Bab II - Tinpus Kosmet Lipstik Fix
Bab II - Tinpus Kosmet Lipstik Fix
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetologi
Kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia,
fisika, biologi dan mirobiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan penggunaan
bahan kosmetika.
2.2. Kosmetika
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV,
polusi, dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh
kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari
maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika
terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan
kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.
2.3. Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat kira
kira 15% dari berat badan. Kulit memiliki fungsi utama yaitu selimut yang menutupi
permukaan tubuh dan sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dari luar.
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan yaitu :
2.3.1. Epidermis (Kulit Ari)
Merupakan lapisan terluar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Sebagai bagian terluar tubuh, kulit memiliki 2 fungsi utama, yakni fungsi
proteksi dan komunikasi. Fungsi komunikasi didasarkan pada neuroreseptor, transmisi
sinyal biokimia, serta pigmentasi, sedangkan fungsi protektif adalah mencegah
hilangnya substansi tubuh dan penetrasi senyawa asing ke dalam tubuh.
2.4. Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya
sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila
dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak
terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat
kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah, sangat jarang terdapat kelenjar
lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca
yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang
memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum
(Ditjen POM, 1985).
Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument (jaringan penutup
permukaan kulit), dan permukaan dalam, dilapisi membran selaput lendir yang menjadi
satu dengan kulit bibir pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir di temukan
otot oris orbikularis, arteri dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak dan kelenjar
lemak. Kelenjar labial (kelenjar air liur) sejati terletak diantara membran selaput lendir
dan otot oris orbikularis. Bibir dibasahi oleh saliva atau air liur yang dihasilkan oleh
kelenjar labial (Balsam, 1972).
Bibir orang berwarna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam
pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas
karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu stratum corneum
(lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih
mudah luka dan mengalami pendarahan. Kulit bibir yang tipis juga menyebabkan saraf
yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif (Wibowo, 2005).
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi
dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik (Woelfel and Scheild, 2002).
2.5. Lipstik
Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga
membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata,
rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih
kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya (Barel, et al, 2001).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal
sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38 oC.
Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca
sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang
dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62 biasanya berkisar antara 5575oC (Ditjen POM, 1985).
Lipstik yang baik harus stabil selama pembuatan, penyimpanan dan sampai
pada waktu yang digunakan. Hal yang sangat berperan dalam kestabilan lipstik adalah
komposisi dari bahan dasar yang mempunyai titik leleh yang berbeda-beda (Howard,
1974).
Dari udut pandang kualitas, sediaan lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar
benar merata (Balsam, 1972).
b) Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 o C dan
mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga
harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85 o C. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik (Balsam,
1972).
c) Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan
pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik
adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan
sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa
digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak
nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Jellineck, 1976).
d) Zat warna
Zat warna merupakan faktor yang sangat menentukan pada pemerah bibir.
Warna-warna yang digunakan bervariasi dari merah, rose, dan jingga. Zat
warna yang digunakan pada pemerah bibir harus memenuhi syarat-syarat
yaitu dapat berpenetrasi pada kulit bibir dan dapat melapisi bibir dengan
baik untuk menutupi kekasaran. Zat warna yang sering digunakan pada
sediaan lipstik antara lain :
Staining dyes, merupakan zat warna yang dapat mewarnai bibir dengan
warna yang diinginkan, digunakan pada konsentrasi 2-3%. Merupakan
turunan fluorescein yang terhalogenasi seperti bromo acid, eosin, da
tetra bromofluorescein.
warna,
serta
logam seperti Al, Ba, Ca, dan Sr. Digunakan pada konsentrasi 5-15%.
2.5.2. Komponen Tambahan dalam Sediaan Lipstik
Zat tambahan dalam lipstik berfungsi untuk menghasilkan lipstik yang
baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat
tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat
bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang
digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.
a) Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan
yang digunakan harus memenuhi syarat berikut (Wasitaatmadja S, 1997) :
- Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam
kosmetika
- Tidak berwarna
- Tidak toksik
- Tidak berubah meskipun disimpan lama.
b) Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben
(Poucher, 2000).
c) Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi
bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang
lipstik
dalam
proses
pengemasan,
pengangkutan,
dan
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Euphorbiales
Euphorbiaceae
Ricinus
R. communis L
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cc/C
astor_bean_in_distubred_area.jpg
Tanaman jarak (Ricinus communis L) adalah tumbuhan liar setahun (annual) dan
biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering juga
dikembangbiakkan dalam perkebunan. Tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki
daun tunggal menjari antara 7 - 9, berdiameter 10-40 cm. Sebutan untuk tanaman jarak
di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Di Jawa Barat disebut Kaliki. Di
Sumatera, jarak dikenal dengan nama Dulang ada juga yang menyebutnya
dengan Gloah. Di Madura jarak disebut dengan Kalek.
Tanaman jarak memiliki batang berbentuk bulat licin, berongga, berbuku-buku
jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas. Warna tumbuhan hijau bersemburat
merah, sedangkan daunnya tumbuh berseling berbentuk bulat dan ujungnya sedikit
runcing. Biasanya daun jarak berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau muda
pada bagian permukaan bawah. Buahnya berbentuk bulat dan berkumpul pada tandan,
namun ada juga yang bentuknya sedikit lonjong.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji
Ricinus communis L. yang telah dikupas.
Kelebihan minyak ini yaitu kekentalannya yang tinggi dan dapat menambah
daya kilap. Kelemahannya jika digunakan dalam jumlah yang besar menyebabkan rasa
kesat dan tidak enak karena lapisan berminyaknya. Minyak jarak bersifat mudah tengik
sehingga dalam penggunaannya perlu ditambahkan antioksidan (Ketaren, 1986).
Viskositas minyak jarak yang tinggi menyebabkan minyak ini menjadi sukar
membasahi gumpalan pigmen yang didispersikan. Minyak yang digunakan dalam
formulasi tidak boleh menimbulkan iritasi dan bau serta rasa yang tidak enak (Balsam
et al, 1974). Sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat sebagai berikut :
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Leguminales
Leguminosae
Arachis
Arachis hypogaea L
http://thumbs.dreamstime.com/z/peanut-oil-nuts10259745.jpg
a) Cera Alba
Sinonim
Pemerian
White wax
Granul atau lembaran tipis bening ; berwarna putih atau
agak berwarna kekuningan ; tidak berasa ; memiliki bau
seperti cera flava tapi kurang intens atau berbau khas lemah
kelarutan
Titik Lebur
Titik Nyala
Densitas
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Fungsi
Sumber
cahaya
Stiffening agent
Handbook of Pharmacheutical Excipients 6th Ed, 2009 :
779 780
b) Vaselin Album
Pemerian
kelarutan
berfluorosensi lemah.
Praktis tidak larut dalam air ; sukar larut dalam ethanol
dingin, panas, dan dalam ethanol mutlak dingin ; mudah
larut dalam benzena, karbon disulfit, dan kloroform ; larut
dalam heksan, minyak lemak, dan sebagian besar minyak
Titik Leleh
Stabilitas
atsiri.
38 60 oC
Terhadap radiasi dapat menghasilkan perubahan warna, bau,
dan
perubahan
rheologi
dari
vaselin
teroksidasi
Inkompatibilitas
Penyimpanan
dari vaselin.
Dalam wadah tertutup baik ; terlindungi dari paparan
Fungsi
Sumber
cahaya
Emollient
Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 633
c) Oleum Ricini
Sinonim
Nama Tanaman
Familia
Zat Utama
Pemerian
kelarutan
Rumus Molekul
BM
Titik Didih
Titik Leleh
Kekentalan
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Fungsi
Sumber
d) Oleum Arachidis
Sinonim
Nama Tanaman
Familia
Zat Utama
Pemerian
kelarutan
Bilangan Asam
Indeks Bias
pH
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Fungsi
Sumber
e) Adeps Lanae
Sinonim
Pemerian
Lanolin
Masa seperti lemak, lengket ; berwarna kuning ; memiliki
bau samar yang khas ; tidak berasa ; lanolin dapat memisah
kelarutan
Rumus Molekul
BM
Densitas
Titik Leleh
Bilangan asam
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Fungsi
Sumber
prooksidan
yang
berpengaruh
Daftar Pustaka
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition. London: Jhon Willy
and Son, Inc.
Barel, A. O., Marc P., dan Howard I.M., 2001, Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Edisi kedua, Informa Healthcare, New York
Caesar and Loretz . 2011. MSDS Oleum Arachidis, Regulation (EC) No. 2001/58/EG . Caelo
GmbH : Hilden.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Howard, M., George and Poucher, A.W.,1974, Perfumes, Cosmetics and Soaps, Volume III,
Seventh Edition, B.I Publications, by arrangement with Chapman and Hall, London
Jellineck, S.,1970, Formulation and Function of cosmetics, John Wiley and Sons,Inc., USA.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta
: UI-Press
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier. Science B.V.
Poucher, J., 2000, Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soaps, Edisi Kesepuluh, Kluwer
Academic Publisher, London.
Rowe, C.Raymond.,dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th edition. USA:
Pharmaceutical Press.
Taksonomi oleum ricini dan aracidis. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1314
Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, P.T
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K. & Joshi, H., 2011, Formulation and Evaluation of
Herbal Lipstick, International Journal of Drug Discovery and Herbal Research, Ujjain,
(M.P.) India.
Wasitaatmadja, S.M. ,1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta.
Wibowo, D.S., 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo. H, Jakarta.
Woelfel, J. B., dan Rickne C. Scheild, 2002, Dental Anatomy,Edisi keenam, Lippincot
Williams and Wilkins, Maryland.