Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetologi
Kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia,
fisika, biologi dan mirobiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan penggunaan
bahan kosmetika.
2.2. Kosmetika
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV,
polusi, dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh
kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari
maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika
terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan
kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.
2.3. Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat kira
kira 15% dari berat badan. Kulit memiliki fungsi utama yaitu selimut yang menutupi
permukaan tubuh dan sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dari luar.
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan yaitu :
2.3.1. Epidermis (Kulit Ari)
Merupakan lapisan terluar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan


sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) : Stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale. Stratum corneum dilapisi oleh suatu
lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai
mantel asam kulit berfungsi untuk perlindungan kulit dari mikroorganisme.
Tingkat keasaman (pH) umumnya berkisar antara 4,5 - 6,5 (Tranggono dan
Latifah, 2007).
2.3.2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan
papiler (tipis mengandung jaringan ikat jarang), dan lapisan retikuler (tebal
terdiri dari jaringan ikat padat). Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh
darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
2.3.3. Subkutis (jaringan lemak bawah kulit).
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbedabeda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. Pada daerah dermis
dan subkutis tidak ada garis tegas yang memisahkan Keduanya. Namun subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk
jaringan lemak (Wasitaatmadja, 1997).

Sebagai bagian terluar tubuh, kulit memiliki 2 fungsi utama, yakni fungsi
proteksi dan komunikasi. Fungsi komunikasi didasarkan pada neuroreseptor, transmisi
sinyal biokimia, serta pigmentasi, sedangkan fungsi protektif adalah mencegah
hilangnya substansi tubuh dan penetrasi senyawa asing ke dalam tubuh.
2.4. Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya
sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila
dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak
terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat
kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah, sangat jarang terdapat kelenjar
lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca
yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang
memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum
(Ditjen POM, 1985).
Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument (jaringan penutup
permukaan kulit), dan permukaan dalam, dilapisi membran selaput lendir yang menjadi
satu dengan kulit bibir pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir di temukan
otot oris orbikularis, arteri dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak dan kelenjar
lemak. Kelenjar labial (kelenjar air liur) sejati terletak diantara membran selaput lendir
dan otot oris orbikularis. Bibir dibasahi oleh saliva atau air liur yang dihasilkan oleh
kelenjar labial (Balsam, 1972).
Bibir orang berwarna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam
pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas
karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu stratum corneum
(lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih
mudah luka dan mengalami pendarahan. Kulit bibir yang tipis juga menyebabkan saraf
yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif (Wibowo, 2005).
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi
dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik (Woelfel and Scheild, 2002).
2.5. Lipstik
Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga
membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata,

rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih
kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya (Barel, et al, 2001).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal
sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38 oC.
Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca
sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang
dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62 biasanya berkisar antara 5575oC (Ditjen POM, 1985).
Lipstik yang baik harus stabil selama pembuatan, penyimpanan dan sampai
pada waktu yang digunakan. Hal yang sangat berperan dalam kestabilan lipstik adalah
komposisi dari bahan dasar yang mempunyai titik leleh yang berbeda-beda (Howard,
1974).
Dari udut pandang kualitas, sediaan lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a)
b)
c)
d)
e)

Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.


Penampilan menarik, baik warna, bau, rasa, maupun bentuknya.
Memberikan warna yang merata pada bibir.
Stabil dalam penyimpanan.
Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik,

atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik.


f) Melapisi bibir secara mencukupi.
g) Dapat bertahan di bibir.
h) Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
i) Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya (Mitsui, 1997).
2.5.1. Komponen Utama dalam Sediaan Lipstik
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin,
lemak dan zat warna lemak dan zat warna
a) Minyak
Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan,
kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher,
2000). Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak
mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati
yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan
melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu
komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi
adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen

yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar
benar merata (Balsam, 1972).
b) Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 o C dan
mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga
harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85 o C. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik (Balsam,
1972).
c) Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan
pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik
adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan
sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa
digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak
nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Jellineck, 1976).
d) Zat warna
Zat warna merupakan faktor yang sangat menentukan pada pemerah bibir.
Warna-warna yang digunakan bervariasi dari merah, rose, dan jingga. Zat
warna yang digunakan pada pemerah bibir harus memenuhi syarat-syarat
yaitu dapat berpenetrasi pada kulit bibir dan dapat melapisi bibir dengan
baik untuk menutupi kekasaran. Zat warna yang sering digunakan pada
sediaan lipstik antara lain :
Staining dyes, merupakan zat warna yang dapat mewarnai bibir dengan
warna yang diinginkan, digunakan pada konsentrasi 2-3%. Merupakan
turunan fluorescein yang terhalogenasi seperti bromo acid, eosin, da
tetra bromofluorescein.

Noneosin staining dyes juga merupakan turunan dari fluorescein, yang


sering digunakan adalah yang bersifat lipofilik yang tak larut dalam air

yaitu bentuk sulfo acidnya.


Pigmen, merupakan zat warna logam yang dapat bercampur dengan
bahan dasar. Zat warna ini dapat bersifat anorganik maupun organik

dan digunakan pada konsentrasi 8-10%.


Titanium dioksida, berguna untuk memudahkan

warna,

serta

menyinarkan warna. Lapisan yang terbentuk agak keruh keputihan dan

digunakan pada konsentrasi 1%.


Lakes, merupakan campuran zat warna Drug & Cosmetic dan logam-

logam seperti Al, Ba, Ca, dan Sr. Digunakan pada konsentrasi 5-15%.
2.5.2. Komponen Tambahan dalam Sediaan Lipstik
Zat tambahan dalam lipstik berfungsi untuk menghasilkan lipstik yang
baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat
tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat
bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang
digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.
a) Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan
yang digunakan harus memenuhi syarat berikut (Wasitaatmadja S, 1997) :
- Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam
kosmetika
- Tidak berwarna
- Tidak toksik
- Tidak berubah meskipun disimpan lama.
b) Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben
(Poucher, 2000).
c) Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi
bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang

mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik (Balsam,


1972). Zat pengaroma yang digunakan bersifat ringan dan segar.
Konsentrasi yang digunakan 2 - 4%. Zat pengaroma yang digunakan tidak
mengiritasi dan stabil terhadap komponen yang lain.
2.5.3. Evaluasi Sediaan Lipstik
a) Pemeriksaan organoleptis
Pengamatan organoleptis sediaan meliputi ada tidaknya perubahan bentuk,
warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing
sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan
selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma et al, 2011).
b) Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas pada sediaan lipstik dapat dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan lipstik pada bahan yang permukaannya licin dan
putih. Selain itu, pemeriksaan homogenitas dan kestabilan zat warna dari
formula lipstik dapat dilakukan dengan cara memotong lipstik secara
membujur dan diamati terdapat bintik-bintik pewarna atau tidak.
c) Pemeriksaan titik lebur lipstik
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada
dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan
metode drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler
sedangkan metode drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik
melebur pada metode melting point adalah 60o C, sedangkan untuk
metode drop point adalah > 50o C (Balsam, 1972).
d) Pemeriksaan kekuatan lipstik
Evaluasi kekerasan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga
kekuatan

lipstik

dalam

proses

pengemasan,

pengangkutan,

dan

penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara


lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi,
digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban
ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval
waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking
point (Vishwakarma, et al., 2011).
e) Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit
punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya
kita menggunakan lipstik.
f) Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.


Sampel di buat dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml
akuades.
g) Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah metode uji yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar
penilaian. Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah
6 orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Penilaian
sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis.Penilaian dapat
diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya dapat dianalisis secara statistik
untuk penarikan kesimpulan.
2.6. Minyak Jarak (Oleum Ricini)
Taksonomi :
Kingdom
Devisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Euphorbiales
Euphorbiaceae
Ricinus
R. communis L

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cc/C
astor_bean_in_distubred_area.jpg

Tanaman jarak (Ricinus communis L) adalah tumbuhan liar setahun (annual) dan
biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering juga
dikembangbiakkan dalam perkebunan. Tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki
daun tunggal menjari antara 7 - 9, berdiameter 10-40 cm. Sebutan untuk tanaman jarak
di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Di Jawa Barat disebut Kaliki. Di
Sumatera, jarak dikenal dengan nama Dulang ada juga yang menyebutnya
dengan Gloah. Di Madura jarak disebut dengan Kalek.
Tanaman jarak memiliki batang berbentuk bulat licin, berongga, berbuku-buku
jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas. Warna tumbuhan hijau bersemburat
merah, sedangkan daunnya tumbuh berseling berbentuk bulat dan ujungnya sedikit
runcing. Biasanya daun jarak berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau muda
pada bagian permukaan bawah. Buahnya berbentuk bulat dan berkumpul pada tandan,
namun ada juga yang bentuknya sedikit lonjong.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji
Ricinus communis L. yang telah dikupas.
Kelebihan minyak ini yaitu kekentalannya yang tinggi dan dapat menambah
daya kilap. Kelemahannya jika digunakan dalam jumlah yang besar menyebabkan rasa

kesat dan tidak enak karena lapisan berminyaknya. Minyak jarak bersifat mudah tengik
sehingga dalam penggunaannya perlu ditambahkan antioksidan (Ketaren, 1986).
Viskositas minyak jarak yang tinggi menyebabkan minyak ini menjadi sukar
membasahi gumpalan pigmen yang didispersikan. Minyak yang digunakan dalam
formulasi tidak boleh menimbulkan iritasi dan bau serta rasa yang tidak enak (Balsam
et al, 1974). Sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat sebagai berikut :

2.7. Minyak Kacang (Oleum Arachidis)


Taksonomi :
Kingdom
Devisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Leguminales
Leguminosae
Arachis
Arachis hypogaea L

http://thumbs.dreamstime.com/z/peanut-oil-nuts10259745.jpg

Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh,yang


terdiri dari 40-45 % asam oleat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak jenuh sebagian
besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat sekitar 5 %. Kandungan
asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan
bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan penambahan anti-oksidan. Minyak
kacang tanah terdapat persenyawaan tokoferol yang merupakan anti-oksidan alami dan
efektif dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah.
2.8. Data Preformulasi Bahan

a) Cera Alba
Sinonim
Pemerian

White wax
Granul atau lembaran tipis bening ; berwarna putih atau
agak berwarna kekuningan ; tidak berasa ; memiliki bau
seperti cera flava tapi kurang intens atau berbau khas lemah

kelarutan

dan bebas tengik.


Larut dalam kloroform, eter, minyak atsiri, dan karbon
disulfida hangat ; sedikit larut dalam ethanol 95% ; dan

Titik Lebur
Titik Nyala
Densitas
Stabilitas

praktis tidak larut dalam air.


61 65 oC
245 258 oC
0,95 0,96 g/cm3
Ketika cera alba dipanaskan di atas 150 oC dapat terjadi
esterifikasi yang mengakibatkan menurunnya nilai asam

Inkompatibilitas
Penyimpanan

dan terjadi kenaikan titik leleh.


Dengan zat pengoksidasi
Dalam wadah tertutup baik ; terlindungi dari paparan

Fungsi
Sumber

cahaya
Stiffening agent
Handbook of Pharmacheutical Excipients 6th Ed, 2009 :
779 780

b) Vaselin Album
Pemerian

Massa lunak, lengket, bening, putih, berminyak, transparan


dalam lapisan tipis ; tidak berbau ; hampir tidak berasa ; dan

kelarutan

berfluorosensi lemah.
Praktis tidak larut dalam air ; sukar larut dalam ethanol
dingin, panas, dan dalam ethanol mutlak dingin ; mudah
larut dalam benzena, karbon disulfit, dan kloroform ; larut
dalam heksan, minyak lemak, dan sebagian besar minyak

Titik Leleh
Stabilitas

atsiri.
38 60 oC
Terhadap radiasi dapat menghasilkan perubahan warna, bau,
dan

perubahan

rheologi

dari

vaselin

teroksidasi

Inkompatibilitas

menyebabkan bau menjadi tengik.


Inkompatibel dengan kebanyakan bahan karena kelembaban

Penyimpanan

dari vaselin.
Dalam wadah tertutup baik ; terlindungi dari paparan

Fungsi
Sumber

cahaya
Emollient
Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 633

c) Oleum Ricini
Sinonim
Nama Tanaman
Familia
Zat Utama

Minyak jarak, Castor oil


Ricinus communisl L
Euphorbiaceae
Gliserida dari asam risinoleat, asam oleat, asam linoleat,

Pemerian

dan asam jenuh lainnya.


Cairan kental transparan ; berwarna kuning pucat atau
hampir tidak berwarna ; memiliki bau lemah dan bebas dari

kelarutan

bau asing ; memiliki rasa khas.


Larut dalam ethanol ; dapat bercampur dengan ethanol
mutlak ; dapat bercampur dengan asam asetat glacial,

Rumus Molekul
BM
Titik Didih
Titik Leleh
Kekentalan
Stabilitas

kloroform, dan eter.


C57O9H110
939,50 g/mol
313 oC
- 12 oC
1000 mPa s pada 20 oC ; 200 mPa s pada 40 oC.
Minyak jarak menjadi tengik setelah mengalami pemanasan
yang berlebihan pada 300 oC selama beberapa jam ; minyak
jarak berpolimerisasi dan menjadi larut dalam minyak

Inkompatibilitas
Penyimpanan

mineral ; pada suhu 0 oC menjadi lebih kental.


Dengan oksidator kuat
Dalam wadah kedap udara pada suhu <45 oC ; terlindungi

Fungsi
Sumber

dari paparan cahaya


Emollient
Handbook of Pharmacheutical Excipients 6th Ed, 2009 :
126 ; Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995

d) Oleum Arachidis
Sinonim
Nama Tanaman
Familia
Zat Utama

Minyak kacang, Peanut oil


Arachis hypogeae L
Leguminosae
Gliserida dari asam oleat, asam linoleat, asam palmitat,

Pemerian

asam ligoserat, dan asam arachidat.


Cairan berwarna kuning pucat ; memiliki bau khas lemah ;

kelarutan

dan rasa tawar.


Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol 95% ;

Bilangan Asam
Indeks Bias
pH
Stabilitas

mudah larut dalam kloroform, eter, dan minyak tanah.


Tidak lebih dari 0,5
1,468 1,472
7 pada suhu 20 oC
Minyak kacang merupakan bahan yang relatif stabil, namun
paparan udara dapat menyebabkan menjadi tengik ; minyak
kacang dapat disterilkan dengan penyaringan aseptik atau

Inkompatibilitas
Penyimpanan

dengan panas kering.


Minyak kacang dapat disaponifikasi oleh alkali hidroksida
Dalam wadah kedap udara pada suhu <40 oC ; terlindungi

Fungsi
Sumber

dari paparan cahaya


Emollient
Caesar and Loretz,2011

e) Adeps Lanae
Sinonim
Pemerian

Lanolin
Masa seperti lemak, lengket ; berwarna kuning ; memiliki
bau samar yang khas ; tidak berasa ; lanolin dapat memisah

kelarutan

menjadi lapisan minyak yang jelas dalam air yang jernih.


Praktis tidak larut dalam air ; agak sukar larut dalam
ethanol dingin ; lebih larut dalam ethanol panas ; hanya
komponen lemak dapat larut dalam pelarut organik ; bebas

Rumus Molekul
BM
Densitas
Titik Leleh
Bilangan asam
Stabilitas

larut dalam kloroform dan eter.


C48H69NO2
756,064 g/mol
0,932 0,945 g/cm3 pada 15 oC
45 55 oC
Tidak lebih dari 0,1
Lanolin secara bertahap dapat mengalami autooksidasi
selama penyimpanan ; pemanasan dapat menyebabkan
lanolin menggelapkan warna dan memancarkan bau tengik

Inkompatibilitas

yang sangat kuat.


Lanolin mengandung

Penyimpanan

terhadap stabilitas beberapa zat aktif dari beberapa obat.


Dalam wadah tertutup baik suhu suhu terkendali ;

Fungsi
Sumber

terlindungi dari paparan cahaya.


Emollient
Handbook of Pharmacheutical Excipients 6th Ed, 2009 :
379

prooksidan

yang

berpengaruh

Daftar Pustaka
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition. London: Jhon Willy
and Son, Inc.
Barel, A. O., Marc P., dan Howard I.M., 2001, Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Edisi kedua, Informa Healthcare, New York
Caesar and Loretz . 2011. MSDS Oleum Arachidis, Regulation (EC) No. 2001/58/EG . Caelo
GmbH : Hilden.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Howard, M., George and Poucher, A.W.,1974, Perfumes, Cosmetics and Soaps, Volume III,
Seventh Edition, B.I Publications, by arrangement with Chapman and Hall, London
Jellineck, S.,1970, Formulation and Function of cosmetics, John Wiley and Sons,Inc., USA.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta
: UI-Press
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier. Science B.V.
Poucher, J., 2000, Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soaps, Edisi Kesepuluh, Kluwer
Academic Publisher, London.
Rowe, C.Raymond.,dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th edition. USA:
Pharmaceutical Press.
Taksonomi oleum ricini dan aracidis. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1314
Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, P.T
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K. & Joshi, H., 2011, Formulation and Evaluation of
Herbal Lipstick, International Journal of Drug Discovery and Herbal Research, Ujjain,
(M.P.) India.
Wasitaatmadja, S.M. ,1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta.
Wibowo, D.S., 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo. H, Jakarta.

Woelfel, J. B., dan Rickne C. Scheild, 2002, Dental Anatomy,Edisi keenam, Lippincot
Williams and Wilkins, Maryland.

Anda mungkin juga menyukai