanah yang diperoleh pada Agustus 1907 menjadi
tempat Lokasi Amagasaki, di mana Asahi Glass Lahir. Pada 1970-an.
Setelah Asahi Glass Co. Ltd berhasil mendirikan pabrik di Thailand, Asahi Glass Co. Ltd
mendirikan Asahimas Flat Glass perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) bersama sama
dengan PT. Rodamas yang didirikan oleh pedagang Mr. Tang Siong Kie. PT Rodamas
merupakan komunitas domestik terkemuka kelompok usaha swasta yang memiliki minat pada
produk industri dan konsumen. Ide untuk menggabungkan keahlian teknis dengan teknologi
antara Rodamas dan Asahi Glass akhirnya menghasilkan pemahaman kokoh terhadap pasar
lokal baik dari segi strategis maupun kemitraan yang membuat Asahimas pelopor kaca di negeri
ini
Asahimas memulai produksi manufaktur kaca pada bulan April 1973, dari kaca bening sederhana
yang diproduksi menggunakan Proses Foucault tradisional. Selanjutnya, lini produksi dengan
cepat didiversifikasi untuk memasukkan produk-produk inovatif seperti kaca khusus, kaca
pengaman, kaca reflektif dan cermin. Pada tahun 1975, perusahaan pertama kali membangun
Pabrik Kaca yang memproduksi barang komersial dan terjamin keamanannya serta
menggunakan Proses Tempering pada tahun 1976. Pada tahun yang sama, Asahimas juga
membangun tungku kedua untuk kaca lembaran di Jakarta dan memulai produksi komersial pada
tahun 1977. Pada tahun 1981, Asahimas memperkenalkan teknologi baru di Float Glass, tungku
ketiganya di Jakarta, merupakan teknologi Float pertama Perusahaan. Sementara itu, Asahimas
menutup tunggu keduanya yang menggunakan Proses Foucault pada tahun 1983. Pada tahun
1985 Asahimas juga mulai pembangunan Tungku keempat (Float line kedua) di pabrik Surabaya,
yang kemudian memulai produksi komersial pada tahun 1987. Perusahaan kemudian
membangun tungku kelima (Float Line ketiga) dan tungku keenam (Float line keempat) pada
tahun 1990 dan 1996, yang mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993 dan 1997.
Tungku-tungku resmi berlokasi di Jakarta, sedangkan yang terakhir berada di Surabaya.
1985 merupakan tahun yang penting dalam pembangunan produksi kaca pengaman melalui
teknologi laminating kaca pengaman baru. Sebagai tindak lanjut dari teknologi baru ini,

Asahimas memulai konstruksi saluran produksi laminating kaca baru pada tahun 1994,
bersamaan dengan proses penutupan tungku pertama yang masih menggunakan Proses Foucault.
Selama tahun 1997, Asahimas mulai fase pertama dalam perkembangan pabrik kaca pengaman
di Bukit Indah Industrial Park, Cikampek, Jawa Barat, yang kemudian memulai produksi
komersial pada tahun 1999.
Hari ini, Asahimas meningkatkan kapasitas produksi terpasang 570.000 ton secara signifikan
untuk kaca lembaran, 4.500.000 meter persegi untuk kaca pengaman dan 2.400.000 meter
persegi untuk cermin. Kapasitas tersebut menunjukkan eksistensi Asahimas sebagai produsen
kaca terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara.

Mengenal Jenis-jenis Kaca dan Penggunaannya


Kaca merupakan salah satu elemen penting pada bangunan, baik rumah tinggal (residensial),
pertokoan, gedung bertingkat tinggi (high rise building) maupun muti use building. Fungsi kaca,
selain untuk pencahayaan alami, juga sebagai bagian dari estetika bangunan.
Sebenarnya cukup beragam jenis kaca yang dapat digunakan untuk bangunan maupun rumah
tinggal. Namun di kalangan masyarakat awam, terutama di kalangan menengah ke bawah hanya
mengenal kaca bening, kaca rayben dan kaca cermin. Tulisan ini akan menjelaskan lebih jenisjenis kaca yang dapat digunakan untuk fungsi gedung, baik dari segi karakteristik maupun dari
segi kekuatannya. Pengenalan jenis-jenis kaca ini sangat penting, agar kita tidak salah dalam
memilih jenis kaca yang dikaitkan dengan penggunaannya.
Ada pun jenis-jenis kaca adalah sebagai berikut:
Kaca Bening

Kaca ini juga sering disebut dengan kaca polos atau dalam istilah teknisnya adalah float
glass.

Kaca ini tidak berwarna, memiliki permukaan yang sangat bersih, rata dan bebas distorsi.

Karena sifat kacanya yang tidak berwarna, jenis kaca ini memberikan tingkat transmisi
yang tinggi (lebih dari 90%) serta memberikan bayangan yang sempurna.

Kaca ini banyak digunakan untuk eksterior maupun interior bangunan, baik rumah
tinggal maupun gedung bertingkat. Namun kaca ini tidak direkomendasikan untuk ektserior
bangunan bertingkat karena kemampuan menahan panas matahari yang rendah.

Kaca ini juga dapat digunakan untuk perabot rumah tangga, misalnya lemari, table top,
dinding dekorasi, akuarium dan sebagainya.

Ketebalan kaca ini bervariasi, yang umum dipakai mulai dari 5mm, 6mm, atau 8mm.
Pemilihan ketebalan kaca disesuaikan dengan bentang kaca yang akan dipasang. Untuk rumah
tinggal dan interior gedung, biasanya digunakan kaca tebal 5mm, 6mm atau 8mm tergantung
bentangnya.

Kaca Warna

Di kalangan masyarakat, kaca ini biasa disebut dengan kaca rayben, untuk kaca warna
hitam. Istilah teknisnya adalah tinted glass. Pada produk Asahimas, menggunakan istilah
panasap glass.

Kaca panasap merupakan kaca float yang diberi warna dengan menambahkan sedikit
logam pewarna seperti kobalt, besi, silenium, dan sebagainya pada bahan baku kaca.

Kaca panasap mampu menyerap 55% panas matahari, sehingga akan mengurangi beban
pendingin ruangan dan memberikan rasa nyaman pada penghuni bangunan. Dengan warna kaca
tersebut, maka sifat tembus pandang kaca menjadi rendah, sehingga memberikan kebebasan
privasi bagi penghuni bangunan.

Warna yang tersedia pada kaca panasap adalah blue green, dark blue, euro grey, dark
grey, bronze dan green.

Karena warna yang terkandung pada kaca, maka semakin tebal kaca, akan warnanya akan
semakin gelap dan tingkat penyerapan panas matahari akan semakin tinggi.

Kaca jenis ini dapat digunakan baik untuk eksterior maupun interior bangunan. Namun
dalam penerapannya, jenis kaca ini lebih banyak dipakai pada eksterior bangunan, baik untuk
pintu dan jendela, maupun pada curtain wall. Untuk pintu da jendela, biasa digunakan tebal kaca
6mm. Sedangkan pada curtain wall, digunakan tebal kaca 8mm atau 10mm, tergantung bentang
kaca dan hasil perhitungan beban angin.

Kaca Es

Kaca es, adalah kaca yang terdapat tekstur dengan pola tertentu pada salah satu sisinya.
Pada produk Asahimas, jenis kaca ini disebut dengan kaca Indofigur.

Kaca jenis ini diproduksi dengan cara yang disebut roll-out process, di mana leburan ahan
baku kaca dialirkan melalui sepasang rol dengan satu rol memiliki pola tertentu, sehingga pada
salah satu permukaan kaca akan tercetak pola sesuai dengan pola pada rol.

Karakter jenis kaca ini, memberikan efek dekoratif, efek pencahayaan dan efek
pembayangan yang menarik, serta memiliki kemampuan mereduksi silau secara maksimum.

Penggunaan kaca ini lebih banyak dipakai pada interior bangunan, yaitu untuk partisi,
dinding, pintu perabot rumah dan kaca pada kamar mandi.
Kaca Reflektif

Kaca reflektif adalah jenis kaca yang mampu memantulkan cahaya dan mereduksi sifat
tembus pandang dari sisi luar, sehingga sering pula disebut dengan kaca one way. Pada produk
Asahimas kaca ini disebut dengan istilah kaca stopsol.

Dalam pembuatannya, kaca ini dilapisi dengan pelapis transparan tipis dari oksida logam
(sebagai lapisan pemantul) melalui proses pyrolysis.

Lapisan kaca refletif ini bersifat memantulkan cahaya dan panas, serta mampu
memberikan penampilan yang mewah, sekaligus menurunkan beban energi pengkodisian udara.

Lapisan coating reflektif ini dapat dilapiskan pada kaca clear maupun panasap (warna)
blue, dark blue, grey dan green.

Kaca ini biasa digunakan pada bukaan pintu atau jendela dinding luar, yang diharapkan
berpenampilan mewah pada bangunan. Untuk bangunan bertingkat, terutama digunakan
digunakan pada tipe dinding kaca eksterior (curtain wall).

Kaca Tempered

Secara singkat, kaca tempered adalah jenis kaca yang memiliki kekuatan yang sangat
tinggi, dibandingkan dengan kaca biasa.

Kaca tempered adalah kaca yang diperkeras dengan cara memanaskan kaca float biasa
hingga mencapai temperatur 700 derajat celcius, kemudin didinginkan mendadak dengan
menyemprotkan udara secara merata merata pada kedua permukaan kaca. dengan proses ini,
maka terjadi perubahan fisik kaca, yaitu terjadi perubahan gaya tekan dan gaya tarik pada kaca,
tapi secara visual tidak terjadi perubahan.

Dengan ketebalan yang sama, kekuatan kaca tempered mampu mencapai 3-5 kali lipat
dari kekuatan kaca biasa, terhadap beban angin, tekana air, benturan dan terhadap perubahan
temperatur yang tinggi (thermal shock).

Jika pecah, pecahan kaca tempered berbentuk kecil-kecil dan tumpul, sehingga sangat
aman bagi manusia (tidak akan melukai manusia).

Penggunaan kaca tempered terutama untuk bukaan-bukaan atau dinding kaca pada
bangunan yang menuntut tingkat keamanan yang tinggi.

Penggunaan lain adalah untuk pintu-pintu tanpa rangka (frameless), seperti pintu utama
maupun partisi kamar mandi.

Selain itu kaca tempered juga digunakan untuk railing kaca pada tangga dan void,
eskalator dan lift.

Catatan: kaca tempered tidak boleh diganggu oleh proses-proses lebih lanjut seperti
pemotongan, penggosokan tepi, pembuatan lubang dan lain-lain. Proses-proses ini akan
melemahkan kekuatan kaca, bahkan dapat menyebabkan pecahnya kaca itu sendiri. Untuk itu
semua ukuran dan jenis aksesoris harus sudah dapat ditentukan dengan pasti sebelum proses
tempered dilakukan.

Kaca Laminated

Kaca laminated merupakan kaca dengan tingkat keamanan dan perlindungan yang tinggi
terhadap penghuni. Jika terjadi sesuatu yang menyebabkan pecahnya kaca, maka kaca laminated
tidak akan berhamburan, tapi hanya retak dan sangat sulit ditembus.

Kaca laminated terdiri dari komposisi satu atau lebih lebih lembaran polifinil yang
transparan, fleksibel dan sangat kuat, dengan satu atau lebih lembaran kaca float, dan disatukan
melalui proses pemanasan dan pengepresan.

Karakterisitik kaca laminated, ialah bahwa pecahan kaca tidak akan jatuh atau
berhamburan, namu tetap melekat pada filmnya, dan kaca tetap terpasang pada rangkanya.

Kaca laminated yang sudah pecah, tetap suit sekali ditembus oleh manusia sehingga
memberikan tingkat keamanan yang sangat tinggi bagi penghuninya.

Penggunaan kaca laminated terutama untuk atap kaca, skylight, dinding kolamm renang
dan lain-lain, di mana tidak diinginkan adanya reruntuhan kaca jika pecah.

Kaca laminated juga digunakan untuk lemari pajang barang-barang berharga (anti pencuri)

Catatan: hindari proses lanjut pada kaca laminated seperti pemotongan, pembuatan lubang
dan aksesoris lain, walaupun mungkin dapat dikerjakan, tapi akan sangat sulit dan tidak rapi.
Semua ukuran dan aksesoris harus sudah tepat, sebelum proses laminate dikerjakan.

Kaca laminated yang terdiri dari dua lembar kaca biasanya digunakan untuk bangunanbangunan. Sedangkan yang terdiri lebih dari dua lembar biasanya untuk penggunaan-penggunaan
khusus seperti kaca taha peluru, kaca akuarium yang besar dan kaca pesawat terbang

Bahan - Bahan Dan Proses Pembuatan Kaca


BAGAIMANA CARA MEMBUAT KACA? APA BAHANNYA?

Kaca adalah amorf ( non kritalin ) material padat yang bening transparan, yang
biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama berabad-abad adalah
jendela dan gelas minum.
A. Bahan Baku Industri Kaca
Bahan baku dari industri umum kaca adalah (Austin, dkk. 2005) :

Pasir
Pasir yang digunakan dalam membuat kaca adalah kuarsa yang sangat murni.
Kandungan besi dalam pasir kuarsa ini tidak boleh melebihi 0,45% untuk barang gelas
pecah belah atau 0,015% untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat
merupakan warna kaca pada umumnya.

Soda
Soda ini berumus kimia Na2O, yang didapatkan dalam soda abu padat (Na2CO3).
Sumber lainnya adalah dari bikarbonat, kerak garam dan natrium nitrat.

Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum P2O.Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa
Na2O atau K2O atau campuran keduanya. Sebagai sumber Al2O3, feldspar
mempunyai banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni dan dapat
dilebur dan seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri digunakan
hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan sumber Na2O
atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan titik cair kaca dan
memperlamba terjadinya devitrifikasi.

Borax
Borax adalah perawis tambahan yang menambahkan Na2O dan boron oksida kepada
kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran, boraks
sekarang banyak digunakan di dalam bernagai jenis kaca pengemas. Ada pula kaca
borax berindeks tinggi yang mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks refraksi
lebih tinggi dari semua kaca yang dikenal. Kaca ini telah banyak digunkan sebgai kaca
optik. Di samping daya fluksnya yang kuat, borax tidak saja bersifat menurunkan sifat
ekspansi tetapi juga meningkatkan ketahanna terhadap aksi kimia. borax digunakan
dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit alkali. Harganya hampir dua kali boraks.


Kerak garam
Istilah asingnya adalah salt cakeyang digunakan sebagai perawis tambahan pada
pembuatan kaca, demikian juga beberapa sulfat lain seperti amonium sulfat dan barium
sulfat dan sering ditentukan pada segala jenis kaca. Kerak garam ini dapat
membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat ini harus dipakai
bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfit. Arsen trioksidadapat pula ditambahkan
untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.

Kulet
Kulet adalah kaca hancuran yang dikumpulkan dari barang-barang rusak, pecahan
beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat membantu pencairan selain juga
sebagai bahan untuk dasar pengolahan limbah. Bahan ini dapat dipakai 10-80% dari
muatan bahan baku.

Blok refraktori
B. Langkah-Langkah Umum Pembuatan Kaca
Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya dapat digolongkan menjadi 10 langkah
(Austin, dkk. 2005), yaitu:
1.
transportasi bahan baku ke pabrik
2.
pengaturan ukuran bahan baku
3.
penimbunan bahan baku
4.
pengangkutan, penimbangan dan pencampuran bahan baku dan
pemuatannya ke tanur kaca
5.
pengolahan bahan bakar untuk mencapai suhu yang diperlukan bagi
pembentukkan kaca
6.
reaksi pembentukkan kaca di dalam tanur
7.
penghematan kalor melalui regenarasi dan rekuparasi
8.
pembuatan bentuk produk kaca
9.
penyaringan produk kaca
10.
penyelesaian produk kaca
C. Cara Pembuatan Kaca
a.
Peleburan
Tanur kaca dapat diklasifikasi sebagai tanur periuk atau tanur tangki. Tanur periuk (pot
furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan secara
menguntungkan untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana tumpak cair
itu harus dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama dalam
pembuatan kaca optic dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya ialah
suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina. Sulit sekali melebur kaca di
dalam bejana ini tanpa produknya terkontaminasi atau tanpa sebagian bejana itu sendiri
meleleh, kecuali bila bejana itu terbuat dari platina. Dalam tanur tangki (tank furnace),
bahan tumpak itu dimuat ke satu ujung suatu tangki besar yang terbuat dari blok-blok
refraktor, diantaranya ada yang ukuran 38 x 9 x 1.5 m dengan kapasitas kaca cair
sebesar 1350 t. kaca itu membentuk kolam didasar tanur itu, sedang nyala api menjilat
berganti dari satu sisi ke sisi lain. Kaca halusan (fined glass) dikerjakan dari ujung lain
tangki itu, operasinya kontinu. Dalam tanur jenis ini, sebagaimana juga dalam tangki

periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca panas. Kualitas kaca dan umur tangki
bergantung pada kualitas blok konstruksi. Karena itu, perhatian biasanya ditujukan
pada refraktori tanur kaca. Tanur tangki kecil disebut tangki harian (day tank)dan berisi
persediaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 t sampai 10 t. tangki ini dipanasi
secara elektrotermal atau dengan gas.
Tanur-tanur yang disebutkan diatas adalah tergolong tanur regenarasi (regenerative
furnace)dan beroperasi dalam dua siklusdengan dua perangkat ruang berisi susunan
bata rongga. Gas nyala setelah memberikan sebagian kalornya pada waktu melalui
tanur berisi kaca cair, mengalir ke bawah melalui satu perangkat ruang yang diisi penuh
dengan pasangan batu terbuka atau batu rongga (checkerwork). Sebagian besar dari
kandungan kalor sensibel gas keluar dari situ, dan isian itu mencapai suhu yang
berkisar antar 1500C didekat tanur 650C di dekat pintu keluar. Bersamaan dengan itu,
udara dipanaskan dengan melewatkannya melalui lubang regenerasi yang telah
dipanaskan sebelumnya dan dicampur dengan gas bahan bakar yang terbakar,
sehingga suhu nyalanya menjadi menjadi lebih tinggi lagi (dibandingkan dengan jika
udara tidak dipanaskan terlebih dahulu). Pada selang waktu yang teratur, yaitu antara
20 sampai 30 menit, alirancampuran udara bahan bakar, atau siklus itu dibalik, dan
sekarang masuk tanur dari ujung yang berlawanan melalui isian yang telah mendapat
pemanasan sebelumnya, kemudian melalui isian semula, dan mencapai suhu yang
lebih tinggi.
Suhu tanur yang baru mulai berproduksi hanya dapat dinaikkan sedikit demi sedikit
setiap hari, bergantung kepada kemampuan refraktorinya menampung ekspansi. Bila
tanur regenarasi itu sudah dipanaskan, suhunya harus dipertahankan sekurangkurangnya 1200C setiap waktu. Kebanyakan kalor hilang dari tanur melalui radiasi,
dan hanya sebagian kecil yang termanfaatkan untuk pencairan. Tanpa membiarkan
dindingnya mendingin sedikit karena radiasi, suhu akan menjadi terlalu tinggi sehingga
kaca cair itu dapat menyerang dinding dan melarutkannya. Untuk mengurangi aksi kaca
cair, pada dinding tanur kadang-kadang dipasang pipa air pendingin.
b.
Pencetakan
Kaca dapat dibentuk dengan mesin atau dengan cetak tangan. Faktor yangterpenting
yang harus diperhatikan dalam cetak mesin (machine molding) ialah bahwa rancang
mesin itu haruslah sedemikian rupa sehingga pencetakan barang kaca dapat
diselesaikan dalam tempo beberapa detik saja. Dalam waktu yang sangat singkat ini
kaca berubah dari zat cair viskos menjadi zat padat bening. Jadi, jelas sekali bahwa
masalah rancang yang harus diselesaikan, seperti aliran kalor stabilitas logam, dan
jarak bebas bantalan merupakan masalah yang rumit sekali. Keberhasilan mesin cetak
kaca merupakan prestasi besar bagi para insinyur kaca.

c.
Penyangaian
Untuk mengurangi regangan-regangan dalam kaca, semua barang kaca harus disangai
(anneal), baik barang kaca yang dibuat dengan mesin maupun yang dibuat dengan
tangan. Secara singkat, penyangaian menyangkut dua macam operasi, yaitu:

1.
Menahan kaca itu pada suatu suhu di atas suhu krisis tertentu selama beberapa
waktu yang cukup lama sehingga mengurangi regangan-regangan dalam dengan jalan
pengaliran plastic sehingga regangannya kurang dari suatu maksimum yang ditentukan.
2.
Mendinginkan massa kaca sampai suhu kamar secara cukup perlahan sehingga
regangan itu selalu berada di bawah batas maksimum leher atau tungku penyaringan,
tidak lain hanyalah satu ruang pemanasan yang dirancang dengan baik dimana laju
pendingin dapat diatur sehingga memenuhi persyaratan.
d.
Penyelesaian
Semua kaca yang sudah disangai harus mengalami operasi penyelesaian yang relative
sederhana tetapi sangat penting. Operasi ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Pembersihan
Penggosokan
Pemolesan
Pemotongan
Gosok-semprot dengan pasir
Pemasangan email klasifikasi kualitas
Pengukuran

DAFTAR PUSTAKA
Ege, Seyhan. 1984. Organic Chemistry. Kanada: DC Heath and Company.
Keenan, Charles W., dkk. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2006. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Vogel and Suehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro.Alih bahasa L.Setiono dan AH Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Hamzuri, Batik Klasik , penerbit Djambatan, Jakarta 1981.
G.P. Rouffear En H.H. Juynboll, DE BATIKKUNST, Th.1914
J. E. Jasper en Mas Pirngadie, INLANDSCHE KUNSTNIJVERHEID
IN NEDERLANDSCH INDI, Gravenhage Door De Boek? & Kunstdrukkerij, Mouton & Co.?
1916.
Rijksblad van Djokjakarta No 19. th 1927
TJOKROSUHARTO. Koleksi Pola Motif Batik,
Tim Pengabdian pada Masyarakat Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada, Pakaian Adat Jawa Gaya Yogyakarta, 1995

Anda mungkin juga menyukai